Usai operasi lambung, Tosan masih terbaring lemah di rumah sakit
Lambung Tosan rusak diduga akibat dilindas sepeda motor oleh para preman.
Kondisi Tosan (48), salah satu pegiat penolakan penambangan pasir di Lumajang, Jawa Timur sekaligus korban penganiayaan masih memprihatinkan. Lelaki tengah dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, telah menjalani operasi lambung pada Minggu (27/9) lalu.
Hanya saja, usai operasi kondisi Tosan masih lemah. Dia hanya terbaring dan belum bisa diajak bicara.
"Terkadang merem-melek, tetapi belum ingat. Gimana ya, pokoknya masih seperti itu," kata istri Tosan, Ati Hariati, di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, Selasa (29/9).
Menurut Ati, suaminya telah menjalani operasi pada Minggu (27/9), dari sekitar pukul 11.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB. Pembedahan dilakukan karena kondisi lambung Tosan pecah setelah dianiaya oleh sejumlah preman, Sabtu (26/9) pekan lalu.
"Kata dokter lambungnya jebol, sekitar 10 centimeter, sehingga isinya keluar. Sudah operasi hari Minggu kemarin ya," ujar Ati.
Kuat dugaan, luka di lambung Tosan akibat dilindas sepeda motor oleh kawanan preman. Karena selama penyiksaan, Tosan beberapa kali dilindas dengan sepeda motor, selain dipukuli dengan aneka benda tajam dan tumpul.
"Kemungkinan akibat dilindas motor itu," sambung Ati.
Tosan dan kawannya, (Alm.) Salim Kancil dianiaya sejumlah preman. Tubuhnya diseret, dipukuli, dan ditendang di tanah lapang. Para saksi yang melihat, tidak berani memberikan pertolongan karena ketakutan.
Sementara Salim meregang nyawa akibat dipukuli sekitar 30 orang. Tubuhnya diseret ke Balai Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang dan disiksa sepanjang perjalanan, hingga akhirnya dihabisi di sekitar pemakaman.
Tindakan keji para preman itu akibat keduanya menolak penambangan pasir di pesisir pantai Watu Pecak, dekat tempat tinggal mereka. Keduanya selama ini dikenal sebagai penggerak dan melakukan perlawanan melalui Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir, bersama teman-temannya.
Saat ditemui merdeka.com di RSSA, Selasa (29/9) petang, Ati terlihat tegar dan lebih tenang dari hari sebelumnya. Tidak terlihat raut kesedihan, kendati kalimatnya penuh kehati-hatian dalam bertutur.
Dibantu oleh seorang kerabat, Ati menunggu suaminya yang masih dirawat di ruang perawatan intensif. Dia tidak bisa berlama-lama melayani para pembesuk yang datang, karena harus memantau keadaan suaminya di dalam kamar.
"Tidak bisa meninggalkan lama-lama, harus selalu diawasi. Maaf ya mas," tutup Ati seraya berpamitan.