Tekad pengusaha aviasi asal Indonesia cetak pilot level dunia
Kevin bersama Rizqi bertekad untuk membantu Indonesia dari sisi aviasi.
Sebatang kara di Amerika Serikat, kehidupan Kevinia D. Pramono sarat tantangan, terlebih lagi saat itu tahun 1998, badai krisis melanda dunia. Bisnis pasik keluarga Kevin pun harus gulung tikar. Tetapi berbekal niat dan kepercayaan bahwa keajaiban itu ada, Kevin tak patah arang.
"Sebenerannya aku ini produk mimpi papahku karena dia melihat Amerika adalah 100 tahunnya Indonesia dari segala sisi," ujar Kevin kepada merdeka.com, Selasa (17/3).
Menjadi pelayan restoran hingga kontributor stasiun televisi Indonesia di AS, sempat Kevin jalani. Hingga pada suatu hari, Kevin bertemu dengan Muhamad A. Rizqi, seorang Aeronautical Engineer yang kemudian menjadi suami Kevin.
"SMA nya memang sudah di SMA khusus penerbangan. Rizqi berjuang untuk membiayai kuliahnya sendiri. Sejak usia 18 tahun Rizqi sudah memegang FAA license untuk Airframe and Powerplant-nya Aircraft," kata Kevin.
Bersama suaminya, Kevin merintis bisnis aviasi pada tahun 2003. Semula, bisnis aviasi tersebut dijalankan bersama investor asal Amerika Serikat, namun pada akhirnya Kevin bersama suami memutuskan untuk menjalankan bisnisnya sendiri di bawah bendera Aeroproc LLC.
"Terbentuk usaha aviasi dimulai dengan contract pertama dengan Jet Blue Airlines NY. Dengan merekrut 10 orang sarjana ITB dan punya kantor di Bandung untuk jasa Flight Data Recorder (FDR) Analysis. Jadi setiap pesawat terbang pulangnya kita deteksi black box nya untuk preventative maintenance," ujar Kevin.
Pengalaman suami Kevin yang sempat bekerja Continental Airline yang kemudian melebur dengan United Airlines dan menjadi maskapai penerbangan terbesar dunia, menjadi modal berkembangnya bisnis aviasi yang dirintisnya. Terlebih lagi, Rizqi sempat dipercaya mengatasi segala persoalan pesawat Dreamliner Boeing 787. Pengalaman tersebut merupakan modal berharga bagi keberlangsungan bisnis mereka.
"Kita sekarang supply testing equipment for aircraft, instrumentasi, spare part, leasing and purchase Aircraft. Kita merasa setiap hari adalah masa pembelajaran," ucap Kevin.
Setelah beberapa tahun mengembangkan usaha aviasi di Houston, Texas, AS, dengan segala jatuh bangunnya, Kevin bersama Rizqi bertekad untuk membantu Indonesia dari sisi aviasi. Salah satunya adalah mencari cara agar Indonesia tidak harus melewati banyak agen untuk membeli pesawat Cessna, melainkan langsung dari Amerika. Hal itu dinilai bisa memotong biaya transaksi dan Indonesia bisa mendapatkan pesawat Cessna dengan harga lebih murah.
"Biasanya ada broker singapore, ada broker Hong Kong. Kita juga bisa bantu dari segi training," ujar Kevin.
Kevin mengaku baru 1,5 tahun bisnisnya merambah Indonesia dengan menggandeng beberapa maskapai penerbangan seperti Sriwijaya Airline. Meski baru merambah Indonesia, namun permintaan kerja sama bisnis sudah menggunung.
Kevin menargetkan, Aeroproc LLC memiliki hanggar sendiri yang akan digunakan untuk leasing dan sekolah penerbangan. "Tahun ini kita ada inquiry dari Indonesia untuk flying school. Targetnya 60 calon pilot Indonesia akan belajar di Houston facility. Sekarang kita baru saja menjalin kerjasama dengan sekolah pilot local di Houston. Kita juga membantu memproduksi calon-calon pilot yang berpotensi International," tutur Kevin.