Politikus NasDem desak Jokowi turunkan BBM Rp 5.500 per liter
Pemerintah dinilai untung banyak, meski harga BBM direvisi.
Anggota komisi VII DPR dari Fraksi NasDem Kurtubi menyarankan agar pemerintah memberikan pola harga BBM bersubsidi tetap. Karena, jika terjadi kenaikan harga minyak dunia kembali, masyarakat tetap diberikan dengan harga BBM yang telah disubsidi.
"Cuma kebijakan memberikan subsidi dengan pola tetap sebaiknya tetap diterapkan. Harga dalam negeri disubsidi meskipun bisa naik bisa turun, tapi harga yang dibayar harga yang disubsidi," kata Kurtubi di Gedung DPR, Kamis, (15/1).
Selain itu, Kurtubi juga mendorong pemerintah agar aktif memberikan informasi dan sosialisasi tentang kondisi migas nasional saat ini. Oleh sebab itu, jika nantinya harga BBM kembali naik masyarakat tidak lagi reaktif menanggapinya.
"Perlu diinformasikan kondisi migas kita saat ini berbeda dengan masa lalu, di mana saat ini produksi minyak kita sangat rendah hanya seperempat dari minyak mentah dalam negeri. Minyak mentah yang kita produksi dari perut bumi Indonesia hanya seperempatnya dari kebutuhan. Jadi sisanya harus diimpor," ujarnya.
Lebih lanjut, dia juga menyarankan agar pemerintah bisa menurunkan BBM hingga Rp 5.500 per liter, karena harga minyak dunia tengah turun. Angka ini lebih rendah dari nilai yang disarankan Presiden Jokowi sebesar Rp 6.500 per liter. Menurutnya, dengan besaran itu, pemerintah pun tetap bisa untung.
"Turun lagi Rp 1.000 Jadi kembali ke Rp 5.500. Itu sebenarnya pemerintah masih untung. Pernah terjadi di tahun 1986 di mana harga BBM yang dijual pemerintah di atas biaya patokan, sehingga memperoleh keuntungan tapi keuntungan masuk APBN itu namanya laba bersih minyak (LBM). Dulu pernah ada itu pada saat minyak dunia turun, pemerintah memperoleh tambahan penerimaan dari penjualan BBM melalui LBM," tukasnya.