Sejak kecil Kapten Iriafriadi dididik orangtua menjadi pilot
Kapten Iriafriadi ikut jadi korban jatuhnya pesawat Aviastar.
Almarhum Haji Rauf Maharanu adalah ayah dari Kapten Iriafriadi (40), pilot Aviastar PK-BRM yang meninggal dunia dalam insiden jatuhnya pesawat di Bukit Pajaja, Dusun Ulu Salu, Desa Gamaru, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
Haji Rauf Maharanu adalah perantau yang cukup sukses di Irian Jaya atau Papua saat ini. Suami dari almarhumah Hj Nuru Sinri ini mengawali usahanya di tanah Papua dengan berdagang kelontongan. Setelah berkenalan dengan seorang pengusaha penerbangan asal Batak, Haji Rauf, lelaki asal Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan ini kemudian ikut mencoba bisnis penerbangan dengan membuka maskapai SMAC yang melayani penerbangan antar pulau dan ternyata sukses.
"Pak Rauf merasa rejekinya menanjak di Irian Jaya. Untuk mengenangnya, tiga anaknya dinamai semua huruf I, mirip-mirip ejaan nama Irian sebagaimana nama Iriafriadi," tutur Rosna Sulaiman, tante Pilot Iriafriadi yang ditemui di posko antemortem Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Makassar, Rabu (7/10).
Adapun dua anak Haji Rauf yang lain bernama Iriani dan Irmansyah. Oleh Haji Rauf, Iriafriadi dipersiapkan sejak kecil untuk jadi pilot karena melihat karakter putranya ini yang dikenal pemberani. Setelah selesai di sekolah di STM 1 (SMK), Iriafriadi kemudian dikirim ke Surabaya untuk belajar di sekolah penerbangan.
"Alasan orangtua Iriafriadi saat itu untuk menjadikan anaknya pilot cukup sederhana. Katanya biar nanti biaya lebih murah, tidak sewa pilot lagi untuk terbangkan pesawat," kata Rosna Sulaiman.
Adapun Iriafriadi yang sehari-harinya akrab disapa Adi ini, setelah lama membantu usaha orangtua sebagai pilot SMAC, lalu minta izin pindah ke Aviastar untuk cari pengalaman sejak akhir tahun 2014 lalu.
Kini, pilot pemberani itu telah tiada, menyusul dua orangtuanya yang sejak kecil mendidiknya menjadi pilot. Dia meninggal saat bertugas, menerbangkan pesawat yang turut memuat sembilan orang lainnya dari bandara Andi Jemma, Masamba, Luwu Utara tujuan bandara internasional Sultan Hasanuddin, Makassar.
Kapten Iriafriadi meninggalkan seorang istri, Hajah Risma dan dua putra putrinya, Riski Pratama dan Rifana Putri.
"Kami belum tahu nanti setelah identifikasi apakah akan diterbangkan ke Papua untuk dimakamkan, ke Bone atau di Makassar. Masih menunggu kesepakatan keluarga," tutur Rosna Sulaiman.