Beredar Video Prabowo Singgung 'Etik' saat Pimpin Rakornas Gerindra: Dulu Mau Jadi Menterinya Jokowi, Sekarang Nyerang
Saat sesi tanya jawab debat capres perdana, Prabowo ditanya Anies Baswedan soal putusan etik Hakim MK
Saat sesi tanya jawab debat capres perdana, Prabowo ditanya Anies Baswedan soal putusan etik Hakim MK
- VIDEO: Pesan Penting Jokowi untuk Luhut, Diminta Lakukan Ini dengan Prabowo
- VIDEO: Menohok Prabowo Tegas Skak Kubu Lawan di MK: Jangan Anggap Kami Tak Mengerti Keadaan!
- VIDEO: Menang Pilpres 2024, Prabowo Ingat Nilai 11 Anies Bikin Rakyat Makin Sayang
- VIDEO: Prabowo 'Nangis' Diberi Nilai 11 Anies: Emang Gue Pikirin, Sorry Ye!
Beredar Video Prabowo Singgung 'Etik' saat Pimpin Rakornas Gerindra: Dulu Mau Jadi Menterinya Jokowi, Sekarang Nyerang
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memimpin Rapat Kordinasi Nasional (Rakornas) partainya. Kegiatan itu digelar di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, pada Jumat (15/12) kemarin.
Ternyata, dalam Rakornas tersebut Prabowo sempat berbicara atau berkelakar soal etik dan seperti mengulangi kembali pertanyaan terhadap dirinya.
Hal ini terlihat dari video yang diunggah akun media sosial X @ainunnajib.
"Becik ketitik, ala ketara. — Prabowo (2019)," tulis akun tersebut seperti dikutip merdeka.com, Sabtu (16/12).
Saat membicarakan kembali soal etik, para kader atau peserta Rakornas yang hadir pun langsung bergemuruh dan berteriak menyebutkan nama Prabowo.
"Bagaimana perasaan Mas Prabowo?" ujar Prabowo dalam tayangan video tersebut sambil sesekali menggelengkan kepalanya.
"Soal etik, etik, etik. Endasmu Etik," sambungnya.
"Prabowo, Prabowo, Prabowo," teriak peserta Rakornas.
"Saya ingin baik-baik, aku ingin rukun, aku ingin maju kita, maju untuk rakyat. Habis itu nyerang-nyerang, dulu mau jadi Menterinya Pak Jokowi, sekarang menyindir Pak Jokowi," ujar Prabowo.
Sebelumnya, Sesi tanya jawab saat debat calon presiden sempat memanas antara Capres nomor urut dua Prabowo Subianto dan Capres nomor urut satu Anies Baswedan.
Anies bertanya kepada Prabowo terkait keputusan memilih Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden.
Keputusan Prabowo itu dilakukan setelah keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi. Belakangan, Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) menghukum Anwar Usman sebagai ketua MK yang menetapkan keputusan melanggar etik.
"Apa perasaan bapak bahwa ada pelanggaran etika di situ?" tanya Anies.
Prabowo awalnya menjawab cukup santai. Bahwa tim pakar ketua umum Gerindra itu menyatakan tidak ada masalah.
"Masalah yang dianggap pelanggaran etika sudah diambil tindakan dan keputusan, ya, waktu itu oleh pihak yang diberi wewenang," jawab Prabowo.
"Kemudian sudah ada tindakan dan tindakan pun itu masih diperdebatkan karena yang bersangkutan masih memproses. Tetapi intinya adalah bahwa keputusan itu final dan tidak dapat diubah. Ya saya laksanakan, ya," tegas Prabowo.
Kemudian, nada bicara Prabowo semakin meninggi. Prabowo mengatakan, Anies bukan lagi anak kecil, harusnya sudah paham.
"Dan kita ini bukan anak kecil Mas Anies, ya. Anda juga paham ya. Sudah lah, ya," kata Prabowo. Anies pun hanya tersenyum mendengar pernyataan tersebut.
Prabowo pun melanjutkan bahwa masyarakat yang akan menilai pada saat hari pencoblosan. Kalau tidak suka Prabowo-Gibran, rakyat tidak perlu memilih.
"Sekarang begini, intinya rakyat putuskan, rakyat yang menilai. Kalau rakyat tidak suka Prabowo dan Gibran, enggak usah pilih kami saudara saudara sekalian," katanya.
Selanjutnya, nada Prabowo semakin tinggi. Ia menegaskan tidak takut tidak punya jabatan. Bahkan, mantan Danjen Kopassus ini sambil memberikan gestur menunjuk-nunjuk ke arah Anies.
"Dan saya tidak takut tidak punya jabatan Mas Anies. Sorry ye. Sorry ye," kata Prabowo. Terlihat, Gibran di belakangnya sampai berdiri dan mengangkat-angkat tangannya.
"Mas Anies, Mas Anies, saya tidak punya apa-apa, saya sudah mati untuk negara ini," tegasnya.
Kemudian, Anies menjawab santai Prabowo dengan sebuah cerita. Anies menyinggung dimana-mana masalah ordal atau orang dalam menjadi masalah.
Bahkan ada guru yang mengeluhkan kepada Anies bahwa untuk menjadi guru perlu orang dalam. Karena mereka mencontoh apa yang terjadi di pemerintahan pusat.
"Beberapa orang guru sampaikan pengangkatan guru ordal kalau ga ordal ga bisa jadi guru. Wong di Jakarta pakai ordal," ujarnya.