Ganjar: Mengelola Sampah Bisa Ciptakan Lapangan Kerja
Tidak melulu soal berbisnis dengan modal besar, namun juga bisa dimulai dengan hal yang sederhana.
Tidak melulu soal berbisnis dengan modal besar, namun juga bisa dimulai dengan hal yang sederhana.
Ganjar: Mengelola Sampah Bisa Ciptakan Lapangan Kerja
Calon presiden nomor urut tiga, Ganjar Pranowo mengatakan, menciptakan lapangan kerja bukan hanya soal membangun pabrik atau membuka peluang investasi. Menurut dia, ada cara lain untuk mewujdukan itu, salah satunya adalah wirausahawan.
“Sebenarnya kalau menciptakan 17 juta lapangan kerja itu tidak hanya sekadar buat pabrik, invetasi, orang jadi pegawai, tapi juga bisa menjadi entrepreneur,” kata Ganjar saat berkunjung ke Markas Waste4Change di Alun-alun Utara Bumipala Vida, Bekasi, Senin (5/2).
Wirausaha, lanjut Ganjar, tidak melulu soal berbisnis dengan modal besar. Namun juga bisa dimulai dengan hal yang sederhana yakni mengelola sampah, seperti yang dilakukan tim dari Waste4Change.
“Program Waste4Change ini dengan dibantu swasta banyak komoditas yang bisa dihasilkan. Misalnya, maggot dengan nilai jual karena bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak,” jelas Ganjar.
Ganjar mengamini, meski terdengar sederhana namun sebagai pemerintah ke depan tidak bisa lepas tangan begitu saja. Menurut dia harus ada aturan dan bantuan modal yang diberikan agar masyarakat bisa tumbuh dan berkembang.
“Ada dua saja, kita mau buat regulasi dan yang kedua memberikan insentif kepada mereka atau bantuan kepada mereka,” ungkap Ganjar.
Dengan melihat cara pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Waste4Change, Ganjar percaya saat masyarakat diberdayakan maka akan lahir nilai ekonomis bagi masyarakat sekitar.
Senada dengan itu, CEO Waste4Change, Bijaksana Junareso menceritakan kepada Ganjar bagaimana strategi dan teknologi sederhana yang solutif terhadap material yang disebut sampah agar terjadi ekonomi sirkuler dan sampah tidak berulang jadi bencana karena dibuang dan terbuka di tempat pembuangan akhir.
Dia berharap, dengan kehadiran Ganjar hari ini maka suara dari para pemulung maupun ibu penggerak Bank Sampah bisa lebih didengar dan tata pengelolaan pembuangan sampah bisa lebih baik.
“Sebab tata kelola sampah Indonesia kini masih didominasi kumpul angkut buang. Mengingat setelah tragedi longsor dan meledaknya gunungan sampah 21 Februari 2005 silam, semoga hal itu tidak terjadi lagi,” tutupnya.