UNICEF Survei 4.000 Remaja Terkait Covid-19, 70 Persen Percaya Langkah Pemerintah
Dengan adanya hasil itu, kemudian UNICEF membuat chatbot. Namun, untuk menjawab pertanyaan tersebut, nantinya akan dijawab oleh robot secara otomatis dengan gaya bahasa anak-anak dan remaja.
Rizky Ika Syafitri, Spesialis Komunikasi Perubahan Perilaku UNICEF mengatakan, pihaknya membuat survei terhadap anak-anak serta remaja terkait virus Covid-19 atau corona. Survei atau jejak pendapat yang mereka bikin melalui platform bernama 'you report' itu sudah ada lebih dari 100.000 yang bergabung.
"Kami melakukan jejak pendapat untuk mengetahui, satu apa sih pemahaman mereka sebenarnya tentang Covid-19, dari mana sih mereka mencari informasi tentang Covid-19, kemudian apakah mereka merasa berisiko, kemudian apakah mereka tahu bagaimana cara mencegah penularan," kata Rizky di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (11/4).
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Kapan virus menginfeksi sel inang? Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Dalam kehidupan sehari-hari, virus tidak lagi terdengar asing bagi kita. Bermacam-macam virus dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh manusia yang tidak diinginkan. Jika tubuh kita dalam kondisi menurun (lemah), maka kita dapat dengan mudah terserang penyakit atau virus. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen.
Dalam survei itu, ada juga sebuah pertanyaan tentang kepercayaan mereka terkait apakah pemerintah mampu menangani virus corona. Survei ini sendiri juga melibatkan hampir 4.000 responden laki-laki dan perempuan dengan usia dari 16-18 tahun.
"Dari sana kita mendapatkan temuan bahwa saat itu ya, Februari kondisinya kita bahkan belum mengumumkan bahwa ada kasus di Indonesia saat itu, yang cukup menarik adalah hampir 25 persen anak bahkan tidak tahu sama sekali tentang Covid-19 saat itu ya, hasil survei menunjukkan seperti itu. Kemudian mereka tahu gejalanya apa sebagian besar tapi tidak tahu cara pencegahan yang benar," jelasnya.
"Mereka menyebutkan misalnya 34 persen cuci tangan tapi tidak menyebutkan cuci tangan pakai sabun, kemudian temuan yang menarik lainnya adalah ternyata tingkat kepercayaan terhadap pemerintah cukup tinggi, 70 persen anak percaya bahwa pemerintah bisa menangani ini dengan baik. Kemudian temuan yang lain adalah sekitar 50 sampai 60 persen anak berpikir bahwa informasi yang diberikan saat itu bulan Februari untuk anak-anak belum mencukupi untuk membuat mereka bisa melindungi dirinya," sambungnya.
Dengan adanya hasil itu, kemudian UNICEF membuat chatbot. Namun, untuk menjawab pertanyaan tersebut, nantinya akan dijawab oleh robot secara otomatis dengan gaya bahasa anak-anak dan remaja.
"Mereka di sana bisa bertanya atau mendapatkan informasi tentang Covid-19 semua, gejalanya, cara pencegahannya bagaimana, dimana rumah sakit rujukan dan lain sebagainya," ujarnya.
Berdasarkan temuan itu, kemudian mereka melakukan kerjasama dengan pemerintah di bawah koordinasi Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19. Kerjasama itu dilakukan terhadap kantor staf presiden, BNPB dan Organisasi Masyarakat (Ormas) lainnya.
"Kita bekerja untuk mengembangkan sebuah website covid19.go.id dengan harapan anak-anak, masyarakat semua bisa mendapatkan informasi yang benar," ucapnya.
Agar tak ada lagi masyarakat yang menerima berita bohong atau hoaks terkait Covid-19. Menurutnya, hal ini bakal mempengaruhi kondisi psikologis anak.
"Jadi kita ingin pastikan anak-anak, remaja semua mendapat informasi yang benar, yang akurat, yang bisa dipakai buat mereka untuk melakukan aksi langsung untuk melindungi diri mereka," ungkapnya.
Survei Ulang di Bulan Maret
Setelah itu, pada Maret 2020 mereka melakukan survei ulang kembali. Survei itu untuk melihat apakah yang mereka lakukan selama ini mempunyai dampak untuk anak-anak atau tidak.
"Banyak indikator itu meningkat. Misalnya dari segi pengetahuan tentang pencegahan, pengetahuan tentang gejala, pengetahuan tentang cuci tangan dan lain sebagainya. Di survei atau jejak pendapat kedua ini kami tambahkan beberapa komponen termasuk pertanyaan tentang, menurut pengamatan mereka apakah orang-orang di sekitar mereka sudah menjaga jarak 1 meter itu," sebutnya.
"Sayangnya Menurut pengamatan mereka, 60 persen menjawab bahwa belum sepertinya menjaga jarak itu pesannya harus lebih diperkuat," tambahnya.
Kemudian, mereka juga bertanya apakah dalam tujuh hari terakhir ini anak-anak keluar rumah untuk kepentingan selain membeli makanan atau berobat. Dari survei itu, mereka menjawab iya dengan persentase 40 persen.
"Artinya larangan untuk berkumpul, larangan ketika bepergian atau di rumah saja pesan-pesan itu perlu diperkuat. Kita juga tanya perasaan mereka lewat emoji, jadi bagaimana perasaan anak-anak saat ini mereka menjawab dengan emoji sekitar 30 persen merasa cukup baik, cukup senang feelingnya begitu. Tapi 28 persen merasa tidak cukup baik sedih atau tidak senang begitu ya," tuturnya.
Tak hanya, mereka juga bertanya soal perasaan anak-anak dan remaja saat mendengar kabar atau perkembangan soal Covid-19.
"34 persen merasa takut, tapi 19 persen hampir 20 persen juga merasa penuh harapan. Saya pikir ini informasi yang luar biasa, informasi yang penting buat kita untuk dengar suara anak-anak untuk bisa kemudian merespon konsen mereka memberikan intervensi yang baik yang benar buat mereka semua," ujarnya.
Dengan adanya hal tersebut, ia ingin agar orang tua dapat menjadi atau memberikan contoh yang baik selama pandemi virus ini masih ada di Indonesia seperti mencuci tangan dengan sabun.
"Ketika bepergian pakai handsanitizer anak-anak akan melihat itu atau kalau terpaksa keluar rumah pakai masker, anak-anak akan mengikuti itu atau ketika batuk dan bersin tutup dengan siku anak-anak kemudian juga akan melihat dan mencontoh itu," ungkapnya.
Ia juga ini adanya solidaritas antar sesama dalam menghadapi pandemi atau wabah virus corona yang kini masih melanda Indonesia.
"Anak-anak sudah menjadi agen perubahan, jadi survei kemarin kita temukan anak-anak sudah 70 persen melakukan aksi, aksinya antara lain adalah membagikan informasi penting tentang pencegahan Covid-19, jadi tetap baik, solidaritas bantu tetangganya, bantu teman-temannya. Jadilah rol model, jadilah contoh untuk kita semua untuk bisa menghadapi wabah ini," tutupnya.
(mdk/rhm)