Curhat Sandiaga soal Konser Taylor Swift, Ini Perintah Menko Luhut
Singapura dituding memonopoli konser penyanyi kelas dunia Taylor Swift.
Taylor Swift menggelar konser selama 6 hari di Singapura.
- Sandiaga Uno: Konser Bruno Mars di Indonesia Bisa Menyaingi Taylor Swift
- Separuh Orang Indonesia Nonton Konser Taylor Swift di Singapura, Jokowi: Kita Kehilangan Uang
- VIDEO: Taylor Swift Bikin Luhut Panas Meradang, Ngotot Bikin Konser Tandingan Lebih Meriah
- VIDEO: Luhut Panas Taylor Swift Konser di Singapura, RI Tak Kebagian Indonesia Kurang Cerdas
Curhat Sandiaga soal Konser Taylor Swift, Ini Perintah Menko Luhut
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno merespons, soal Singapura yang dituding memonopoli konser penyanyi kelas dunia Taylor Swift karena digelar selama enam hari di negeri Singa tersebut.
Menteri Sandi mengatakan, bahwa soal konser besar di Singapura dan mendatangkan Taylor Swift pihaknya sudah mendapatkan arahan langsung dari Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.
"Taylor Swift itu, kemarin sudah kita bicarakan dan tadi saya sudah mendapat arahan langsung dari Bapak Luhut bahwa kita harus bisa membangun ekosistem yang juga berkelas dunia," kata Menteri Sandi, di sela mengunjungi Tuksedo Studio, di Kabupaten Gianyar, Bali, Kamis (7/3).
"Venue-venue dibangun, perizinan sebentar lagi kata Bapak Presiden (Jokowi) bahwa perizinan kita harus memiliki efisiensi yang sama dengan Singapura. Kita, juga harus memiliki kemampuan menyiapkan dana pendamping. Kita juga harus menyiapkan infrastuktur publik," imbuhnya.
Ia menyebutkan, bahwa Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia harus belajar ke Singapura dan melakukan studi banding agar bisa membuat konser yang besar dan mendatangkan penyanyi kelas dunia.
"Tadi Bapak Luhut menyampaikan, belajar dari Singapura, kalau perlu kita lakukan studi banding yang akan saya lakukan besok. Saya, akan berangkat ke Singapura besok, untuk bertemu dengan pemerintah Singapura. Dan kita akan lihat potensi kolaborasinya ke depan, tapi ke depan kita harus bisa bersaing, masa kita kalah. Kita harus mampu untuk menarik konser-konser tersebut untuk ke Indonesia," ungkapnya.
"Dan apa yang dilakukan Singapura, juga bisa kita lakukan jika kita bisa memiliki kesiapan, dari tadi PR-PR yang dilengkapi. Termasuk juga jumlah penerbangan, karena kita masih merasakan ke Bali ini berjuang sampai ke sini. Tiketnya susah berangkatnya, jam 3 pagi sudah harus dari rumah ini karena kekurangan penerbangan. Jadi ini yang akan kita upayakan," ujarnya.
Ia juga menyatakan, ke depan Taylor Swift bisa menggelar konser di Pulau Bali. Tetapi, tentu di Bali harus memiliki tempat yang bisa menampung 100 ribu penonton.
"Taylor Swift bisa ke Bali (menggelar konser), tapi tetap harus punya venuenya yang bisa menampung 100 ribu, apakah dibangun atau ini dilakukan dengan pola konser yang berbeda, menggunakan teknologi dan lain sebagainya. Ini yang bisa kita eksplorasi," ujarnya.
Sementara, saat ditanya apakah pihaknya juga akan melakukan protes seperti Thailand yang mengganggap Singapura mendominasi konser Taylor Swift. Menteri Sandi, menyatakan bahwa soal itu tak perlu dibesar-besarkan tetapi harus dijadikan pelajaran.
"Saya melihat ini, bukan sebagai hal yang kita besar-besarkan tapi harus kita jadikan pelajaran. Saya melihatnya ini justru peluang Indonesia ke depan karena pasarnya ini dari kita, mungkin dari Bali juga banyak yang terbang ke Singapura nonton Taylor Swift. Tapi, caranya bagaimana ke depan Taylor Swift atau sejenis itu, tadi arahan Bapak Luhut juga kerja dengan event organizer, enam bulan ke depan harus ada yang sekelas Taylor Swift atau minimal se-liga dengan Taylor Swift untuk dihadirkan di Indonesia," ujarnya.
Seperti diketahui, sejumlah negara tetangga seperti Thailand dan Filipina menuduh Singapura memonopoli konser Taylor Swift karena digelar selama enam hari di negeri Singa tersebut.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong akhirnya buka suara soal ramainya protes terhadap negaranya. Dalam konferensi pers di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-Australia di Melbourne, Lee mengakui memberikan dana subsidi kepada Taylor Swift dan timnya demi menjadikan Singapura sebagai perhentian satu-satu turnya di Asia Tenggara.
"Agensi (kami) menegosiasikan perjanjian dengan dia (Swift) untuk datang ke Singapura dan tampil dan menjadikan Singapura satu-satunya tempat singgah turnya di Asia Tenggara," kata Lee, Selasa (5/3).