Tim 8: Justru aneh kalau Denny JA tak masuk '33 Tokoh Sastra'
"Dialah (Denny JA) yang paling fenomenal dengan puisi esainya sekarang ini," kata Ahmad Gaus, anggota Tim 8.
Dikritik bertubi-tubi oleh sejumlah sastrawan, Tim 8 atau juri/penulis yang menobatkan Denny JA sebagai salah satu dari '33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh', akhirnya angkat bicara. Tim 8 menyatakan tetap pada keputusannya, dan bahkan menegaskan Denny sangat layak masuk kategori tersebut.
"Tentang pertanyaan mengapa nama Denny JA masuk ke dalam daftar itu, jawaban saya adalah, justru aneh kalau nama dia tidak masuk. Sebab, dialah yang paling fenomenal dengan puisi esainya sekarang ini," kata Ahmad Gaus, anggota Tim 8, lewat postingan di blog pribadinya, Rabu (22/1).
Sekedar diketahui, Ahmad Gaus adalah anggota Tim 8 yang menulis bagian Denny JA. Menurut dia, Denny yang lebih dikenal sebagai konsultan politik itu adalah wakil kontemporer dari dinamika sastra dalam tiga tahun terakhir.
"Sampai saat ini saya belum mendengar ada penyair yang karya puisinya dibaca oleh begitu banyak orang seperti puisi esai yang digagas oleh Denny JA," kata Ahmad.
Dia mengatakan, hanya satu tahun setelah buku puisi esai Denny yang berjudul Atas Nama Cinta dipublikasikan di web (2012), puisi itu dibaca oleh hampir 8 juta orang dengan ribuan respons, seperti bisa dilihat di website www.puisi-esai.com.
"Sebagai perbandingan, di kalangan selebriti saja, rekor semacam itu hanya bisa dicapai oleh Agnes Monica yang video youtube-nya “Matahariku” dihit oleh 7 juta netters," kata Ahmad.
Menurut Ahmad, prestasi Denny JA itu bukan hanya sangat fenomenal, tetapi juga ajaib. "Keajaiban puisi esai yang baru berkembang namun telah memikat begitu banyak orang. Sebab saya pernah membaca sebuah buku yang di situ ditulis bahwa ada penyair yang menerbitkan buku puisinya 1.000 eksemplar, dan sudah lebih dari 20 tahun menumpuk di gudang alias tidak terjual," kata Ahmad.
Artinya, lanjut Ahmad, masyarakat tidak meminati puisi itu. Padahal setiap puisi ditulis untuk dibaca. "Denny JA menulis puisi yang diminati dan dibaca masyarakat, yaitu puisi esai, puisi yang bahasanya mudah dipahami, dan pesannya jelas karena berbicara tentang realitas masyarakat. Lima puisi esai Denny JA itu semuanya berbicara tentang isu-isu diskriminasi orientasi seksual, gender, keyakinan, ras, dan pandangan agama. Semua isu itu riil, ada dan menjadi persoalan dalam masyarakat kita," bela Ahmad.
Seperti diketahui, masuknya nama Denny JA ke dalam '33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh' telah memicu polemik. Tidak hanya kritik, petisi pun sudah dikeluarkan oleh kalangan pencinta sastra untuk menghentikan peredaran buku tersebut. Buku itu disusun oleh Tim 8 yang diketuai Jamal D Rahman, bekerjasama dengan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin.