PDIP bela Jokowi: Kalau citra jelek, melamar saja ditolak calon mertua
PDIP bela Jokowi: Kalau citra jelek, melamar saja ditolak calon mertua. Menurutnya, pencitraan tidak masalah asal diiringi dengan kerja nyata yang bagus dan program yang terukur. Beda halnya jika hanya bergaya manis di depan publik.
Artikel yang berjudul ;Widodo's Smoke and Mirrors Hide Hard Truths' menilai pemerintah Presiden Joko Widodo melakukan pencitraan. Kolom tersebut dimuat oleh Asia Times, yang ditulis Jurnalis John Macbeth.
Menanggapi hal itu, Politisi PDIP Hendrawan Supratikno menilai pencitraan itu sangat perlu. Sebab, dengan citra yang bagus, reputasi seseorang akan bernilai.
-
Kapan PDIP menang di pemilu 2019? Partai pemenang pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase 19.33% dari total suara sah yang diperoleh.
-
Kenapa PDIP menang di pemilu 2019? Kemenangan ini juga menunjukkan bahwa citra dan program kerja yang ditawarkan oleh PDIP dapat diterima oleh masyarakat luas.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Kenapa PDIP bisa menjadi partai pemenang Pemilu 2019? PDIP berhasil menarik pemilih dengan agenda-agenda politiknya dan berhasil meraih kepercayaan masyarakat. Dengan perolehan suara yang signifikan, PDIP memperoleh kekuatan politik yang kuat dan pengaruh yang besar dalam pemerintahan.
-
Bagaimana PDIP bisa menang di pemilu 2019? PDIP berhasil meraih kemenangan yang signifikan dalam pemilu 2019 dan menjadi partai pemenang dengan persentase suara tertinggi, menunjukkan popularitas dan kepercayaan yang dimiliki oleh partai ini di mata masyarakat Indonesia.
-
Siapa yang menjadi presiden setelah PDIP menang di pemilu 2019? Seiring dengan kemenangan PDIP, Joko Widodo juga kembali terpilih sebagai presiden Indonesia untuk masa jabatan kedua.
"Orang masih bicara perlu tidaknya pencitraan. Pencitraan itu perlu! titik. Itu hukum pertama. Kalau citranya jelek, melamar saja ditolak calon mertua. Pencitraan itu sangat penting," kata Hendrawan di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (31/1).
Menurutnya, pencitraan tidak masalah asal diiringi dengan kerja nyata yang bagus dan program yang terukur. Beda halnya jika hanya bergaya manis di depan publik.
"Sekarang persoalannya adalah sumber citra yang baik, pencitraan itu darimana? Apakah dari kerja riil atau prestasi yang betul-betul terukur atau dari sekedar gaya-gaya pose, itu harus dibedakan. Saya ingin jadi anu pencitraan, supaya kalau ceramah honornya tinggi, wartawan juga gitu sehingga dijadikan direksi," tambahnya.
Dia pun tak setuju dengan muatan yang ditulis John Macbeth. Menurut Hendrawan, tulisan itu untuk mencari rating semata. Artinya sekedar meningkatkan para trafik para pembaca dan komoditi pasar.
"Ya tidak. Kalau menurut kami ini cari sensasi, supaya apa? Pelanggannya di pasar Indonesia meningkat. Pasar oposisi kan cukup besar di sini. Kan gitu, pakai hitung-hitungan dagang lah," tandasnya.
Baca juga:
Terinspirasi cara Jokowi, Sandiaga ajak makan siang sopir angkot
Cerita di balik Jokowi tolak pakai rompi antipeluru di Afghanistan
Istana soal Jokowi jadi imam salat di Afghanistan: Tak ada urusan dengan pencitraan
Jokowi terima medali tertinggi dari Presiden Afghanistan
Jokowi pimpin rapat peningkatan investasi di Tanah Air