Dukungan DPD I di Munaslub Golkar tak jaminan bakal diikuti DPD II
Dalam pengamatan Noorsy, pertarungan semakin mengarah ke persaingan antara Setnov dan Ade Komarudin
Pengamat Ekonomi Politik, Ichsanuddin Noorsy menilai munculnya dukungan terbuka dari 15 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Golkar untuk Setya Novanto bukanlah cerminan pertarungan sesungguhnya dalam perebutan calon ketua umum. Menurutnya, pertarungan sesungguhnya ada pada DPD II.
Noorsy mengatakan, dari tabulasi sementara saat sesi pandangan umum memang ada 15 DPD I yang mendukung Setnov. Dalam pengamatannya, pertarungan semakin mengarah ke persaingan antara Setnov dan Ade Komarudin.
"Tapi kan DPD II masih bisa merubah (sikap DPD I). Kan 15 DPD itu (Pendukung Setnov) diprotes oleh DPD II. Karena DPD II yang akan menghadapi kenyataan di lapangan," ujar Noorsy, Senin (16/5).
Noorsy berpendapat, sebenarnya munculnya suara DPD I pendukung Setya sudah terlihat saat kampanye Caketum Golkar. Terlebih, kata Noorsy, nama Setya Novanto di bursa Caketum Golkar juga mendapat dukungan dari Luhut B Panjaitan, politikus senior Golkar yang juga Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan.
Mantan Politikus Golkar yang dikenal vokal itu mengaku juga sudah mendapat kabar santer tentang isu politik uang. Baginya, kabar politik uang itu semakin memperkuat Golkar terjebak pada pragmatisme sejak 2004.
Noorsy menambahkan, syarat caketum Golkar yang amanah, jujur, cerdas dan punya kemampuan soal visi ternyata tak cukup.
"Kualitas kepemimpinan Golkar bukan sekadar pada penerimaan DPD tingkat satu atau dua. Karena caketum Golkar yang jujur, cerdas dan punya visi itu juga ditantang dengan kemampuan keuangan," jelasnya.
Karenanya Noorsy juga menambahkan, berpolitik di Golkar berarti sama dengan investasi. Termasuk saat pertarungan dalam pemilihan ketua umum.
"Jadi di tingkat ketum itu berhitung soal return of investment," tandasnya.
-
Kapan Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Mengapa para ketua dewan Golkar menolak munaslub? Ketiga Dewan Partai Golkar menyatakan menolak wacana musyawarah nasional luar biasa (munaslub). Mereka solid mendukung Airlangga, yakni Dewan Pembina, Dewan Kehormatan, dan Dewan Pakar.
-
Apa alasan utama yang diutarakan oleh Hetifah Sjaifudian terkait penolakan Munaslub Partai Golkar? "Saya berpandangan, Munaslub hanyalah jalan akhir ketika terdapat musibah, kondisi darurat atau force major sehingga ada unsur di puncak partai yang tidak berjalan. Saya kira semua paham, Golkar hari ini masih tetap menghiasi landscape politik Indonesia," jelasnya.
-
Siapa yang mengucapkan terima kasih kepada Partai Golkar? Presiden terpilih periode 2024-2029 sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, mengucapkan terima kasih kepada Partai Golkar atas kerja keras memenangkan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
-
Bagaimana seharusnya kegiatan kepemudaan Partai Golkar dilakukan? Ilham menambahkan, acara diskusi merupakan jiwa kader Golkar di semua tingkatan. Ia mengapresiasi kegiatan diskusi yang digelar oleh para pemuda Partai Golkar. Namun, Ilham mengingatkan, setiap kegiatan kepemudaan Partai Golkar seharusnya diketahui dan mendapatkan izin dari pengurus DPP Partai Golkar.
Baca juga:
Soal dukungan istana, Ade Komarudin persilakan tanya Wapres JK
Timses Airlangga nilai tak patut DPD I nyatakan dukungan saat LPJ
Catut nama Jokowi, Luhut dianggap otoriter mirip Orde Baru
Fadel tuding pendukung Setnov bikin Munaslub Golkar seperti pasar
Beredar SMS imbalan Rp 3 miliar, komite etik jangan 'masuk angin'
Priyo: Ical minta saya maju terus jadi caketum Golkar
Banyak didukung DPD, Timses Setnov bilang 'Kami tidak kaget'