Kesaksian Kang Maman Imanulhaq tentang keislaman Jokowi
Seorang pimpinan pondok pesantrean menjadi saksi. Tidak seperti kampanye hitam yang dilancarkan.
Maman Imanulhaq, kiai muda pimpinan Pondok Pesantrean Al Mizan Majalengka memiliki pengalaman menyaksikan keislaman calon presiden Joko Widodo. Pria yang lahir di kota Sumedang 8 Desember 1972 ini juga caleg terpilih PKB dari daerah pemilihan IX (Subang-Majalengka-Sumedang). Inilah penuturannya:
Meeting penggalangan suara untuk pasangan Capres-Cawapres Jokowi - JK Jumat, 30 Mei 2014 di Markas Relawan Bravo 5 Jalan Banyumas no 5 Menteng terasa Istimewa. Aku melaporkan kepada Jendral (Purnawirawan) Fahrul Razi soal Tabloid "Obor Rakyat" yang memfitnah Jokowi dengan membikin ragu umat Islam (tasykik) atas keislaman Jokowi. Allah memudahkan aku untuk melihat langsung bagaimana perilaku keislaman Jokowi.
Selesai meeting aku duduk di belakang Jokowi yang datang lebih dulu untuk melaksanakan sholat Jumat di Masjid Agung Sunda kelapa. Aku perhatikan sholatnya yang thuma'ninah. Bersila dengan sempurna. Tidak kagok atau canggung. Dan membaca wirid berupa surat-surat pendek Al-Quran. Jokowi sholat sunnah pada sebelum (qobliah) dan sesudah (badi'yah) Jumat.
Di ruang pengurus masjid, saat makan siang, Jokowi bilang, " Kalau habis sholat hatiku tenang!"
Sementara di luar ruang beberapa Jamaah dan para kiai dari Banten ingin bertegur sapa dengan Jokowi. Jokowi bilang, "Bagaimana ini? Ini jam kerja. Entar dikira kampanye. Wah, media akan ramai".
"Aku bilang, " Mas, sampean salaman sambil keluar masjid. Bilang ke jamaah dan kiai-kiai mohon doa. Biar saya baca sholawat ". Aku ambi mikropone dan baca sholawat. Jokowi menghampiri jamaah. Satu bersatu disalami. Dan dimohonkan doa.
"Selamat! Tanpa harus kampanye Jokowi telah memberi kesan mendalam pada jamaah. "Subhanallah, Jokowi menyalami kita dengan hangat dan ramah. Menatap mata kita dengan tatapan persaudaraan yang tulus," kata salah satu kiai dari Banten.
Kali lain di Gedung Sentul International Convention Center (SICC), Sentul, Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 31 Mei 2014, aku melihat sosok yang jujur dan sederhana. Aku diminta Pak Dahlan Iskan untuk memimpin doa pada Deklarasi Relawan Dahlan Iskan (ReDi) untuk mendukung Jokowi - JK sebagai capres dan cawapres.
Aku duduk persis di belakang Jokowi. Seperti biasa ia ajak salaman semua yang dekat duduknya. Tapi aku benar-benar memberi kejutan. Jokowi menoleh ke belakang dan bicara padaku, "Pak Dahlan ini hebat, pekerja keras dan ikhlas. Dan satu lagi beliau itu legowo, aku harus belajar darinya," kata Jokowi kepadaku.
Sebuah kejujuran dari seorang capres yang tidak segan mengakui kelebihan orang lain. Serta keinginan kuat untuk terus belajar dari orang lain. Sikap rendah hati yang membuat derajatnya diangkat oleh Allah SWT.
Seperti diketahui, Dahlan Iskan merupakan pemenang Konvensi Capres Partai Demokrat dengan elektabilitas tertinggi. Namun, Dahlan tidak diperjuangkan Partai Demokrat untuk jadi capres atau Cawapres. Jangankan berterima kasih pada Dahlan, SBY bahkan tidak menyebut nama Dahlan pada pengumuman hasil konvensi.
Dahlan tidak kecewa. Ia ikhlas, ia terus bekerja, bekerja dan bekerja. Itu yang membuat Jokowi kagum. Dan membisikkan kekagumannya itu padaku. Sikap kenegarawanan yang patut digugu dan ditiru. Inilah revolusi mental yang sebenarnya! (skj)