Gerindra butuh kerja keras menangkan Pilgub Jabar, Jateng dan Jatim
Gerindra butuh kerja keras menangkan Pilgub Jabar, Jateng dan Jatim. Qodari memandang, Sudrajat harus berusaha maksimal untuk memupuk suara dengan memikat hati para pemilih di Jawa Barat. Dibutuhkan kekuatan besar agar Gerindra bisa menang di Jawa Barat.
Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menilai, Gerindra harus berjuang keras untuk memenangkan kontestasi Pilgub Jabar 2018. Sebab, Gerindra mengusung Mayjen (purn) TNI Sudrajat yang elektabilitasnya lebih rendah dari kandidat lainnya.
"Ini memang menarik tapi biasalah namanya partai politik dalam mengajukan calon ada petimbangan kuantitatif dan kualitatif. Mungkin kalau bicara Gerindra pertimbangan kualitatifnya lebih besar daripada kuantitatif," kata Qodari saat ditemui di kantor ICMI, Jl Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (13/12).
Dia memandang, cara kualitatif tersebut yang menyebabkan partai Gerindra mengajukan calon legislatif yang notabene survei nya tergolong rendah. Namun, walaupun surveinya rendah, Sudrajat belum tentu kalah. Sebab, katanya, Pilkada bertujuan untuk merebut dukungan masyarakat dan dukungan itu sifatnya dinamis.
Qodari memandang, Sudrajat harus berusaha maksimal untuk memupuk suara dengan memikat hati para pemilih di Jawa Barat. Dibutuhkan kekuatan besar agar Gerindra bisa menang di Jawa Barat.
"Tentu akan lebih berat untuk menang pak Sudrajat di Jawa Barat, dia baru mau bergerak sementara calon yang lain sudah bergerak jauh jauh hari. Menurut saya Gerindra membutuhkan ikhtiar yang kuat untuk memenangkan Pilkada di Jawa Barat dan di Jawa Tengah termasuk di Jawa Timur kalau betul-betul La Nyala bisa maju," katanya.
Tak cuma di Jawa Barat, Gerindra juga telah memutuskan mendukung Sudirman Said di Jawa Tengah. Sementara Jawa Timur, Gerindra disebut akan menawarkan La Nyalla. Kedua tokoh itu dinilai memiliki elektabilitas yang rendah ketimbang para pesaingnya.
Kata Qodari, calon-calon yang diusung Gerindra saat ini berangkat dari titik awal yang agak jauh dibanding calon-calon yang lain. Di Jawa Barat pun Sudrajat harus mengejar Ridwan Kamil, Deddy Mizwar dan Dedi mulyadi. Di Jawa Tengah harus menyusul Ganjar Pranowo, ditambah Jawa Timur harus mengejar Saefullah Yusuf dan Khofifah Indar Parawansa.
"Jadi bahkan tantangan Gerindra itu lebih dari sekadar mengejar calon, membuat koalisi pun belum tentu berhasil. Karena partai partai yang diajak koalisi pun punya pertimbangan akan menang. Ketika calon yang diajukan Gerindra itu potensi menangnya kecil maka agak berat untuk menarik dukungan," tutur Qodari.
Lanjutnya, walaupun Gerindra memiliki teman sohib yang bernama PKS, tapi politik pun juga berjalan secara dinamis. Sebab saat ini di Jawa Barat, Gerindra tak bergabung dengan PKS dan Demokrat. PKS pun mewacanakan mendukung PDIP dan PKB pada Pilkada Jawa Timur.
"Jadi ya baru yang keliatan agak terang itu di Jawa Tengah saat Gerindra dan PKS bisa ketemu. Karena kebetulan figur yang diajukan kebetulan figur yang keduanya cocok. Jadi per hari ini di Jabar, PKS dan Gerindra pisah, Jatim pisah, yang punya potensi sama-sama adalah di Jawa Tengah," tutupnya.
Baca juga:
PDIP dan Gerindra jajakan koalisi di Pilgub Jabar
Sudrajat akui tak populer, segera lakukan road show di Jawa Barat
Pasrah ditinggal PKS dan PAN, Deddy Mizwar nilai langkah Gerindra masih jauh
Didampingi Prabowo, Gerindra usung Sudirman Said jadi Cagub Jateng
Usai bertemu, PAN puji Sudrajat sosok tentara intelektual
Prabowo sebut Gerindra masih penjajakan untuk berkoalisi di Pilgub Jatim
Sudirman Said: Saya bersama Gerindra ingin berjuang selesaikan masalah korupsi