Ganjar: Yang menang ora sah sombong yang kalah tidak usah nangis
Ganjar ditemani sang istri Siti Atikoh Supriyati nyoblos di TPS 2 Gajahmungkur, Semarang.
Gubernur Jawa Tengah (Jawa Tengah) Ganjar Pranowo, Rabu (9/4), berangkat dari rumah dinas Puri Gedeh di Jl. Gubernur Budiono, Kota Semarang untuk menyalurkan hak pilihnya di Pemilihan Legislatif (Pileg). Dia harus berjalan kaki sejauh kurang lebih 500 meter untuk menuju Tempat Pemungutan Suara (TPS) tujuannya.
Ditemani sang istri Siti Atikoh Supriyati, Ganjar diikuti oleh puluhan wartawan menuju ke TPS nomor 2, Kelurahan Gajahmungkur, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Dengan mengenakan baju lengan pendek putih dan celana jeans biru, kedatangan Ganjar disambut beberapa petugas TPS yang berseragam batik warna hijau. Ganjar dan istri mendapatkan nomor urut 20 dan sang istri nomor urut 21 untuk mencoblos.
"Sebagian besar, antusias mereka sangat besar. Masyarakat Jateng kita harapkan ini demokrasi berjalan biasa saja. Gunakan hak pilih anda. Kita tunggu penghitungan yang menang ora sah sombong. Yang kalah tidak usah menangis," kata Ganjar usai mencoblos di TPS Jalan Slamet, Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Ganjar memprediksi saat ini masih banyak orang dan simpatisan yang masih bingung bagaimana teknis mencoblos. Sebab selain banyak calon juga masih sedikit membingungkan.
Hanya saja, untuk pilpres nanti animo masyarakat untuk mencoblos akan naik karena figur yang dipilih sangat sedikit dan jelas di antara beberapa calon.
"Biasa saja, wong dari dulu sudah nyoblos. Partisipasi masyarakat, saya kira saat pilpres akan meningkat. Saat ini yang dipilih terlalu banyak figur orang," ujarnya.
Ganjar meminta kepada masyarakat jika melihat atau menemukan kecurangan untuk menyampaikan laporan ke Panwaslu atau Bawaslu setempat. Tentunya disertai dengan saksi, pelaku yang ditangkap beserta bukti-bukti money politic atau serangan fajar.
"Kalau ada kecurangan segera laporkan ke Panwaslu. Ke saya banyak, di sana ada serangan fajar, di sana ada serangan. Ada malam, maghrib. Saya kira begini, kalau lapor ke saya tidak bisa. Datang, bawa orangnya ke Panwaslu. Kejar, tangkap itu dilakukan pendidikan politik," paparnya.
Ganjar menyatakan upaya money politik yang terungkap akan sangat bagus terutama bagi pendidikan politik masyarakat ke depan.
"Kalau ada satu pengalaman bagus. Di Yogya 510 juta mengerikan sekali. Di BI ada penukaran uang kecil-kecil. Kalau calon keluarkan banyak gitu biasanya nanti untuk mengembalikan uangnya korupsi," imbuh Ganjar.