Seks bebas di kalangan geng motor, fenomena apa?
Budaya seks bebas di kelompok geng motor, Markum melanjutkan, lahir dari akumulasi fenomena sosial
Guru Besar Psikologi Sosial Universitas Indonesia (UI) Enoch Markum melihat fenomena geng motor ini sebagai fenomena kelompok. Mereka melakukan kekerasan, penjarahan dan seks bebas karena terjerat aturan, norma, dan hukum-hukum yang berlaku di kalangan kelompok itu.
"Secara personal sebenarnya mereka anak baik-baik. Waktunya salah mereka salat. Tapi karena masuk kelompok, mereka jadi terpengaruh. Kelompok geng motor itu memfasilitasi perubahan tingkah laku individu. arahnya ke mana, tergantung norma dalam kelompok geng," ujarnya kepada merdeka.com, Kamis (30/5).
Apalagi di kelompok itu ada pimpinan yang berkuasa. Sehingga apa saja yang dilakukan pimpinan, maka anak buah bakal menurut, termasuk melakukan kekerasan atau seks bebas. Di sisi lain, disadari atau tidak, sebenarnya masyarakat juga turut memperbesar kelompok geng-geng ini.
Anggota geng yang rata-rata anak muda justru memiliki kebanggaan ketika kelompok mereka dimusuhi, dihujat atau masuk berita setelah membuat onar. Ketika anggota mereka ditangkap setelah kerusuhan, itu justru dianggap sebagai pahlawan.
Lalu bagaimana dengan fenomena seks bebas di kalangan geng motor yang belakangan kian ramai? Menurut Markum itu gejala sosial masyarakat perkotaan, di mana hubungan individu cenderung inpersonal. Mereka seperti hidup sendiri. Sehingga, meski seks bebas dilarang, dalam praktiknya tetap ada.
Budaya seks bebas di kelompok geng motor, dia melanjutkan, lahir dari akumulasi fenomena sosial. Rata-rata anggota berusia muda dengan kondisi hidup yang seolah-olah kacau (anomie); misalnya keluarga berantakan, keadaan masyarakat kota inpersonal dengan budaya seks bebas sudah biasa.
"Masalah-masalah itu menghasilkan perilaku seks bebas. Apalagi anak-anak muda itu hidup dalam kelompok dengan norma-norma kurang baik (geng motor)," terangnya.
Sebelumnya diberitakan, aksi-aksi geng motor memang tidak pernah ada habisnya. Setelah geng motor Klewang di Pekanbaru, kini giliran heboh di Jakarta. Bedanya, mereka balapan liar, dengan hadiah cewek anak baru gede (ABG).
Awalnya, Polisi Sektor Kembangan menangkap para pebalap liar, puluhan motor diamankan. Biasanya, mereka balapan di Jalan Kawan Lama, Jalan Baru Taman Aries, Jalan Pesanggrahan, dan kawasan perkantoran Puri Indah.
Setelah dilakukan pemeriksaan, dari mulut para joki terlontar soal upeti yang didapat jika menang. Ternyata, selain mendapat sejumlah uang, mereka juga dihadiahi gadis ABG. Cukup mengejutkan.
"Balap liar itu ada indikasi melakukan perjudian. Joki dapat uang, ada cewek ABG (anak baru gede) untuk hadiah," kata Kapolsek Metro Kembangan Kompol Heru Agus saat dihubungi, Rabu (29/5)
Menurut Heru, gadis ABG tersebut menjadi pancingan bagi joki untuk bisa memenangi balapan. "Istilahnya cabe-cabean. Hal itu kita dapatkan pengakuan salah satu pelaku joki yang sedang kita periksa," jelas Heru.