Peneliti SMRC: Golkar Bisa Berkoalisi dengan NasDem, Lawannya PDIP dan Gerindra
"Koalisi PDIP dan Gerindra justru ada peluang tetapi tidak besar. Karena kalau berkoalisi dengan Gerindra, pertanyaannya siapa yang akan dicalonkan sebagai presiden? Apakah Prabowo? Apakah PDIP sebagai partai terbesar, mau menerima partai lain menjadi calon presiden?" tambahnya.
Peneliti politik dari SMRC Saidiman Ahmad mengatakan, Golkar berpeluang membangun koalisi dengan NasDem. Koalisi ini bisa jadi akan mengusung Airlangga Hartarto di Pemilu 2024.
"NasDem menjadi lebih mungkin (berkoalisi dengan Golkar). Misalnya NasDem mendorong orang seperti Ridwan Kamil berpasangan dengan Airlangga," kata Saidiman, dikutip Senin (25/10).
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Kapan Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Mengapa Partai Gerindra didirikan? Pada awalnya, ide pendirian Partai Gerindra digagas oleh Fadli Zon dan Hashim Djojohadikusumo. Mereka ingin melindungi kesejahteraan rakyat ekonomi kelas bawah terhadap jerat sistem kapitalisme.
-
Siapa saja yang menggodok ide pendirian Partai Gerindra? Pada 2007, Ide Fadli dan Hashim itu pun digodok oleh Ahmad Muzani, M. Asrian Mirza, Amran Nasution, Halida Hatta, Tanya Alwi, dan Haris Bobihoe.
-
Kapan Prabowo tiba di Kantor DPP Partai Golkar? Prabowo tiba sekitar pukul 17.00 WIB dengan mengenakan pakaian berwarna hitam dan celana berwarna hitam.
-
Apa yang dilakukan Partai Golkar dalam Pilpres 2024? Presiden terpilih periode 2024-2029 sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, mengucapkan terima kasih kepada Partai Golkar atas kerja keras memenangkan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024. Dia menyebut, Partai Golkar telah bekerja keras.
Dia menuturkan, Golkar di Pilpres 2024 ada kemungkinan untuk melanjutkan tradisi mereka untuk mengusung calon presiden atau wakil presiden dari internalnya. Karenanya, lanjut Saidiman, Airlangga Hartarto yang paling berpeluang didorong oleh partai berlambang pohon beringin itu di Pilpres 2024.
"Tantangannya dari sisi penerimaan publik, tetapi ada temuan mulai ada perkembangan," ungkap dia.
Sadiman mengatakan, partai Golkar juga dimungkinkan membangun koalisi dengan partai-partai lainnya yang eks -Golkar. Meski tidak bisa dipungkiri masih ada peluang berkoalisi dengan PDIP.
Namun itu kembali kepada PDIP dan Gerindra yang selama ini berpeluang mengusung pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani.
"Koalisi PDIP dan Gerindra justru ada peluang tetapi tidak besar. Karena kalau berkoalisi dengan Gerindra, pertanyaannya siapa yang akan dicalonkan sebagai presiden? Apakah Prabowo? Apakah PDIP sebagai partai terbesar, mau menerima partai lain menjadi calon presiden?" tambahnya.
Baca juga:
Hanta Yuda: Capres 2024 akan Muncul dari Tiga Jalur Ini
Emak-Emak Militan di Pekanbaru Deklarasi Dukung Sandiaga Jadi Capres 2024
Usai Ziarah Makam Bung Karno, Ini Komentar Ganjar Soal Hasil Survei Pilpres
Perintah Airlangga untuk Kader Golkar: Mesin Partai Harus Panas, Jangan Dimatikan
Airlangga Beri Syarat Parpol yang Berkoalisi dengan Golkar: Harus Menang!
Pede Cak Imin Menang Pilres 2024, PKB Mulai Genjot Mesin Politik
PDIP Usung Kader
Saidiman menilai, PDIP memiliki tradisi selalu mencalonkan kadernya menjadi presiden dan wakilnya dari NU. Karena itu, ia menduga PDIP lebih berpeluang berkoalisi dengan PKB daripada dengan partai Gerindra.
Saidiman mengakui ketiga partai besar yakni Partai PDIP, Gerindra dan Golkar menjadi yang terdepan dalam pencalonan presiden dan wakil presiden Pilpres 2024.
Namun, menurutnya, keputusan partai mendukung capres mungkin juga akan berpengaruh pada pilihan politik para kader.
"Di dalam survei kita, kalau suatu partai memutuskan calon yang tidak dikehendaki oleh pemilih partai itu, boleh jadi si pemilih partai ini pindah. Jadi loyalitas pemilih terhadap partai itu kan rendah," kata dia.
Reporter: Putu Merta Surya Putra
Sumber: Liputan6.com