Hendrawan: Ahok blunder dan memecah belah PDIP
Hendrawan menyebut ucapan Ahok juga terkesan meremehkan struktur PDIP karena tidak membutuhkan dukungan partai.
Hubungan calon petahana Basuki T Purnama (Ahok) dengan PDIP tampaknya kembali mesra. Dugaan ini muncul usai Ahok menemui Ketum Megawati Soekarnoputri di markas PDIP pada 17 Agustus lalu.
Hanya saja, Ahok mengklaim kunjungan itu tidak untuk meminta dukungan PDIP. Maksud Ahok adalah meminta restu Mega untuk meminang Djarot maju Pilgub DKI . Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno menilai pernyataan Ahok sebuah blunder dan membuat internal partai terpecah belah.
"Pak Ahok kembali blunder ketika mengatakan minta izin berpasangan dengan Djarot tapi tidak meminta dukungan PDIP. Hanya minta izin berpasangan dengan Djarot. Menurut saya ini blunder, karena bersifat memecah belah," kata Hendrawan di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/8).
Selain membuat internal partai kacau, Hendrawan menyebut ucapan Ahok juga terkesan meremehkan struktur PDIP karena tidak membutuhkan dukungan partai. Sebab, bagaimana pun Djarot adalah bagian dari PDIP.
"Karena seakan menghadapkan Djarot sebagai kader dan struktur PDIP secara keseluruhan. Pak Djarot jadi enggak enak dong masa maju tanpa PDIP. Kedua, struktur partai merasa diremehkan, berarti kita enggak dibutuhkan Ahok," tegasnya.
"Nah kondisi ini mengurangi kondusifitas partai. Karena seperti yang disampaikan Pak Bambang DH, 80 persen kurang lebih struktur partai sebenarnya menghendaki calon yang lain," sambung Hendrawan.