BPN Soal Survei Litbang Kompas: Pemilih yang Rahasiakan Pilihan Cenderung ke Prabowo
"Dengan berbagai catatan yang mengiringi, survei Kompas menjadi bukti bahwa Jokowi-Ma’ruf masih belum aman dan potensial untuk dikalahkan," kata Saleh
Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga menilai pasangan calon petahana Joko Widodo-Ma'ruf Amin masih memungkinkan untuk dikalahkan. Hal ini menyikapi hasil survei Litbang Kompas yang menyebut selisih elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga hanya 11,8 persen.
"Dengan berbagai catatan yang mengiringi, survei Kompas menjadi bukti bahwa Jokowi-Ma’ruf masih belum aman dan potensial untuk dikalahkan. Hal ini juga kelihatannya dirasakan dan diketahui oleh Jokowi," kata Juru Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Saleh P Daulay kepada merdeka.com, Rabu (20/3).
-
Apa yang dibicarakan Prabowo dan Jokowi? Saat itu, mereka berdua membahas tentang masa depan bangsa demi mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045.
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Apa yang terjadi saat Pramono Anung dan Puan Maharani bertemu dengan Prabowo Subianto? Ketua DPR RI sekaligus Ketua DPP PDIP Puan Maharani, terekam dalam kamera saat dirinya menarik bakal calon gubernur Jakarta Pramono Anung ke hadapan presiden terpilih Prabowo Subianto.
-
Apa yang dibahas Prabowo dan Jokowi saat bertemu? Juru Bicara Menteri Pertahanam Dahnil Anzar Simanjuntak menyebut, pertemuan Prabowo dengan Jokowi untuk koordinasi terkait tugas-tugas pemerintahan. "Koordinasi seperti biasa terkait pemerintahan," kata Dahnil saat dikonfirmasi, Senin (8/7). Dia menjelaskan, koordinasi tugas tersebut mencakup Prabowo sebagai Menteri Pertahanan maupun sebagai Presiden terpilih 2024-2029.
-
Bagaimana Prabowo bisa menyatu dengan Jokowi? Saat Pilpres 2019 Prabowo merupakan lawan Jokowi, namun setelah Jokowi terpilih menjadi presiden Prabowo pun merapat kedalam kabinet Jokowi.
-
Kenapa Prabowo Subianto dan Jenderal Dudung menggandeng tangan Jenderal Tri Sutrisno? Momen ini terjadi ketika ketiga jenderal tersebut sedang berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan atau tempat digelarnya gala dinner seusai mengikuti rangkaian parade senja atau penurunan upacara bendera merah putih.
Menilik survei itu, kata Saleh, mengindikasikan banyak pemilih yang masih merahasiakan pilihannya sebenarnya pendukung Prabowo-Sandiaga. Apalagi, hasil survei dari Litbang Kompas sebelumnya menyebutkan elektoral paslon 01 cenderung merangkak turun.
"Kalau dibuat perbandingan dengan survei kompas di bulan Oktober, kelihatan bahwa Jokowi-Ma'ruf turun, dan Prabowo-Sandi hasilnya naik. Sementara yang merahasiakan pilihannya makin sedikit. Itu artinya, mereka yang merahasiakan pilihan cenderung akan menjatuhkan pilihan pada Prabowo-Sandi," ujarnya.
"Kalau itu yang terjadi, tentu petahana sangat tidak aman. Sebab, inkumben bila mau aman, minimal harus di atas 60%. Faktanya sekarang sudah di bawah 50 persen," sambung Saleh.
Sementara itu, BPN Prabowo menganggap hasil survei ini tidak mengejutkan. Sebab, survei internal BPN menunjukkan Prabowo-Sandiaga unggul dari jagoan Koalisi Indonesia Kerja.
"Kalau di internal, hasil survei kompas ini tidak mengejutkan. Sebab, hasil survei internal kami menunjukkan bahwa Prabowo-Sandi sudah menang. Dan itu akan terus dinaikkan hari pencoblosan. Masih cukup waktu untuk meyakinkan masyarakat," ungkap dia.
Oleh karenanya, Wasekjen PAN ini mengaku tidak heran kubu Jokowi kerap memakai instrumen dan program pemerintah untuk menjaga suara Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Tidak heran jika semua instrumen yang dimiliki incumben dipergunakan, termasuk mempercepat penyaluran bantuan-bantuan sosial yang ada. Sayangnya, strategi itu kelihatannya tidak terlalu efektif dan berdampak dalam meningkatkan elektabilitas petahana," klaimnya.
Saleh menambahkan, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf stagnan lantaran hanya menjanjikan program tanpa ada perubahan berarti bagi masyarakat.
"Tidak ada program yang menjanjikan dan diharapkan masyarakat mampu membawa perubahan. Yang ditawarkan itu saja. Sementara itu, masyarakat tahu bahwa bantuan sosial yang digelontorkan adalah hak mereka dari APBN. Bukan dari dana petahana," tandasnya.
Dikutip merdeka.com dari Harian Kompas Rabu (20/3), berdasarkan survei terbaru Litbang Kompas elektabilitas Jokowi dan Prabowo saat ini lebih tipis dibandingkan survei Litbang Kompas Oktober 2018. Elektabilitas Jokowi dan Prabowo saat ini hanya selisih 11,8 persen. Jokowi - Maruf mendapat perolehan suara 49,2 persen, sedangkan Prabowo-Ma'ruf 37,4 persen. Sebanyak 13,4 persen masih merahasiakan pilihannya.
Metode pengumpulan pendapat menggunakan wawancara tatap muka sejak tanggal 22 Februari - 5 Maret. Survei ini diikuti 2.000 responden yang dipilih secara acak dengan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Tingkat kepercayaannya 95 persen dengan margin of error penelitian plus/minus 2,2 persen.
Sebelumnya pada Oktober 2018 lalu, Litbang Kompas juga telah merilis elektabilitas dua pasangan capres. Saat itu, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebanyak 52,6 persen sedangkan Prabowo- Sandiaga Uno 32,7 persen. Sebanyak 14,7 persen masih merahasiakan pilihannya. Saat itu, selisih suara keduanya masih 19,9 persen.
Baca juga:
Bamsoet soal Elektabilitas Jokowi Turun: Tunggu aja Nanti juga Naik Lagi
Elektabilitas Naik di Survei Litbang Kompas, Kubu Prabowo Singgung OTT Ketum PPP
Selisih Elektabilitas Jokowi & Prabowo Makin Tipis, TKN Bantah Koalisi Tak Solid
Survei Litbang Kompas: Prabowo Kuasai Sumatera, Jokowi di Jawa, NTB, NTT & Bali
BPN Soal Selisih Jokowi-Prabowo 11 persen di Survei: Indikasi Kami Menang Pilpres