Jokowi ungguli Dahlan dan Hatta di bursa cawapres
Dari survei LKP, sosok Jokowi banyak disukai masyarakat lantaran kerap bersosialisasi dengan warga.
Tingkat popularitas Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo masih sangat tinggi di antara tokoh-tokoh nasional lainnya. Dalam survei yang dihelat Lembaga Klimatologi Politik (LKP), pria yang akrab disapa Jokowi ini kembali menduduki nomor teratas dalam bursa calon wakil presiden (cawapres).
Sebanyak 24,4 persen responden, memilih mantan wali kota Solo itu sebagai kandidat cawapres.
"Mungkin karena leader (pemimpin) itu bagaimana dia bisa berbaur dengan masyarakat. Gaya populis dicerminkan beliau. Tapi kalau tidak berbaur itu kesannya tidak berempati. Seperti Badan Pusat Statistik (BPS), menilai ketimpangan di Indonesia masih tinggi," kata CEO LKP, Usman Rachman di Matraman, Jakarta Timur, Minggu (28/4).
Dia menambahkan, sosok Jokowi banyak disukai masyarakat lantaran kerap bersosialisasi dengan warga. Tak hanya itu, pemimpin yang dinilai suka menjaga jarak tidak disukai banyak responden.
Meski ditaruh dalam posisi cawapres, lanjut Usman, tidak menutup kemungkinan Jokowi menjadi calon presiden (capres) jika dilihat dari kinerjanya.
"Jokowi bagus. Tapi tergantung apakah punya niat lakukan perubahan di DKI. Apakah ada niat jadi capres. Tapi kalau malah tidak berniat justru dukungannya terhadap dia bertambah," tutur Usman.
Sementara, Menteri BUMN, Dahlan Iskan melesat di posisi kedua dengan jumlah responden sebanyak 11,3 persen. Disusul Hatta Rajasa (10.2 persen), Mahfud MD (9,5 persen), Chairul Tanjung (8,3 persen), Yusril Ihza Mahendra (5,7 persen).
Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh berada di peringkat ketujuh dengan jumlah responden 3,9 persen. Sedangkan pemilik MNC grup Hary Tanoesoedibjo berada di bawahnya dengan 3,8 persen, disusul Anies Baswedan (2,7 persen), Pramono Edhie Wibowo (1,7 persen), Marzuki Alie (1,3 persen), Puan Maharani (1,1 persen), Sri Mulyani (1,1 persen), tokoh lainnya (2,1 persen).
Survei tersebut berlangsung pada 20 hingga 30 Maret 2013 di 33 provinsi di Indonesia. Survei menggunakan metodologi multistage random sampling dengan jumlah responden 1.225 orang.