4 Cibiran pidato Jokowi di acara deklarasi pemilu damai
Berbagai kalangan menilai, pidato Jokowi kurang bagus dibandingkan dengan lawannya, Capres Prabowo Subianto.
Berbagai kritik dialamatkan kepada Capres Joko Widodo (Jokowi) saat pidato dalam acara Deklarasi Pemilu Berintegritas dan Damai di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (3/6) lalu. Berbagai kalangan menilai, pidato Jokowi kurang bagus dibandingkan dengan lawannya, Capres Prabowo Subianto.
Jokowi saat itu hanya pidato sekitar 4 menit. Sedangkan Prabowo berpidato hampir 8 menit.
Dalam waktu 4 menit, Jokowi menyinggung soal banyaknya kampanye hitam. Sedangkan Prabowo menyinggung banyak hal, salah satunya siap menang dan siap kalah. Dia akan menghormati pilihan rakyat.
Soal pidato Jokowi, Cawapres Jusuf Kalla langsung membela Jokowi. "Indonesia kan seorang pidato banyak, cukuplah. Sudah banyak orang (ahli pidato) tapi di negeri ini kan tidak bicara pidato doang harus bekerja," kata JK kemarin.
Berikut ini cibiran kepada Jokowi karena pidatonya dinilai kalah melawan Prabowo:
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
-
Kapan Jokowi memanggil Kapolri dan Jaksa Agung? "Sudah saya panggil tadi," kata Presiden Jokowi saat diwawancarai di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (27/5).
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Siapa saja yang mendampingi Jokowi? Sebagai informasi, turut mendampingi Presiden dalam kegiatan ini adalah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, Gubernur Jambi Al Haris, dan Pj. Bupati Merangin Mukti.
-
Apa yang Jokowi lakukan di Gudang Beras Bulog Pematang Kandis? Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau langsung Gudang Beras Bulog di Pematang Kandis,Kabupaten Merangin, Jambi. Kepala Negara mengaku, hal itu harus dilakukan demi memastikan ketersediaan beras jelang momentum hari raya Lebaran yang sisa sepekan lagi.
-
Kenapa Jokowi panggil Kapolri dan Jaksa Agung? Pemanggilan tersebut, buntut insiden personel Datasemen Khusus Antiteror (Densus 88) dikabarkan menguntit Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Febrie Adriansyah.
Seperti kelas berat lawan kelas bulu
Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra Martin Hutabarat menganalogikan, apa yang disampaikan dalam pidato Prabowo dan Jokowi ibarat pertarungan tinju. Prabowo dinilainya masuk dalam kategori kelas berat dan Jokowi kelas bulu.
"Itu seperti kelas berat dan kelas bulu," kata Martin di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (4/6) kemarin.
Jokowi saat itu hanya pidato sekitar 4 menit. Sedangkan Prabowo berpidato hampir 8 menit.
Dalam waktu 4 menit, Jokowi menyinggung soal banyaknya kampanye hitam. Sedangkan Prabowo menyinggung banyak hal, salah satunya Prabowo mengaku siap menang dan siap kalah. Dia akan menghormati apapun keputusan rakyat.
Prabowo lebih negawaran daripada Jokowi
Masih menurut Martin Hutabarat, Prabowo betul-betul menunjukkan sikap kenegarawanan dan kedewasaannya. Prabowo komitmen akan sportif dalam jalannya pemilu dan menerima apa pun hasil pilihan rakyat.
"Pak Prabowo menyapa Pak Jokowi dalam pidatonya, menyapa Pak JK sebagai saudara, tetapi Pak Jokowi tidak sekalipun menyapa Pak Prabowo ," jelas Martin.
Padahal selama ini orang tahu yang membawa Jokowi ke Jakarta adalah Prabowo. Lewat dukungan Prabowo, Jokowi akhirnya memenangkan Pilgub DKI.
"Sekalipun enggak disebut, orang tahu bahwa Prabowo lah yang bawa Jokowi ke Jakarta. Waktu itu (Pilkada Jakarta) sudah mau diumumkan, PDIP mau ke Foke dan Pak Adang Rukyatna," tutupnya.
Jokowi lebih tegang
Sudah dua kali Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi) berduel di atas mimbar untuk menyampaikan pidato politiknya jelang Pilpres 9 Juli nanti. Dari dua pertemuan itu, Prabowo dinilai lebih unggul ketimbang Jokowi.
Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Mercu Buana Heri Budianto mengatakan, dari dua pidato politik antara Prabowo dan Jokowi keduanya terlihat kikuk. Khususnya Jokowi yang dinilai masih ada rasa tidak enak dan utang budi kepada Prabowo.
"Kelihatan kekakuan itu, kikuk sampai terlihat dari gestur-nya, tidak tahu harus berbuat apa. Bisa jadi ada rasa tidak enak, karena sudah beberapa kali bertemu, kita tahu Jokowi menjadi gubernur itukan tidak lepas dari peran Prabowo , sehingga ada kekakuan itu," ujar Heri saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (4/6).
Tidak hanya itu, Heri melihat ada rasa kurang percaya diri di diri Jokowi . Sebab, lawan Jokowi adalah tokoh-tokoh senior.
"Dari sisi jam terbang, mereka senior-senior, ada juga rasanya saya nangkap ke situ," terang dia.
Jokowi tak menghargai lawan politik
Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Mercu Buana Heri Budianto menambahkan, baik Jokowi dan Prabowo ada rasa kelelahan dalam menjalani aktivitas sebagai seorang capres yang punya agenda pada jelang pilpres. Karena itu, dia melihat banyak kekakuan dalam pertemuan kedua capres tersebut.
"Ketiga jadi kelihatan sekali kelelahan, kecapekan, agendanya yang padat menjadi faktor. Jadi itu saya melihat itu campur," lanjut dia.
Menurut Heri, dalam pidato politik Prabowo lebih unggul ketimbang Jokowi. Keunggulan itu dilihat dari sikap Prabowo yang menyapa Jokowi - JK dalam setiap kesempatan. Sementara Jokowi, tak pernah sekalipun menyebut nama Prabowo - Hatta.
"Kalau dilihat dari psikologi massa, Prabowo terlihat sangat cair, dia bisa terlihat di panggung menghargai lawan politik dengan menyebut nama. Sementara Jokowi , publik kita melihat tidak muncul empati dan simpati. Yang saya lihat swing voter kalau panggung seperti ini Jokowi bisa kehilangan simpati, karena yang akan terbaca adalah dia seperti tidak peduli dengan orang, dengan lawan politik, ini sangat disayangkan," kata dia.
Dengan sikap Jokowi yang seperti itu, dia menilai, Jokowi bisa dianggap seperti orang yang sombong. Hal ini yang bisa menjadi blunder dan para pemilih justru akan bersimpati kepada Prabowo.
"Bisa saja muncul persepsi Jokowi terlihat tidak peduli dengan lawan politik, ditangkap orang seperti itu bisa jadi. Jokowi dianggap orang tidak menghargai, tinggi hati," tutur dia.