Sekolah-sekolah di Banyuwangi Didorong Mengelola Sampah Secara Berkelanjutan
Sekolah di Banyuwangi didorong untuk menerapkan pengelolaan sampah secara baik dan berkelanjutan melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan ini bagian dari Banyuwangi Hijau, program pengendalian sampah yang dicanangkan Bupati Ipuk Fiestiandani pada tahun 2022 lalu.
Sekolah di Banyuwangi didorong untuk menerapkan pengelolaan sampah secara baik dan berkelanjutan melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan ini bagian dari Banyuwangi Hijau, program pengendalian sampah yang dicanangkan Bupati Ipuk Fiestiandani pada tahun 2022 lalu.
Para promotor UKS sekolah di tingkat dasar dan menengah pertama dibimbing oleh tim promotor UKS Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Banyuwangi dan Banyuwangi Hijau.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa KIK Pecel Rawon penting bagi Banyuwangi? “Alhamdulillah, satu persatu kita berhasil menginventarisir warisan kekayaan tradisional kita. Kali ini pecel rawon sudah sah diakui berasal dari Banyuwangi,” ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani.
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
"Kami mendatangkan 20 promotor UKS untuk dibina. Mereka akan dibekali ilmu tentang pengelolaan sampah di sekolah," kata Ketua Stikes Banyuwangi Soekardjo, dalam acara Praktik Baik Edukasi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan pada Program UKS di Stikes Banyuwangi, Selasa (27/6).
Menurut Soekardjo, program pendampingan ini merupakan tahap kedua. Sebelumnya, sebanyak 12 sekolah telah lebih dulu didampingi dalam hal pengelolaan sampah.
Beberapa dari sekolah itu, kata dia, telah mampu menerapkan proses pengelolaan sampah dengan cara pemilahan. Para siswa di sekolah-sekolah tersebut juga mulai terbiasa untuk memilah sampah dan membuangnya sesuai jenis.
"Pengelolaan sampah harus dimulai dari dini. Caranya dengan mengubah perilaku dari sekolah. Ini selaras dengan program Banyuwangi Hijau," tambahnya.
©2023 Merdeka.com
Bahkan, dua sekolah di Banyuwangi juga telah memiliki tempat penampungan sampah yang jaraknya ideal, yakni beberapa ratus meter dari ruang-ruang yang ada di sekolah.
"Ada 12 sekolah yang telah didampingi juga telah mampu mengelola sampah secara baik. Minimal, para siswanya telah terbiasa untuk membuang sampah sesuai dengan jenisnya," kata Soekardjo.
Sekedar diketahui, Pemkab Banyuwangi telah meluncurkan program pengendalian sampah yang bertajuk "Banyuwangi Hijau" sebagai upaya melakukan langkah konkret mengendalikan sampah plastik.
"Kami terus berkomitmen melakukan upaya pengendalian sampah, khususnya sampah plastik. Kami menggelar sejumlah kegiatan untuk mengampanyekan pengendalian sampah. Termasuk dengan sekolah-sekolah ini, harapannya akan perilaku di sekolah ini akan diterapkan di lingkungan rumahnya sehingga bisa menjadi budaya di generasi muda ini kelak," ujar Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidu, Dwi Handayani.
Kepala UPT Pengelolaan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup, Amrulloh menambahkan, program pendampingan lewat UKS bertujuan untuk mewujudkan sekolah peduli lingkungan. Kabupaten Banyuwangi memiliki program Sekolah Adiwiyata yang menjadikan pengelolaan sampah menjadi salah satu indikator penilaiannya.
"Di Banyuwangi, 15 persen sekolah sudah memenuhi kriteria indikator itu. Kita berharap jumlah sekolah yang mampu mengelola sampah secara baik dan berkelanjutan bakal bertambah," kata Amrulloh.
Dalam acara itu, para promotor UKS dari sekolah-sekolah yang didampingi juga diajak untuk menilik tempat pengolahan sampah di Stikes, SMPN 2 Genteng, dan MTsN 3 Banyuwangi.
Di Stikes, sampah-sampah dari kampus diolah agar bermanfaat. Sampah-sampah organik diolah menjadi budidaya magot dan diolah menjadi kompos. Sementara sampah nonorganik dipilah untuk dipilih bagian yang masih bisa dimanfaatkan.
(mdk/hhw)