Pilgub makin dekat, elektabilitas Ahok belum terbendung
Tingkat keterpilihan Ahok jauh di atas para pesaingnya.
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbaru terkait elektabilitas para bakal calon gubernur DKI Jakarta 2017. Sejumlah nama yang sudah menyatakan diri siap bertarung disurvei kepada para calon pemilih. Hasilnya, incumbent Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok masih jauh mengungguli para lawannya.
"Meskipun sejumlah nama tokoh telah terkemuka, Ahok masih belum mendapatkan lawan seimbang," ujar Dirut Program SMRC Sirojudin Abbas di kantornya, Jalan Cisadane, Jakarta, Kamis (21/7).
Hingga survei SMRC dilakukan, belum ada satu pun parpol yang secara definitif mengajukan calonnya untuk menjadi penantang Ahok. Survei SMRC dilakukan kepada 24-29 Juni 2016. Populasi survei adalah seluruh warga negara Indonesia di provinsi DKI Jakarta yang punya hak pilih dalam pilgub DKI, Februari mendatang.
Dalam survei ini, jumlah sampel yang diacak sebanyak 820 orang, dipilih dengan metode multistage random sampling. Margin of error diperkirakan kurang lebih 3,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sirojudin menjelaskan, selisih elektabilitas antara Ahok dengan saingan terdekatnya masih sangat jauh yaitu di atas 30 persen. Saingan Ahok dalam survei ini yaitu Yusril Ihza Mahendra, Sandiaga Uno, Adhyaksa Dault, Tri Rismaharini, Sjafrie Sjamsoeddin, Ridwan Kamil, Abraham Lunggana (Lulung), Yusuf Mansur, Ganjar Pranowo, Djarot Syaiful Hidayat, Ahmad Dhani, Rieke Diah Pitaloka, Nachrowi Ramli hingga Biem Triani Benjamin.
"Dalam simulasi terbuka, Ahok mendapat elektabilitas terbanyak 36,6 persen, cukup jauh di atas Yusril 2,8 persen, Sandiaga Uno 2,1 persen dan calon lain di bawah satu persen," terang Sirojudin.
Selain dalam simulasi semi terbuka, Ahok tetap paling tinggi dalam simulasi semi terbuka. Dengan suara mayoritas 53,4 persen, Yusril 10,4 persen, Risma 5,7 persen, Sandiaga Uno 5,1 persen, Yusuf Mansur 4,6 persen dan calon lain di bawah tiga persen.
"Tingginya elektabilitas Ahok juga tidak lepas dari penilaian warga atas kinerjanya sebagai gubernur petahana," ujarnya.
Yang menarik, Ahok diprediksi akan menang, tak peduli dia dicalonkan oleh partai atau maju melalui jalur perseorangan.
"Bila Ahok menjadi calon, siapapun yang mencalonkannya, peluang Ahok terpilih jauh lebih besar dibanding calon lainnya," jelasnya.
Dari hasil survei ini juga, warga DKI tak mempersoalkan Ahok berasal dari kalangan mana dan dari agama apa.
"Yang penting Ahok menjadi calon dan kemungkinan besar ia akan dipilih mayoritas ketika survei diadakan," tuturnya.
Menurut Sirojudin, survei kali ini, elektabilitas Ahok naik signifikan dibanding survei bulan Agustus 2015. "Dalam simulasi spontan, elektabilitasnya naik 12,2 persen. Dan dalam simulasi semi terbuka naik 16,2 persen," jelas Sirojudin.
Warga DKI bahkan menginginkan Ahok kembali memimpin DKI dengan presentase sebesar 59 persen, sedangkan dalam survei di bulan Agustus 2015 baru 49 persen.
Satu hal yang menjadi catatan dari hasil survei ini adalah isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Isu ini akan mencuat keras jika Ahok bertarung head to head dengan Yusril.
"Isu agama dan etnis ini paling terlihat terutama bila yang bersaing Ahok versus Yusril," kata Sirojudin.
Dari hasil survei, 46,4 persen pendukung Yusril mendukung jika calon nonmuslim dan etnis minoritas tidak boleh memimpin DKI. Terdapat 10 persen pendukung Ahok yang setuju calon nonmuslim dan etnis minoritas tidak boleh memimpin DKI.
"Yang cenderung percaya isu SARA cenderung mendukung Pak Yusril bukan berarti Pak Yusril yang memobilisasinya," tutur dia.
Berdasarkan hasil survei itu, Sirojudin mengingatkan agar Ahok jeli membaca isu SARA kendati masyarakat DKI dinilai masih menginginkan Ahok menjadi Gubernur.
"Kita mendeteksi ada orang yang pro ke kanan yang cukup ekstrem. Perlu lebih serius memikirkan itu. Ini merusak," tegasnya.
Baca juga:
Plus minus jika Risma maju Pilgub DKI
Benarkah siapa pun tak akan bisa kalahkan Ahok di Jakarta
PDIP dapat 6 nama bacagub DKI hasil penjaringan, ini reaksi Ahok
Taufik taruhan Rp 100 ribu Ahok bakal tinggalkan Teman Ahok
Risma soal Pilgub DKI: Kalau aku pribadi enggak ingin
Saat PDIP sindir Ahok pelit dan tak pernah main ke kantor
Survei SMRC: Isu SARA di Pilgub DKI akan mencuat jika Ahok vs Yusril
-
Kapan Pilkada DKI 2017 dilaksanakan? Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
-
Apa saja isu yang muncul selama Pilkada DKI 2017? Apalagi pemilihan tersebut juga diwarnai dengan isu-isu seperti agama, etnis, dan kebijakan publik.
-
Apa yang terjadi pada Pilkada Jateng berdasarkan survei LSI? Survei LSI: Kaesang Unggul di Pilkada Jateng Berkat Pengaruh Presiden Jokowi Djayadi menegaskan, Pilkada Jawa Tengah masih sangat cair.
-
Mengapa hasil quick count Pilkada DKI 2017 sangat penting? Hasil quick count tersebut menjadi perhatian utama, karena sering kali memberikan indikasi kuat mengenai hasil akhir sebelum perhitungan resmi diumumkan oleh KPU.
-
Apa hasil quick count Pilkada DKI 2017 putaran kedua? Hasil quick count Pilkada DKI 2017 putaran kedua menunjukkan bahwa pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno memperoleh dukungan sebesar 58,5%, sedangkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, mendapatkan dukungan sebesar 41,5%.
-
Kenapa FAPTI melakukan survei pilpres? FAPTI memandang penting untuk melakukan survei, guna memberikan gambaran kepada alumni perguruan tinggi terkait pilihan dan jenis isu yang dianggap penting oleh masyarakat. “Sehingga, para alumni dapat lebih bisa berkontribusi dalam hajatan nasional lima tahunan yang penting ini,” pungkasnya.