Suciwati tagih janji Jokowi selesaikan kasus kematian Munir
Tiga belas tahun sudah aktivis HAM Munir meninggal karena dibunuh. Masih banyak teka teki yang belum terjawab atas terbunuhnya Munir. Rasa pesimis datang dari sang istri, Suciwati.
Tiga belas tahun sudah aktivis HAM Munir meninggal karena dibunuh. Masih banyak teka teki yang belum terjawab atas terbunuhnya Munir. Rasa pesimis datang dari sang istri, Suciwati.
Suciwati pesimis kasus pembunuhan Munir dapat selesai di tangan Presiden Joko Widodo. Tidak bosan dan tidak gentar Suciwati mencari keadilan untuk suaminya. Dia meminta Presiden Jokowi untuk menempati janjinya membongkar siapa pembunuhan suaminya.
"Kita meminta Presiden menepati janjinya jangan dibilang omong kosong saja jadi kita mendorong bahwa omongan seorang Presiden itu dilihat oleh rakyatnya dalam realisasi dan semoga penantian ini tidak panjang. Enggak ada lagi kamis kesekian ratus," jelasnya, Kamis (7/9).
Suciwati membuat surat dan dibacakan saat Aksi Kamisan ke-505 untuk Presiden Joko Widodo. Dalam surat yang dibacakan Suciwati menanggih janji Jokowi.
"Masihkah Bapak ingat tanggal 22 September 2015 Anda mengundang 22 pakar hukum dan HAM di situ Anda berjanji akan menuntaskan kasuS Munir? Hampir satu tahun saya belum melihat janji yang Bapak Presiden ucapkan terealisasi," katanya.
"Waktu tak pernah mampu menghapus rasa cinta dan rindu pada orang yang kita cintai. Haruskah rasa kenangan itu hadir dahulu baru menepati janji wahai Bapak Jokowi? Kami berharap tidak!," bacanya.
Suci mengatakan 13 tahun bukan waktu sebentar untuk terus merasakan kehilangan tidak saja raga namun juga rasa keadilan. Menurutnya, janji Presiden akan terus menjadi catatan sejarah bangsa ini bahwa Jokowi adalah seorang Presiden yang absen mengisi ruang keadilan bagi Munir.
Setelah Majelis Hakim Komisi Informasi Pusat (KIP) mengabulkan permohonan sengketa informasi yang diajukan pada 10 Oktober 2016 meminta Pemerintah RI atau Bapak Presiden wajib mengumumkan Tim Pencari Fakta Kematian Meninggalnya Munir (TPF KMM) untuk publik.
"Masihkah bapak ingat tanggal 14 Oktober 2016 bapak menunjuk Jaksa Agung untuk kasus Munir? Dengan gagah Anda meminta Jaksa Agung segera bekerja menindak lanjuti kasus suami saya Munir," katanya.
"Namun, apa yang terjadi kemudian? Yang kami temui hiruk pikuk 'cuci tangan dan saling lempar tanggung jawab atas tidak ditemukannya dokumen TPF KMM, apakah Bapak mau menganulir perintah bapak kepada Jaksa Agung? Saya dan segenap rakyat Indonesia tidak memahami dagelan macam apa yang sedang Bapak pertunjukkan," ungkapnya.
Dia mengatakan lewat Aksi Kamisan ke-505, aktivis mencari keadilan untuk Munir tidak akan lelah meminta pertanggungjawaban negara atas derita dan luka bangsa ini, untuk meluruskan sejarah bangsa ini, untuk pengungkapan kebenaran dan keadilan.
Menurutnya, dengan aksi yang dilakukan di seberang Istana Negara dengan cara berdiri diam, berpayung dan berbaju hitam, pihaknya berharap mendapat payung keadilan. Suciwati mempertanyakan kehadiran Jokowi yang seakan tutup mata dan telinga.
"Adakah kabar itu akan hadir? Semoga Anda tidak seperti pendahulu Bapak yang terus memberi ruang kosong keadilan bagi kami. Salam kami dari masyarakat yang terlalu sakit atas kehilangan, yang optimis pada cinta keadilan dan kebenaran," tutupnya.