Semangat pantang kendur para pelajar ikut UN di tengah keterbatasan
Meski kondisi fisik terganggu mereka semangat UN agar bisa lulus dan mendapat hasil memuaskan.
Selama tiga tahun belajar di sekolah, nasib para pelajar akan ditentukan dalam ujian nasional (UN) dilaksanakan sekitar tiga hari. Tentu saja setiap kali pelaksanaan UN disambut antusias siswa dan siswi.
Namun, ada saja di antara mereka yang gugup dalam menghadapi UN. Hal itu lantaran sebagian para pelajar tersebut ada ketakutan gagal dalam UN.
Mengantisipasi kegagalan itu, mereka berjibaku belajar untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Bahkan, saat UN digelar ada yang tetap semangat mengikuti meskipun kondisi fisik dan kesehatan tengah terganggu.
Berikut para pelajar yang tetap semangat walau di tengah keterbatasan:
-
Apa gunanya ujian sekolah? Dengan ujian sekolah, maka setiap pelajar dapat mengetahui hingga mengukur masing-masing kemampuannya dalam setiap mata pelajaran.
-
Kapan Desy Ratnasari menjalani ujian S-3 nya? Ujian tersebut berlangsung pada 7 Juni 2024.
-
Bagaimana Desy Ratnasari menjalani ujian S-3 nya? Desy menjalani ujian S-3 dengan sidang tertutup di Universitas Atmajaya, tempat ia belajar.
-
Kapan Naja dinyatakan lulus kuliah? Naja yang baru saja dinyatakan lulus dari kuliahnya di Inggris kini tumbuh menjadi remaja yang super cantik.
-
Kenapa kata-kata semangat ujian sekolah penting untuk dibagikan? Kata-kata semangat ujian sekolah dapat membawa energi positif dan motivasi untuk menempuh tes di depan mata.
-
Bagaimana cara agar anak diberikan kelancaran saat ujian? Dalam Islam, Allah SWT suka dengan hamba-Nya yang berikhtiar dan berdoa. Para orang tua bisa rutin membacakan doa untuk anak yang sedang ujian.
Dharma semangat ikut UN, meski diinfus dan pakai kursi roda
Semangat luar biasa ditunjukkan I Gede Dharma Puspa Nanta (19), murid SMAN I Gianyar, Bali. Dia bersikeras mengikuti UNBK di sekolah, Senin (11/04), meski selang infus terpasang di tangannya dan harus didampingi perawat.
Siswa asal Lingkungan Teges, Gianyar di Bali ini menyedot perhatian warga sekolah saat tiba pukul 14.00 Wita. Dengan kursi roda dan tangan terinfus, Gede Dharma didorong menuju ruangan ujian. Dia didampingi orang tua dan seorang perawat. Hingga di ruang kelas, dia dibantu untuk menempati kursinya dengan penyangga infus di sampingnya.
"Sebenarnya kami sudah menganjurkan agar anak ini ikut ujian susulan. Namun orang tua menkhawatirkan psikis anaknya. Seizin rumah sakit, anak ini akhirnya ikut UNBK di sekolah," Ungkap Kepala Sekolah SMAN I Gianyar I Made Sudama.
Orang tua siswa, Jro Mangku Dharma yang ikut mendampingi anknya ujian, menyebutkan jika anaknya sudah siap ikuti UNBK jauh-jauh hari. Justru karena itu pula, anaknya menjadi gelisah di rumah sakit karena tidak bisa ikut ujian sesuai jadwal.
"Saya khawatir kondisi anak saya semakin drop lantaran tak bisa ikut ujian. Karena itu saya konsultasikan ke pihak rumah sakit dan pihak sekolah, " terangnya.
Disebutkan, sebelumnya Gede sudah mengikuti dua kali ujian di sekolah. Saat itu, kondisinya sudah mulai drop.
"Hari Kamis lalu, setelah mengikuti ujian, Saya periksakan ke dokter dan dinyatakan positif menderita DBD. Sejak hari itu, Gede dirawat di Rumah Sakit Family Usadha, Gianyar, " terang Mangku.
Mangku pun meyakini, jika anaknya akan mampu mengikuti ujian meski kondisinya sedang sakit. Apalagi anaknya merasa nyaman jika mengikuti ujian sesui jadwal di sekolah.
"Mudah-mudahan besok kondisi sudah membaik. Sehinga tak perlu pakai infus lagi," harapnya.
Sri Wahyuni semangat ikut UN meski di mobil ambulans
Sri Wahyuni Wigati, pelajar SMAK Diponegoro, Kota Blitar, Jawa Timur ini terpaksa harus mengikuti ujian nasional (UN) 2016 di mobil ambulans karena dalam kondisi sakit akibat kecelakaan.
Kepala SMAK Diponegoro Kota Blitar Maria Magdalena Masa Miyeke mengatakan, Sri mengalami kecelakaan saat pulang sekolah. Lukanya cukup parah, sehingga tidak memungkinkan untuk ujian di dalam ruang kelas.
"Ia pulang sekolah dan kecelakaan di Garum, rumahnya di Wlingi, dan sampai di tengah perjalanan kecelakaan," papar Maria di Blitar kepada Antara, Selasa (5/4).
Kecelakaan itu, masih kata Maria, terjadi dua pekan sebelum pelaksanaan ujian nasional. Kejadian kecelakaan itu menyebabkan tulang di dada anak tersebut patah, sehingga masih belum bisa ketika harus ujian di dalam ruang kelas.
Maria mengungkapkan sebelum kegiatan ujian koordinasi dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Blitar terkait dengan kondisi anak didiknya itu, dan dari PMI bersedia untuk membantu, sehingga anak didiknya bisa mengikuti ujian nasional.
"Kami minta bantuan PMI Kota Blitar untuk menjemput dan memulangkan siswa itu," kata Maria.
Terserang DBD, Eka semangat kerjakan soal UN di rumah sakit
Seorang siswa SMK di Cilodong, Depok, Jawa Barat, terpaksa menjalani ujian nasional (UN) di rumah sakit lantaran didiagnosa terkena demam berdarah dengue (DBD). Walaupun harus mengerjakan soal di atas kasur rumah sakit, namun Eka Kurniawan, siswa SMK Madani Cilodong ini tetap terlihat semangat.
Walaupun selang infus berada di tangannya tapi Eka dengan seksama mengerjakan soal satu per satu. Sesekali dirinya menahan rasa sakit lantaran kondisinya yang belum pulih.
"Iya tangan saya masih sakit dan lemas. Tadi ujiannya pelajaran matematika. Soal-soalnya susah banget. Terus saya juga nggak dikasih kertas untuk coret-coret hitungan," kata Eka, Selasa (5/4).
Dirinya mengaku kesulitan pula mengisi lembar jawaban dikarenakan tangan kanannya diinfus. Namun dia optimis bisa lulus UN.
Sebelum dirawat di rumah sakit, Eka juga telah mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional. "Sudah ikut try out juga di sekolah. Tadi jawab soal sebisa saya aja dan enggak dipaksa. Mudah-mudahan hasilnya baik," pungkasnya.
Eko Karsono, orangtua Eka menambahkan, dirinya percaya dengan kemampuan yang dimiliki anaknya. Saat anaknya mengerjakan dijaga satu orang pengawas yang dikirim Dinas Pendidikan.
Meski demikian, dirinya lega lantaran pelaksanaan UN kali ini tidak memberatkan murid dengan persyaratan nilai kelulusan.
"Saat ini UN lebih santai, karena yang meluluskannya sekolah. Jadi anak tidak terbebani dibandingkan tahun lalu. Saya bersyukur karena anak saya tidak terlalu stres memikirkan dia lulus atau tidak lulus," kata Eko.