Pengurus DPP Golkar ini pilih mundur jika partai tetap usung Ahok
Deddy mundur dari jabatannya jika Partai Golkar tetap mendukung Ahok sebagai calon gubernur DKI Jakarta. Dia beralasan, selain Ahok tidak sesuai dengan keyakinan dirinya, pernyataan Ahok soal surat Al Maidah ayat 51 dinilai telah melukai hati umat muslim.
Keputusan Partai Golkar mengusung pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat tampaknya tidak diikuti oleh seluruh kader partai. Salah satu kader yang juga menjabat sebagai Ketua Departemen Bidang Energi dan Energi Terbarukan DPP Golkar Deddy Arianto menolak keputusan partai untuk mendukung Ahok di Pilgbub DKI Jakarta.
Deddy mundur dari jabatannya jika Partai Golkar tetap mendukung Ahok sebagai calon gubernur DKI Jakarta. Dia beralasan, selain Ahok tidak sesuai dengan keyakinan dirinya, pernyataan Ahok soal surat Al Maidah ayat 51 dinilai telah melukai hati umat muslim.
"Pertama tidak sesuai dengan aqidah saya. Ahok telah melukai perasaan umat muslim. Karena sebelumnya, beberapa kader partai sudah membuat rilis meminta DPP Golkar untuk mempertimbangkan kembali dukungan terhadap Ahok. Karena itu tak digubris. Ahok telah melukai umat muslim, saya nyatakan mundur dari kepengurusan Partai Golkar," kata Deddy saat dihubungi, Senin (10/10).
Deddy mengibaratkan sikap untuk mengikuti keputusan Golkar mendukung Ahok sama saja dengan memintanya membelot dari ajaran Islam.
"Kalau bahasa kasarnya saya bilang ke DPP masa partai nyuruh saya pindah agama, saya mau. Kalau ini kan bicara masalah keyakinan. Kalau saya masih bertahan di kepengurusan, artinya saya masuk dalam golongan mereka. Itu menurut keyakinan yang saya yakini, artinya saya pindah agama. Jadi saya tak bisa. Saya harus mundur," jelasnya.
Kendati akan mundur dari jabatan di kepengurusan, Deddy mengaku akan tetap menjadi kader Golkar. Namun jika Partai Golkar harus mencopot keanggotannya, Deddy siap menerima resiko itu.
"Jadi saya enggak mundur dari Golkar. Kalau pun ada sanksi dari DPP penarikan kartu anggota Golkar, itu hak partai. Saya terima resiko apapun," tegasnya.
Deddy mengklaim hanya dirinya yang berani mundur dari kalangan pengurus DPP Golkar karena berbeda pandangan politik soal jagoan di Pilgub DKI.
"Pengurus cuma saya, kalau yang lain bukan pengurus. Ada yang pengurus tapi dia lebih baik diam. Jadi dia tetap ada di dalam tapi itu sah saja. Yang pengurus cuma saya saja yang berani mengundurkan diri," tukasnya.