Sosiolog: Masyarakat Bukan Abai, Tapi Tak Percaya Pemerintah Tangani Covid-19
Akibat dari penanganan Covid-19 yang kurang serius, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen pada kuartal II 2020.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Doni Monardo mengatakan ada lima provinsi yang warganya paling tidak percaya dengan wabah Covid-19. Kelima provinsi itu adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan. Mereka beranggapan dirinya tidak akan terjangkit virus Corona. Hal ini Doni ungkapkan saat rapat dengan Komisi VIII DPR RI, Kamis (3/9).
Oleh karena itu, Satgas Covid-19 akan mengambil langkah mitigasi yang melibatkan pakar di bidang sosiologi, antropologi dan psikolog untuk menyasar lima daerah itu karena dianggap masih tidak percaya terhadap Covid-19 dan menganggap virus corona hanyalah konspirasi.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa yang membuat kelelawar rentan terhadap penyebaran virus? Salah satu faktor utama yang membuat kelelawar menjadi vektor utama penyakit adalah keanekaragaman spesiesnya. Saat ini, diperkirakan ada sekitar 1.000 spesies kelelawar yang tersebar di seluruh dunia, menjadikannya salah satu ordo mamalia yang paling beragam. Keanekaragaman ini menciptakan peluang yang lebih besar bagi virus untuk bermutasi dan menginfeksi berbagai spesies kelelawar, sehingga meningkatkan kemungkinan penyebaran ke manusia.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Bagaimana mutasi virus Corona pada pria tersebut terjadi? Selama masa infeksi, dokter berulang kali mengambil sampel dari pria tersebut untuk menganalisis materi genetik virus corona. Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
Sosiolog Universitas Nasional (Unas), Nia Elvina menilai, Masyarakat bukannya tidak percaya dengan wabah virus Corona itu sendiri, namun tidak percaya dengan himbauan pemerintah. Menurut Nia, masyarakat menganggap pemerintah kurang sungguh-sungguh dalam menangani Covid-19.
"Saya kira masyarakat bukan mengabaikan adanya Covid-19. Realitas yang berkembang dalam masyarakat yaitu minimnya kepercayaan masyarakat kepada himbauan pemerintah atau pengelola negara saat ini," ujar Nia saat dihubungi merdeka.com, Jumat (4/9).
Akibat dari penanganan Covid-19 yang kurang serius, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen pada kuartal II 2020. Angka pengangguran pun meningkat. Pada tahun 2019, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5,28 persen dan pada tahun 2020, Bappenas memperkirakan TPT menyentuh 8,1 hingga 9,2 persen atau 10,7-12,7 juta orang.
Oleh karena itu, masyarakat cenderung mengutamakan berbagai cara untuk menyambung hidup dan menghiraukan protokol kesehatan.
"Penanganan yang kurang serius ini berdampak besar terutama di bidang ekonomi. Menurut beberapa studi, angka pengangguran mengalami peningkatan tajam selama Pandemi Covid-19 ini. Untuk itu masyarakat lebih mengutamakan memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup, daripada himbauan pemerintah untuk mematuhi protokol," ujar Nia
Selain itu, banyaknya ketetapan terkait penanganan Covid-19 yang diubah membuat masyarakat semakin tidak percaya dengan pemerintah. Seperti yang diketahui, Pada 21 Juli lalu, pemerintah resmi mengganti istilah seputar Covid-19. Istilah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang Dalam Pemantauan (ODP) diganti dengan 'kasus suspek'.
Ada juga 'kasus probable', yakni istilah untuk kasus suspek dengan ISPA berat atau meninggal dunia dengan diagnosis yang diyakini sebagai Covid-19. Selain itu, pemerintah juga mengganti istilah 'new normal' menjadi 'adaptasi kebiasaan baru'. Bukan hanya itu saja, pemerintah bahkan juga membubarkan gugus tugas dan menggantinya menjadi Satgas Covid-19. Juru bicaranya pun juga ikut diganti.
"Saya kira, faktor pembubaran gugus tugas dalam penanganan Covid-19 juga memicu semakin menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah," ujar Nia.
Jadi menurutnya, penyebab masyarakat abai terhadap protokol kesehatan bukan karena tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Covid-19 rendah. Namun karena menganggap pemerintah tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi permasalahan akibat Covid-19. Bahkan kata dia, masyarakat menilai pemerintah lebih memperhatikan dan mengedepankan Pilkada daripada penanganan virus Corona.
"Masyarakat menganggap pemerintah juga tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh Covid-19," ujarnya
"Masyarakat menilai pemerintah lebih mengedepankan Pilkada mendatang. Mereka lebih concern dalam mempertahankan kekuasaannya di pusaran elite mereka," tutupnya.
(mdk/rhm)