Hanura sebut komentar SBY ke Jokowi kadang miring & sinis
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerima kunjungan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, tadi malam.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerima kunjungan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, tadi malam. Usai melakukan pertemuan itu, Prabowo dan SBY sempat melontarkan ingin membuat gerakan moral untuk mengawasi pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika sudah dianggap mencederai rakyat.
Ketua DPP Hanura, Benny Ramdhani mengatakan segala macam kritikan yang diucapkan oleh Prabowo ataupun SBY menyangkut pemerintahan Jokowi tidak perlu ditanggapi.
"Ya tuduhan Pak SBY juga tidak perlu ditanggapi ya. Komentar-komentar Pak SBY setelah tidak menjadi presiden yang kadangkala agak miring, sinisme kepada pemerintahan Jokowi itu kan bukan pernyataan yang satu kali disampaikan dalam pertemuan dengan Pak Prabowo. Itu pernyataan-pernyataan yang sering diungkapkan," kata Benny di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (28/7).
Menurutnya saat ini, partai pendukung pemerintah tengah fokus melaksanakan tujuan nasional, serta menjalani pemerintahan Jokowi-JK dengan baik.
"Kita fokus bagaimana menjawab cita-cita masyarakat dan tujuan nasional yang dikonstruksi dalam pembukaan UUD 45 dan pemerintahan Jokowi-Jk beserta partai pendukung terlebih khusus Hanura serius. Ini sebuah utang sejarah, utang tanggungjawab yang harus dibayar oleh siapapun yang nanti diberikan mandat politik pemerintahan," pungkasnya.
Sebelumnya, SBY dan Prabowo Subianto telah melakukan pertemuan tertutup dengan menghasilkan sejumlah kesepakatan. Salah satu kesepakatan itu adalah membuat gerakan moral.
Karena kita partai politik koridor demokrasi, tetapi kami diskusi amanah yang diberikan ke kita semua. Semua harus diabdikan untuk kepentingan rakyat kita pikirkan gerakan moral," kata SBY saat jumpa pers bersama Prabowo di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Kamis (27/7).
SBY menambahkan, gerakan moral diperlukan mana kala perasaan rakyat dicederai. "Jika aspirasi tidak lagi didengar penyelenggara negara oleh pemimpin (Presiden Joko Widodo), wajib hukumnya kita mengingatkan, kita memberikan koreksi," kata SBY.
Presiden keenam itu melanjutkan, gerakan moral itu bakal dilakukan secara beradab. Yaitu bertumpu dengan nilai-nilai demokrasi dan tidak akan pernah merusak negara.
"Sebab jika tidak dengan beradab, justru gerakan kami secara politik tidak baik dan tidak benar," kata SBY.