Setahun Pandemi, Kemenkominfo Temukan 2.624 Hoaks Tentang Covid-19
Ribuan hoaks tersebut tersebar di empat platform internet, yakni Facebook, Instagram, Twitter dan Youtube. Hoaks terbanyak ditemukan di platform Facebook yakni mencapai 2.055. Disusul Twitter sebanyak 496 hoaks, lalu Youtube 49, dan Instagram 24 hoaks.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menemukan 2.624 hoaks mengenai Covid-19 dalam kurun waktu 23 Januari 2020-3 Maret 2021. Dari jumlah tersebut, 2.278 hoaks sudah selesai ditindaklanjuti oleh Kemenkominfo dan sisanya masih dalam proses.
Ribuan hoaks tersebut tersebar di empat platform internet, yakni Facebook, Instagram, Twitter dan Youtube. Hoaks terbanyak ditemukan di platform Facebook yakni mencapai 2.055. Disusul Twitter sebanyak 496 hoaks, lalu Youtube 49, dan Instagram 24 hoaks.
-
Bagaimana cara Kominfo menangani isu hoaks? Tim AIS Kementerian Kominfo telah melakukan pemutusan akses atas konten yang teridentifikasi sebagai isu hoaks.
-
Kenapa Kominfo fokus menangani hoaks kesehatan? Isu yang berkaitan dengan penyebaran Covid-19 masih mendominasi dalam kategori ini. Selain itu ada banyak informasi yang menyesatkan berkaitan dengan obat-obatan dan produk kesehatan.
-
Apa yang dikatakan Menteri AS tentang Kominfo dalam berita hoaks yang beredar? Judul berita itu mencatut situs berita Liputan6.com, berjudul; "Menteri Amerika klaim: Kominfo Indonesia sangat bodoh, Databesa Negaranya dihacker tidak tau, karena terlalu sibuk ngurus Palestina."
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan Kominfo mulai menangani isu hoaks terkait kesehatan? Berdasarkan kategori, sejak Agustus 2018 hingga Desember 2023, isu hoaks paling banyak berkaitan dengan sektor kesehatan.
-
Siapa yang dipolisikan terkait dugaan penyebaran hoaks? Polda Metro Jaya diketahui mengusut dugaan kasus menyebarkan hoaks Aiman lantaran menuding aparat tidak netral pada Pemilu 2024.
"1.775 hoax di facebook sudah kami take down. Di twitter, 438 hoaks juga sudah ditindaklanjuti. Sedangkan hoaks di youtube dan instagram sisa 4 hoaks yang masih kita proses," kata Koordinator Pengendalian Sistem Elektronik dan Konten Internet Kemenkominfo, Anthonius Malau dalam Konferensi Pers Penanganan Hoaks di Tengah Pandemi yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Kamis (4/3).
Oleh sebab itu, Anthonius mengajak masyarakat Indonesia untuk selalu waspada terhadap hoaks. Sebab kata dia, dampak yang ditimbulkan dari hoaks tersebut bukan hanya bisa mencelakai diri sendiri, namun orang lain.
Dia meminta masyarakat untuk membaca berita secara utuh, tidak hanya membaca judul saja. Selain itu, dia juga mengajak masyarakat untuk memverifikasi setiap kali menerima informasi atau berita.
"Pertama, waspadai dulu. Terkadang judul itu click bait. Misalnya judulnya nakes meninggal setelah disuntik vaksin, ketika dibaca sampai utuh, ternyata dia meninggal karena demam berdarah," kata Anthonius.
"Cek juga sumbernya, kalau tidak menampilkan sumber, kita patut duga itu hoaks," ujarnya.
Anthonius mengungkapkan, hoaks yang tersebar di media sosial bukan hanya berupa narasi saja, namun juga banyak berupa foto dan video. Dalam hal ini, dia mengakui bahwa sebagian besar masyarakat tidak bisa langsung menduga apakah mengandung hoaks atau tidak. Dia pun memberikan tips agar bisa dengan mudah mengenali konten foto/video hoaks.
"Memang butuh keahlian khusus, tapi kita bisa cek keaslian fotonya, apakah di foto itu ada kelainan atau hasil editan. Sebenarnya bisa langsung terlihat dengan kasat mata dan kita bisa menyimpulkan kalau foto itu tidak benar," ujarnya.
Selain itu dia juga menyarankan untuk selalu mengecek tanggal beredarnya foto atau video tersebut. Bila masyarakat menemukan konten hoaks, dia berharap masyarakat tidak segan untuk melaporkannya ke Kominfo.
"Bila mengetahui atau menduga ada konten hoaks, bisa melapor ke aduankonten.id atau ke nomor whatsapp Kominfo 08119224545," kata dia.
Senada dengan Anthonius, Koordinator Program dan Pemeriksa Fakta Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) Dedy Helsyanto mengajak pemerintah untuk lebih intens dalam mengedukasi masyarakat agar bisa mewaspadai hoaks. Dia pun mendorong strategi multi stakeholder untuk melawan hoaks dari hulu ke hilir.
Dia menjelaskan, strategi ini dimulai dari edukasi literasi digital yang bisa dilakukan oleh Kominfo, kemenkes, Satgas, KPC PEN, BSSN, Mafindo, dan komunitas terkait lainnya seperti ICT Watch, RTIK, Recon, Siberkreasi, Japelidi, dan sebagainya.
"Dari hulunya harus ada edukasi, kemudian hoax pendampingan berkelanjutan selama proses hoaks debunking oleh Tim Mafindo, Kominfo, Cek Fakta, dan WA Hoax Buster dan yang terakhir dihilirnya yaitu pemblokiran oleh kominfo dan proses hukum oleh Polri," kata Dedy.
Baca juga:
Polisi Dalami Hoaks Video Penembakan Gus Idris
CEK FAKTA: Hoaks Permen Susu di Banyumas Mengandung Narkoba
Ulama Banten Turun Tangan Tangkal Hoaks Vaksin Covid-19 Beredar Masif
CEK FAKTA: Waspada Akun WhatsApp Palsu Catut Nama Jubir Vaksin Covid-19 Siti Nadia
CEK FAKTA: Hoaks Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 12 Lewat Situs prakerja12.com