5 Alasan efek Jokowi tak berpengaruh di pemilu legislatif 2014
Hasil quick count, PDIP tak mampu mencapai target 27,04 persen suara yang ditetapkan sebelumnya.
Pencapresan Jokowi sebelum pemilu legislatif diyakini dapat menaikkan perolehan suara PDIP . Namun prediksi ini meleset, karena hasil hitung cepat yang menyatakan bahwa PDIP tak mampu melewati 20 persen suara nasional.
Bahkan sebelum penghitungan suara dimulai, PDIP sesumbar dan optimis bakal tembus hingga 27 persen suara karena pencapresan Jokowi ini. Hal ini membuktikan bahwa efek Jokowi capres tidak mempengaruhi perolehan suara partai di parlemen.
Beragam spekulasi muncul tentang efek Jokowi yang tidak berpengaruh ini. Salah satunya soal serangan politik yang gencar dilakukan untuk menjatuhkan citra Jokowi .
Namun, Ketua Bappilu PDIP Puan Maharani masih menunggu hasil akhir yang diumumkan Komisi Pemilihan Umum ( KPU ). Dia belum mau mengatakan bahwa efek Jokowi gagal mendongkrak suara PDIP di legislatif.
"Saya masih menunggu hasil akhir dari KPU . Berapa total suara yang kami dapatkan dan akan kami evaluasi. Apakah kemudian ada efek pencapresan Jokowi atau tidak, kami akan amati terus dan kami ucapkan terima kasih yang sudah berjuang untuk PDIP dalam memberikan dukungannya. Kami tidak saling menyalahkan siapapun. Hasil yang kita dapatkan saat ini adalah hasil dari kerja keras kita semua," ujar Puan di Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (9/4).
Berikut 5 alasan efek Jokowi tak berpengaruh di Pemilu 2014 yang dirangkum oleh merdeka.com:
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Apa usulan PKS untuk Presiden Jokowi terkait capres 2024? Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsyi atau Habib Aboe mengusulkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang bakal capres Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto untuk makan siang di Istana Kepresidenan.
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Kapan Jokowi memanggil Kapolri dan Jaksa Agung? "Sudah saya panggil tadi," kata Presiden Jokowi saat diwawancarai di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (27/5).
Kasus bus Transjakarta dan dianggap ingkar janji
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengatakan, Efek Jokowi ternyata tak bertahan lama mendongkrak suara PDIP. Menurut dia, perkembangan suara PDIP setelah Jokowi mendeklarasikan diri sebagai capres hanya berkisar 3 persen saja.
"Ini era Jokowi mengalami penggembosan. Dan terbukti untuk pertama kalinya suara Jokowi turun," kata Denny di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (9/4).
Denny mengklaim penurunan elektabilitas Jokowi dimulai pada Maret 2014 saat Gubernur DKI Jakarta itu mendeklarasikan diri siap menjadi capres dari PDIP. Sejak itu, opini publik terhadap Jokowi berubah, sehingga menimbulkan kampanye negatif.
"Ada dua penyebabnya, Jokowi dinilai mengingkari janji dan ada videonya. Kedua kasus pengadaan busway. Jadi Efek Jokowi tidak besar. Efeknya menurun karena negatif campaign. Dan baru pertama kali suaranya (Jokowi) turun," ujar Denny.
Jokowi diserang lawan politik
Pengamat Politik UI Andrinof Chaniago menilai efek Jokowi yang tak mampu membawa PDIP menang besar karena banyaknya serangan politik ke gubernur DKI Jakarta itu. Karena itu dia melihat wajar jika efek Jokowi tidak berpengaruh di pemilu legislatif.
"Dari partai besar lainnya saya lihat serangannya terarah, tiga partai terutama yang punya televisi," ujar Andrinof saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (9/4).
Jokowi diberitakan yang jelek
Pengamat Politik UI Andrinof menilai, serangan Jokowi yang cenderung masif ini bahkan menginstruksikan secara khusus kepada media yang dimiliki elite politik untuk tidak memberitakan Jokowi. Jika pun diberitakan, kata dia, hanya persoalan yang jelek saja.
"Ada yang memblok sama sekali berita Jokowi, Kalaupun ada PDIP diberitakan yang jeleknya saja. Kita tunggu saja nanti hasil riset media televisi (soal pemberitaan Jokowi)," tegas dia.
PDIP jual Puan bukan Jokowi
Selain serangan dari luar, menurut Andrinof, di internal PDIP juga tidak kondusif untuk benar-benar mencapreskan Jokowi di Pilpres pada Juli nanti. Hal itu terlihat dari tokoh PDIP yang ditonjolkan di iklan televisi justru Megawati dan putri bungsunya Puan Maharani.
"Saya melihat ada persoalan di internal PDIP, apa itu? kekuatan Jokowi tidak digunakan terhadang dengan memunculkan iklan Mega dan Puan," ujar dia.
"Jadi kita bisa lihat dari situ, saya tidak tahu apakah skenario bersama, karena takut sulit mengajak PDIP berkoalisi, ini analisis saya. Potensi tetap 30 persen PDIP di pileg, itu jelas. Tetapi ini soal permainan dan kecanggihan politik," pungkasnya.
PDIP terlena sosok Jokowi
Peneliti CSIS Philips J. Vermonte memberikan analisa singkat terkait fenomena PDIP yang mengandalkan Jokowi untuk mendongkrak PDIP. Dia mengatakan, angan-angan partai berlambang banteng bermoncong putih itu bakal mendulang suara hingga 30 persen, dengan cara mendeklarasikan Jokowi sebagai bakal calon presiden tak terbukti mendongkrak perolehan suara.
Dia menilai, petinggi PDIP terlena karena menganggap pemilih akan dengan sendirinya beralih ke PDIP hanya dengan menjual sosok Jokowi.
"PDIP sepertinya terlena dengan hanya mengandalkan sosok Jokowi untuk meraup suara. Tetapi ternyata partai lain berusaha lebih keras buat menjaga dan memperoleh suara," kata Philips dalam jumpa pers hari ini.