Ada Tuan Guru Bajang di tengah romantisme Demokrat bersama AHY
Di tengah romantisme itu, rupanya muncul sosok lain di luar AHY untuk didorong maju Pilpres 2019. Dorongan ini juga muncul dari internal Demokrat sendiri. Dia adalah Gubernur NTB dua periode Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi.
Internal Partai Demokrat tengah gencar mendorong putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) maju dalam Pilpres 2019. Para elite partai kerap memasang foto AHY di setiap bannernya. Dengan tulisan 'AHY the next Leader'.
Demokrat juga telah menunjuk AHY sebagai 'panglima' pertarungan Pilkada serentak 2018. Mantan Cagub DKI itu telah keliling Indonesia baik di bawah bendera The Yudhoyono Institute maupun ketua Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Kapan Agus Harimurti Yudhoyono merayakan ulang tahunnya? AHY baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-45 pada tanggal 10 Agustus 2023 yang lalu.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Siapa yang menginisiasi kejutan ulang tahun untuk Agus Harimurti Yudhoyono? Istri AHY, Annisa Pohan, menginisiasi kejutan ulang tahun untuk suaminya.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Apa yang diraih Partai Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
Sederet lembaga survei menempatkan AHY sebagai cawapres dengan elektabilitas tinggi. Baik itu disandingkan dengan incumbent Presiden Joko Widodo, maupun juga jika berduet dengan Ketum Gerindra Prabowo Subianto.
Di tengah romantisme itu, rupanya muncul sosok lain di luar AHY untuk didorong maju Pilpres 2019. Dorongan ini juga muncul dari internal Demokrat sendiri. Dia adalah Gubernur NTB dua periode Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi.
Sosok TGB juga disebut tak kalah diidolakan oleh kader Demokrat di daerah. Oleh sebab itu, dorongan agar TGB maju Pilpres 2019 juga menyeruak ke permukaan.
"Saya komunikasi dengan ketua-ketua DPD yang lain, apakah dari Sumatera dan Kalimantan dan sebagainya. AHY dan TGB sama-sama diidolakan. Saya komunikasi dengan teman-teman dari Sumatera, Riau, Aceh dan sebagainya," jelasnya Ketua DPD Partai Demokrat NTB, Mahally Fikri saat dihubungi merdeka.com, Senin (19/3) kemarin.
Relawan untuk memuluskan langkah TGB maju di Pilpres 2019 pun telah dibentuk. Para pendukung TGB itu dibentuk baik dari masyarakat biasa juga para kader Demokrat di NTB. TGB dinilai tak kalah cakap dari AHY untuk meramaikan kontestasi politik nasional sekelas Pilpres.
"Semua tahu ada idola Demokrat, selain AHY, juga ada TGB," ujarnya.
Munculnya nama TGB menjadi pemberitaan nasional sebagai lawan di internal Demokrat sempat ditanggapi sinis oleh kader Demokrat yang juga mantan Stafsus SBY, Andi Arief. Bahkan menurut Andi, TGB menggunakan buzzer di media sosial agar namanya muncul dan jadi pemberitaan.
"TGB kader berakhlak, kenapa menggunakan agen-agen propaganda buzzer mirip kelompok sebelah yang bisa memecah belah," sindir Andie Arief di akun Twitternya, 17 Maret lalu.
twit andi arief soal tuan guru bajang ©2018 Merdeka.com/twitter
Mahally Fikri merasa yakin bahwa Demokrat akan melakukan proses penjaringan kader untuk maju Pilpres 2019 dengan demokratis. Dia ingin, Demokrat pimpinan SBY ini mempertimbangkan nama TGB sesuai aspirasi kader di daerah untuk maju.
Namun, kata Mahally, pihaknya tetap mengikuti mekanisme partai. Karena bagaimana pun Demokrat tak akan gegabah dalam mengambil keputusan.
"Nanti akan kita ikuti bagaimana DPP dengan mekanisme-mekanisme di partai. Demokrat tidak akan sembarang dan gegabah dalam memutuskan. Ada parameter-parameter yang dipakai. Tidak semudah begitu saja memutuskan apakah TGB atau AHY. Ada parameter-parameternya dan sekarang saya rasa itu sedang dalam proses pencarian," paparnya.
Bagaimana peluang AHY dan TGB di Pilpres 2019?
Pengamat politik dari UGM, Arie Sudjito melihat, munculnya dua sosok antara AHY dan TGB merupakan salah satu strategi Demokrat menghadapi Pilpres tahun depan. Menurut dia, Demokrat bisa mengalihkan dukungan dari AHY kepada TGB, jika nantinya putra SBY itu tak mendapatkan respons positif dari partai koalisi.
"Kalau radar atau pengaruh AHY ke Jokowi kurang begitu besar, masih ada TGB. Nanti mana yang mau dipilih, itu analisa saya," kata Arie saat berbincang dengan merdeka.com.
Soal popularitas, Arie menegaskan, TGB masih kalah jauh dibandingkan dengan AHY yang sudah populer usai kalah di Pilgub DKI 2017 lalu. Sementara dari sisi kualitas, Arie tak mau menjabarkan rinci. Menurut dia kedua sosok ini punya pengalaman masing-masing.
"Keduanya punya track record beda, satunya gubernur, satunya calon gubernur DKI," kata dia.
Agus Yudhoyono di Istana ©2018 Merdeka.com/Intan Umbari
Soal peluang antara keduanya maju di Pilpres 2019, Arie melihat, hal itu semua tergantung pada SBY. Keputusan terakhir ada di Presiden RI dua periode tersebut.
Tapi, Arie memberikan catatan, dia meyakini bahwa SBY nantinya akan membawa Demokrat merapat ke Jokowi. Sebab, peluang Jokowi untuk menang lebih besar ketimbang dengan peluang lawannya yakni Prabowo Subianto. SBY akan mengambil keputusan berdasarkan pengalamannya pernah menjadi incumbent di Pilpres 2009.
"Karena SBY berkepentingan mengkader AHY untuk menggantikan dirinya," kata Arie.
Jalan TGB dan AHY menuju kursi cawapres di Pilpres 2019 juga tak mudah. Menurut Arie, posisi tawar yang dimiliki Demokrat saat ini kecil. Salah satunya soal perolehan suara di Pemilu 2014 kemarin.
Belum lagi, lobi antar partai pendukung Jokowi untuk memuluskan langkah AHY maupun TGB untuk jadi cawapres. Hal itu berat dengan modal kursi yang dimiliki Demokrat. Sudah tentu, kata Arie, partai yang kursinya lebih banyak ingin mendapatkan kursi cawapres.
"Tidak semudah orang populer dan elektabel dukung, dapat kursi cawapres," tutur dia.
Gubernur Nusa Tenggara Barat TGB Zainul Majdi ©2018 Merdeka.com/Aksara Bebey
Tapi tidak menutup kemungkinan Demokrat nantinya akan diberikan jatah Cawapres oleh Jokowi, hal itu tergantung tawar menawar yang terjadi. Satu sisi, dia menyarankan, Demokrat segera deklarasi dukung Jokowi.
Dengan demikian, Arie yakin, peluang Demokrat mendapatkan posisi Cawapres akan semakin besar. Semakin lama Demokrat berada di posisi tak jelas, maka nasib di Pilpres 2019 juga akan makin tertutup untuk dapatkan posisi cawapres.
"Kalau ngambang terus, siapa yang mau beli, kecuali dia suaranya gede," tutup Arie.
Baca juga:
Sekjen PKB: Kiai NU dan PKB lebih nyaman dan cenderung ke Jokowi
Tak tahu soal tim penjaringan cawapres Jokowi, Andi Widjajanto sibuk siapkan Pokja 8
Tak cuma AHY, Tuan Guru Bajang juga diidolakan kader Demokrat daerah
KPU ubah desain surat suara Pilpres 2019, akan ada logo partainya
Jelang Pemilu 2019, kecurigaan pada pihak KPU cukup tinggi
Bertemu Zulkifli Hasan, Ketum Golkar bahas Pilpres dan nasib Mahyudin di MPR
PKS siap jika hanya berkoalisi dengan Gerindra di Pilpres 2019