Poros Ketiga Dinilai Sulit Terbentuk, Prabowo-Surya Paloh-SBY Tak Ada yang Mau Ngalah
Ade menjelaskan ada empat alasan mengapa poros ketiga rumit untuk dibentuk. Pertama, karena persaingan leadership di antara tokoh dari partai-partai yang masuk poros sisa dunia.
Direktur CPA LSI Denny JA, Ade Mulyana memprediksi poros ketiga atau 'poros sisa dunia' rumit untuk terkonsolidasi. Sebab, Partai Gerindra, PKB, NasDem, PKS dan Demokrat belum menentukan arah koalisi di 2024.
Diketahui, saat ini baru terbentuk dua poros di antaranya poros PDIP karena sudah memiliki tiket untuk mencalonkan capres dan cawapres tanpa perlu koalisi. Serta Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dibentuk oleh Partai Golkar, PAN dan PPP.
-
Apa yang dilakukan Aira Yudhoyono bersama kakeknya, Susilo Bambang Yudhoyono? Mereka menikmati waktu bersama dengan penuh keasyikan, saling memperhatikan berbagai hal di sekitar mereka!
-
Apa yang terjadi saat Pramono Anung dan Puan Maharani bertemu dengan Prabowo Subianto? Ketua DPR RI sekaligus Ketua DPP PDIP Puan Maharani, terekam dalam kamera saat dirinya menarik bakal calon gubernur Jakarta Pramono Anung ke hadapan presiden terpilih Prabowo Subianto.
-
Siapa yang bertemu dengan Prabowo Subianto? Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep menemui Ketum Gerindra Prabowo Subianto.
-
Kenapa Prabowo Subianto dan Jenderal Dudung menggandeng tangan Jenderal Tri Sutrisno? Momen ini terjadi ketika ketiga jenderal tersebut sedang berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan atau tempat digelarnya gala dinner seusai mengikuti rangkaian parade senja atau penurunan upacara bendera merah putih.
-
Apa yang diusung Prabowo Subianto dalam acara tersebut? Ketua Umum Pilar 08, Kanisius Karyadi, mengatakan bahwa kegiatan yang diikuti oleh 70 ribu lebih peserta ini merupakan bentuk dukungan terhadap Prabowo Subianto dalam menjaga dan merawat Persatuan Indonesia, sejalan dengan Sila ke-3 Pancasila.
-
Apa yang ditolak mentah-mentah oleh Prabowo Subianto? Kesimpulan Prabowo lawan perintah Jokowi dan menolak mentah-mentah Kaesang untuk menjadi gubernur DKI Jakarta adalah tidak benar.
Ade menjelaskan ada empat alasan mengapa poros ketiga rumit untuk dibentuk. Pertama, karena persaingan leadership di antara tokoh dari partai-partai yang masuk poros sisa dunia.
Tokoh leadership itu, kata Ade, di antaranya, Prabowo Subianto, Surya Paloh (SP) dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Di belakang AHY pasti ada sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Dari tiga tokoh ini kita sulit juga menentukan siapa yang mau mengalah dipimpin salah satu dari tokoh ini. Ini juga kemungkinan sulit bentuk koalisi di antara tiga tokoh," kata Ade, dalam konferensi pers, di Jakarta, Rabu (6/7).
"Prabowo kan sudah sering jadi capres, SP juga kita lihat punya NasDem dan tokoh nasional, dan Pak SBY yang jadi presiden Indonesia dua periode. jadi agak sulit di antara tiga tokoh ini yang mau dipimpin oleh salah satunya," sambungnya.
Alasan kedua, pembicaraan siapa yang akan diusung menjadi calon presiden (capres) belum menentukan titik temu. Partai Gerindra, Ade menilai Prabowo Subianto menjadi harga mati untuk dimajukan sebagai capres pada Pemilu 2024.
"Untuk NasDem, kemarin hasil rakernas ada tiga capres yang kemungkinan diusulkan: Ganjar, Anies dan Andika. Jadi masing-masing punya capres sendiri. Demokrat pasti harga mati akan mengusung Mas AHY, minimal cawapres," paparnya.
Kemudian alasan ketiga, Ade menyebut partai-partai di poros sisa dunia masih sangat mungkin bergabung dengan poros PDIP dan poros KIB.
"Berdasarkan historis, Gerindra dan PKB ini masih kemungkinan gabung PDIP. Demokrat PKS juga masih ada kemungkinan gabung KIB. Kalau Demokrat gabung PDIP sepertinya agak sulit, karena kita lihat historisnya Bu Mega dan Pak SBY. Begitu juga dengan PKS yang mungkin secara ideologi masih bertentangan jauh," ungkapnya.
Dan alasan terakhir, Gerindra saat ini tengah melakukan komunikasi intens dan membangun koalisi dengan PKB. Namun, Gerindra pun masih terbuka peluangnya berkoalisi dengan PDIP maupun partai lain termasuk Demokrat.
Sementara, PKB pun masih terbuka peluangnya bergabung bersama koalisi PDIP. Sehingga, koalisi antara Gerindra dan PKB masih sangat rapuh.
"Jadi kita lihat memang bahwa koalisi Gerindra-PKB ini baru hangat-hangat di awal, belum tahu kepastian selanjutnya seperti apa, kemungkinan pecah koalisi ini sangat besar," imbuh Ade.
(mdk/eko)