Dedi Mulyadi '30 hari mencari jodoh' di Pilgub Jabar
Partai Golkar mengembalikan nasib pencalonan Dedi Mulyadi sebagai cagub Jabar ke tangan Bupati Purwakarta itu. Meski namanya sudah diputuskan pada rapat DPP Golkar sebelumnya, jadi tidaknya Dedi menjadi calon tergantung koalisi yang akan dibangunnya bersama partai lain.
Partai Golkar mengembalikan nasib pencalonan Dedi Mulyadi sebagai cagub Jabar ke tangan Bupati Purwakarta itu. Meski namanya sudah diputuskan pada rapat DPP Golkar sebelumnya, jadi tidaknya Dedi menjadi calon tergantung koalisi yang akan dibangunnya bersama partai lain. Dedi pun kini mencari jodoh dan menargetkan satu bulan tuntas.
Dalam rapat yang digelar Partai Golkar Senin (2/10) lalu, Ketua Harian DPP Partai Golkar Nurdin Halid meminta Dedi yang juga Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat untuk mencari pasangan dan mitra koalisi dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2018 mendatang.
Dedi pun merespons dengan mengatakan bahwa komunikasi aktif dengan partai calon mitra koalisi dalam Pilgub Jabar sudah dia lakukan selama ini. Bahkan, skema yang dibangun meliputi penguatan di 16 Kabupaten/Kota yang akan mengikuti Pilkada serentak.
"Komunikasi politik malahan sudah intens sejak beberapa waktu yang lalu dengan PDIP dan Hanura. Tinggal menguatkan untuk Pilgub Jabar, karena kesepahaman untuk Pilkada Kabupaten/Kota itu sudah disepakati," jelas Dedi di Purwakarta, Selasa (3/10).
Dedi yang menjadi Bupati Purwakarta dua periode tersebut menjelaskan, dirinya memiliki target komunikasi politik dengan DPP PDIP dan DPP Hanura akan selesai dalam jangka watu satu bulan. Sambil mengefektifkan komunikasi, Dedi bersiap menjalin konsolidasi dengan partai lain.
"Dalam satu bulan ini tuntas. Sambil berjalan, saya juga menjalin komunikasi dengan partai lain," katanya menambahkan.
Terkait pasangan, dia menyerahkan kepada mitra koalisi partai yang nanti akan terbentuk. Menurut dia, penguatan infrastruktur politik jauh lebih penting dibanding sekadar bicara figur.
"Fokus kita kesepakatan koalisi dulu. Soal pasangan mah kan bukan ranah personal, biarkan yang menentukan itu partai mitra koalisi. Jangan ngomong dulu 'panganten' (pengantin, figur – red), kita kuatkan dulu perahunya, baru bicara itu," ujarnya.
Sebagai langkah pertama, Dedi dalam waktu dekat akan mengunjungi PDI Perjuangan. "Sebagai tindak lanjut dari penugasan DPP, partai yang pertama akan saya kunjungi adalah PDI Perjuangan, lalu Hanura dan selanjutnya partai lain," katanya.
Dedi mengungkapkan kenapa PDIP menjadi partai pertama yang akan didatangi. "PDIP itu sangat pahami karakter saya, baik karakter ideologi maupun secara personal. Secara ideologi, di Purwakarta sebagai bupati saya menjabarkan gagasan Bung Karno dalam tataran kebijakan teknis dan realistis. Di Golkar saya ajarkan intisari Marhaenisme," imbuh Dedi.
Soal siapa tokoh PDIP yang dia incar menjadi pasangannya, Dedi memilih untuk menunggu instruksi partai. "Enggak baik masa bertamu milih-milih menu. Saya dikasihnya saja. Yang penting mitra koalisinya dulu, setelah itu baru wakilnya," kata Dedi.
Untuk membangun mitra koalisi, dia optimistis bisa membangun mitra koalisi sebelum pergantian tahun. Menurutnya, itu cukup realistis apalagi hubungannya dengan PDIP sudah terjalin dengan baik. "Secepatnya terwujud, dengan PDIP dan Hanura kan sudah sohiban saya mah," ujar dia.
Dedi enggan berburuk sangka terhadap DPP Golkar yang malah menugaskan dirinya membangun mitra koalisi tanpa jaminan rekomendasi.
"Itu bagian tes untuk saya, sejauh mana saya sungguh-sungguh mencalonkan diri sebagai gubernur. Kalau bisa wujudkan berarti sungguh-sungguh. Saya optimistis bisa," katanya.
Disinggung soal pindah partai karena ketidakjelasan DPP Golkar memberi rekomendasi, Dedi belum memikirkannya. "Tidak kepikir itu. Berjalan saja ikut indung suku, nanti juga ketemu jalannya," ujar Dedi.