Tingkat Literasi Pengaruhi Etika Bermedia Sosial
Baru-baru ini Microsoft mengeluarkan hasil survei mereka bertajuk Digital Civility Indeks (DCI) global report. Dalam hasil survei tersebut, tingkat kesopanan Indonesia berada di peringkat ke-29 dari 32 negara yang disurvei.
Baru-baru ini Microsoft mengeluarkan hasil survei mereka bertajuk Digital Civility Indeks (DCI) global report. Dalam hasil survei tersebut, tingkat kesopanan Indonesia berada di peringkat ke-29 dari 32 negara yang disurvei.
Dosen Sosiologi Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang, Frida Kusumastuti mengatakan, dari hasil survei itu menunjukkan literasi digital Indonesia masih sangat rendah.
-
Kata-kata lucu apa yang dibagikan di media sosial? Kata-Kata lucu yang dibagikan di medsos bisa menjadi hiburan bagi orang lain.
-
Kenapa kata-kata lucu di media sosial bisa menghibur? Kata-Kata lucu yang dibagikan di medsos bisa menjadi hiburan bagi orang lain.
-
Apa yang dibahas dalam pidato lucu tentang pendidikan? Pada kesempatan ini, saya bermaksud menyampaikan tema terkait, terutama mengenai minat membaca buku.
-
Bagaimana media sosial mengubah cara orang berkomunikasi dan berinteraksi? Selain itu, media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter telah mengubah cara orang berkomunikasi dan berinteraksi.
-
Apa saja kata-kata liburan sekolah yang menyenangkan untuk dibagikan di media sosial? "Selamat menikmati liburan sekolah, jangan lupa isi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat dan menyenangkan!" 2. "Semoga liburan sekolah ini membawa kebahagiaan dan kesempatan untuk membuat kenangan indah!" 3. "Selamat liburan, nikmati setiap momen dan jadikan liburan ini berkesan!" 4. "Liburan adalah waktu untuk melepas penat, jadi nikmati dan isi dengan hal-hal yang menyenangkan!" 5. "Selamat menikmati waktu luang, jadikan liburan sekolah ini sebagai momen yang berarti!"
-
Kenapa pantun anak sekolah dianggap sebagai media humor dan keceriaan? Bagi anak-anak sekolah, pantun tidak hanya menjadi sarana belajar bahasa dan sastra, tetapi juga media untuk menyampaikan humor dan keceriaan.
"Iya, dari survei itu kita bisa menilai bahwa literasi kita masih sangat rendah, masih suka baperan," kata Frida kepada merdeka.com, Kamis (4/3).
Frida yang tergabung dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) ini menyampaikan di banding pelaku perundungan, justru sasaran perundungan adalah kelompok yang mendominasi kekerasan digital milenial. Dan kelompok itu adalah generasi milenial.
Penyebab generasi milenial kerap menjadi sasaran perundungan adalah minimnya literasi tentang informasi satu peristiwa yang mereka terima dalam dunia digital.
"Mereka sangat perlu membiasakan diri berpikir kritis," ucapnya.
Frida menjelaskan masalah utama yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media sosial oleh warga adalah soal digital ethics dan digital safety.
Mengenai digital ethics, Frida menjelaskan hal itu menyangkut norma pertimbangan etika bagi para netizen ketika mengakses, berinteraksi, berpartisipasi dan berkolaborasi di media sosial.
Frida menyebutkan, ada empat pedoman yang perlu dipegang oleh masyarakat Indonesia pengguna media sosial, yaitu; kesadaran, tanggung jawab, integritas dan nilai kebajikan.
Kesadaran berarti pengguna media sosial memang dengan sengaja, memiliki tujuan, menyediakan waktu yang cukup sehingga penuh perhatian dan waspada.
Tanggung jawab berkaitan dengan siap dengan segala akibat yang ditimbulkan dan bertanggung jawab atas nama pribadinya.
Integritas terkait dengan kejujuran, termasuk jujur dalam menyampaikan fakta. Dan nilai kebajikan merupakan komitmen bahwa kehadiran di media sosial untuk mengangkat derajat kemanusiaan.
"Jika empat hal itu saja yang dijadikan pedoman, maka perilaku bermedia digital akan beretika. Juga mendorong ke arah etiket yang sopan tentunya," ucap Frida.
Sementara itu, pada tingkat Asia Pasifik, Indonesia menempati urutan terakhir dalam hal kesopanan digital.
Posisi Indonesia ini ada di bawah Vietnam dan jauh berada di bawah Singapura dan Malaysia yang masing-masing di posisi pertama dan keempat.
Laporan tersebut mencakup 16.000 responden dari 32 negara yang mengukur kualitas interaksi secara daring yang dialami pada tahun 2020.
Singapura naik empat peringkat dan menempati peringkat keempat, menggantikan Malaysia yang sebelumnya menduduki peringkat tersebut.
Indonesia sendiri menduduki posisi paling terakhir di Asia Tenggara atau di posisi 29 dari total 32 negara yang disurvei Microsoft.
Remaja Indonesia tidak memberikan kontribusi apapun terhadap skor Indonesia selama 2020. Angka penurunan DCI Indonesia sepenuhnya didorong oleh orang dewasa yang menambahkan 16 poin.
Tiga risiko terbesar Indonesia dalam dunia daring adalah hoaks dan penipuan dengan +13 poin, ujaran kebencian +5 poin, dan diskriminasi dengan -2 poin.
Tetapi, empat dari sepuluh orang mengatakan bahwa kesopanan dalam dunia daring menjadi lebih baik selama Covid-19 karena rasa kebersamaan yang lebih besar dan lebih banyak yang saling membantu.
Namun, hampir lima dari sepuluh orang terlibat dalam insiden intimidasi dengan 19 persen responden mengatakan bahwa mereka telah menjadi sasaran.
Negara-negara di Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia yang di bawah Singapura memiliki total 63 poin. Empat poin lebih buruk daripada tahun sebelumnya.
Baca juga:
Kepala BNPT Ingatkan Masyarakat Lebih Cerdas dan Bijak Bermedia Sosial
Siber Bareskrim Sudah 21 Kali Kirim Virtual Police ke Akun Medsos Sebar SARA
Deretan Raksasa Media Sosial Hentikan Peretas yang Curi Username Langka
Konten TikTok Dapat Disimak di Android TV
4 Artis Ini Pilih Rehat dari Media Sosial, Terbaru Naura Ayu