Jokowi bisa kalah kalau salah pilih Cawapres
Jokowi bisa kalah kalau salah pilih Cawapres. Dia menyebut elektabilitas Jokowi tidak setinggi mantan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY sebagai calon presiden atau capres petahana saat Pilpres 2009.
Pakar Komunikasi Politik Effendi Gazali menilai Joko Widodo harus benar-benar tepat dalam memilih cawapres. Terlebih situasi politik saat ini terbilang rumit lantaran mengarah dua pasang atau satu pasang saja.
"Ini suatu yang tidak gampang. Saya saja enggak gampang menebaknya. Terutama karena begini, persaingan itu dibuat begitu terbatas, jadi orang seakan-akan sedang mengarah ke dua calon ya satu saja. Jadi ini demikian rumit," kata Effendi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (19/4).
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Bagaimana Presiden Jokowi saat ini? Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024," kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
-
Apa yang diraih Partai Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
Dia menyebut elektabilitas Jokowi tidak setinggi mantan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY sebagai calon presiden atau capres petahana saat Pilpres 2009. SBY kala itu, lanjut dia, memiliki elektabilitas di atas 60-70 persen sehingga sangat mudah dipasangkan dengan siapa saja.
"Makanya disebut Pak SBY pasangan sama sandal jepit saja pasti menang. Jadi kalau sekarang mengatakan elektabilitasnya tinggi, saya enggak percaya. Buktinya masih gugup-gugup, psikologisnya berbeda saat Pak SBY maju di periode kedua," papar dia.
Effendi juga menyebut bila Jokowi salah memilih pendamping di kontestasi ini, kemungkinan kalah bisa terjadi.
"Iya sama, kalau dua pasang (Jokowi atau pun Prabowo) kalau dia salah memilih akan sulit," jelas Effendi.
Reporter: Ika Defianti
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Politisi PDIP sebut Puan Maharani masuk prioritas cawapres Jokowi
Cak Imin akui bahas Pilpres bersama Jokowi saat berada di satu pesawat
Jawab tantangan PPP, Cak Imin siap debat isu nasional dengan Rommy
Cak Imin berani bertaruh bakal dipilih Jokowi jadi Cawapres
Jokowi lebih sering lihat foto Cak Imin ketimbang billboard Asian Games