Politisi NasDem sebut pendamping Jokowi sebisa mungkin militer dan orang Jawa
Dia menilai segala kemungkinan bisa terjadi. Tetapi dia berharap sosok calon wakil presiden yang akan diusung akan melengkapi Jokowi. Selain itu, calon wakil presiden nantinya bisa berpengaruh dengan mendongkrak elektabilitas Jokowi.
Anggota DPR Fraksi NasDem Taufiqulhadi menilai sosok Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo akan dipertimbangkan untuk mendampingi Joko Widodo dalam Pemilihan Presiden 2019. Karena menurut dia, elektabilitas Gatot cukup diperhitungkan untuk mendampingi petahana.
"Kami sedang menggodok wakil presiden, ada sejumlah nama. Ya kami mempertimbangkan selain Pak JK, kami mempertimbangkan Pak Gatot dan pak Sofian Djalil. Jadi semua nama itu mungkin ditambah nama lain sorotan partai NasDem," katanya di Komplek Parlemen, Selasa (5/12).
Dia menilai segala kemungkinan bisa terjadi. Tetapi dia berharap sosok calon wakil presiden yang akan diusung akan melengkapi Jokowi. Selain itu, calon wakil presiden nantinya bisa berpengaruh dengan mendongkrak elektabilitas Jokowi.
"Kalau bisa dengan seorang militer. Dari Jawa ya kita pertimbangkan di luar Jawa," ungkapnya.
Taufiqulhadi juga menilai partainya akan melihat beberapa hasil survei untuk menjadi pertimbangan siapa calon yang layak untuk mendampingi Jokowi. "Selama ini, kami memperhitungkan hal tersebut. Mampukah untuk membangun bangsa dan negara," ujarnya.
Seperti survei yang dilakukan Indikator. Jika petahana Joko Widodo kembali maju, menguat sejumlah nama tokoh yang pantas mendampinginya. Dari 16 nama, posisi mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok, berada di posisi puncak yang mungkin mendampingi Jokowi dengan perolehan suara 16 persen.
Calon lain yang mungkin mendampingi Jokowi muncul nama Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Sebanyak 10 persen responden menilai Gatot cocok mendampingi Jokowi.
"Kalau kita melihat survei hari ini, Pak Gatot potensial menjadi senjata rahasia Pak Jokowi, karena bagaimanapun dari elektabilitas sebagai cawapres yang dianggap paling pantas diusung oleh Pak Jokowi, sebagai pendamping nomor 2 nanti, Itu pak Gatot menempati peringkat 2 di bawah Ahok," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi.
Namun, kata Burhanuddin, jika simulasi nama cawapresnya dikerucutkan menjadi lebih sedikit, peluang Gatot untuk menambah suara lebih besar dibanding peluang Ahok. Sebab Gatot dinilai dapat merebut suara responden yang selama ini pendukung Prabowo.
"Karena suara Gatot dari sisi elektabilitas, dari sisi demografi dan pilihan politik, itu lebih besar peluangnya menggerogoti basis suara Prabowo. Terutama mereka yang 2014 tidak memilih Pak Jokowi. Itu Pak Gatot punya potensi untuk menarik suara," katanya.
Salah satu basis suara Prabowo yang cukup besar dan dikuasai Gatot seperti Jawa Barat dan Sumatera.
"Itu rata-rata relatif bisa menerima nama seperti Gatot ketimbang Ahok, Sri Mulyani, atau nama nama lain yang kita simulasi kan dalam survei," jelas Burhanuddin.
Survei ini dilakukan dari tanggal 17-24 September terhadap 1.220 responden di seluruh wilayah Indonesia. Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.