Golkar kubu Agung siapkan 6 nama gantikan Setnov di DPR, ada Bamsoet
Setya Novanto dinilai sudah selayaknya mundur karena terbelit kasus 'Papa Minta Saham'.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Kubu Agung Laksono, Priyo Budi Santoso mengaku jika partainya telah mempersiapkan nama-nama sebagai pengganti Setya Novanto jika nantinya ada kemungkinan mundur sebagai Ketua DPR. Seperti diketahui, Setya Novanto diduga mencatut nama Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dalam kasus perpanjangan kontrak Freeport atau dikenal dengan sebutan 'Papa Minta Saham'.
"Ya nama-nama di antaranya adalah Akom (Ade Komarudin), Bambang Soesatyo (Bamsoet), Agus Gumiwang, Zainudin Amali atau Aziz (Syamsuddin) atau ada tokoh senior Fadel Muhamad. Adalah orang-orang yang bisa saja nanti kalau terjadi apa-apa kalau Golkar akhirnya memasrahkan dan mengikhlas itu, bisa saja nama-nama itu termasuk yang kita dorong," kata Priyo di Istana, Jakarta, Selasa (8/12).
Priyo juga termasuk anggota Presidium Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang sore tadi menemui Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka. Kepada Jokowi, ICMI melaporkan persiapan muktamar dan Milad ke-25 organisasi tersebut.
Soal sidang di MKD DPR, lanjut Priyo, merupakan sidang nilai-nilai etika dan moral anggota DPR yang dianggap bersalah. Pertemuan dalam kasus 'Papa Minta Saham' yang dilakukan Setya Novanto dianggap sudah tidak wajar.
"Dan itu kalau sudah menimpa sengaja atau tidak sengaja bahkan keluar dari perilaku elit-elit negara. Khawatirannya ini memberikan dampak yang menghancurkan tata-tata nilai masyarakat Indonesia yang asli," jelas Priyo.
"Pengalaman saya 17 tahun di DPR kalau ada sebuah peristiwa atau kasus atau apapun yang itu sudah jadi konsumsi publik dan diperbincangkan secara luas di publik orang sekuat apapun tak tersentuh apa pun sulit! Saya ulang sulit. Untuk menutup-nutupi dengan cara apa pun," tambahnya.
Lebih lanjut, Priyo mendukung sikap Presiden Jokowi menanggapi soal kasus 'Papa Minta Saham' ini. Sikap Jokowi dianggap tepat dan menunjukkan ketegasan seorang pemimpin.
"Kami terpesona dengan jargon pak Presiden 'kami ora popo dan ora sudi'. Beliau menunjukan bahasa tubuh seorang pemimpin dan ICMI sepakat dengan Presiden," tutup Priyo.