Presiden Megawati dan Pelantikan Dalam Sunyi
Mega dipilih MPR sebagai presiden setelah Gus Dur dilengserkan.
Pada 23 Juli 2001, gedung DPR MPR menjadi saksi pelantikan presiden perempuan pertama Republik Indonesia (RI), Diah Permata Setyawati Megawati Soekarnoputri. Megawati dilantik menjadi presiden setelah mendapatkan voting terbanyak dari MPR. Kala itu pemilihan presiden masih dipilih MPR.
Situasi politik juga saat itu tengah bergejolak. Sebab presiden sebelumnya, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur baru dilengserkan. Hal ini yang membuat pelantikan Megawati berlangsung dalam sunyi. Berikut cerita pelantikan Megawati:
-
Kapan pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden? Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029 pada 20 Oktober mendatang.
-
Kenapa pertemuan Prabowo dan Megawati dilakukan sebelum pelantikan? Menurut Muzani baik Prabowo maupun Megawati saling menghormati. Bahkan, kata dia, Megawati menyampaikan salam kepada Prabowo dan juga sebaliknya, Prabowo menitipkan salam hormat untuk Megawati.
-
Mengapa Prabowo dan SBY ingin bertemu Megawati? Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan keinginan untuk melakukan pertemuan dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
-
Apa yang dibicarakan Prabowo dan Jokowi? Saat itu, mereka berdua membahas tentang masa depan bangsa demi mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045.
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Kapan Presiden Jokowi meresmikan Bandara Panua Pohuwato? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan Bandar Udara Panua Pohuwato di Provinsi Gorontalo.
Berawal dari Pelengseran Gus Dur
Jalan Megawati Soekarnoputri menuju kursi RI 1 cukup berliku. Mega dipilih MPR sebagai presiden setelah Gus Dur dilengserkan.
Pada pemerintahan Gus Dur dikenal penuh dengan kontroversi. Salah satunya, Gus Dur sempat mengeluarkan dekrit pembubaran DPR. Namun Mahkamah Agung memutuskan dekrit yang dikeluarkan Gus Dur bertentangan dengan hukum.
Gus Dur juga sempat menyebut DPR seperti taman kanak-kanak. Hal ini memicu kemarahan DPR sehingga terjadi perseteruan hebat dengan Gus Dur.
MPR kemudian melengserkan Gus Dur. Keputusan itu tentu tak diterima oleh Gus Dur. Meski begitu, keputusan MPR tak bisa diubah dan Gus Dur jatuh dari jabatannya sebagai presiden.
Megawati Sempat Gagal Jadi Presiden
Pada Pemilu 1999, Megawati Soekarnoputri sempat gagal menjadi presiden. Padahal, saat itu PDIP menjadi partai pemenang pemilu setelah meraih sekitar 36 juta suara atau hampir 34 persen.
Waktu itu pemilihan presiden masih dipilih MPR. Hal lain yang menyebabkan Megawati gagal duduk di kursi presiden lantaran ada beberapa partai tak setuju.
Amien Rais yang merupakan Ketua Umum PAN awalnya pendukung Megawati sebagai penggerak reformasi. Akan tetapi di tengah jalan membentuk Poros Tengah.
Poros Tengah terdiri dari partai-partai Islam, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), PAN, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Keadilan (sekarang menjadi PKS). Mereka menolak Megawati menjadi presiden dengan alasan gender.
Poros Tengah ini memilih Gus Dur sebagai presiden yang kemudian mengalahkan Megawati. Gus Dur meraih 373 suara, sementara Megawati 313 suara.
Megawati Dipilih Jadi Presiden
Hasil voting yang menunjukkan bahwa MPR lebih memilih Gus Dur dibanding Megawati Soekarnoputri diterima dengan lapang dada. Megawati tetap menjalani peran sebagai wakil presiden.
Waktu terus berjalan hingga pada 2001 situasi politik berbalik arah. Amien Rais yang saat itu merupakan Ketua MPR memimpin Sidang Istimewa yang berujung pada jatuhnya Gus Dur.
Kesabaran Megawati berbuah manis. Dia kemudian naik menjadi presiden. Hamzah Haz yang semula menolak Megawati hanya bisa diam saat MPR memilihnya mendampingi Megawati sebagai wakil presiden.
Hari Pelantikan
Megawati dilantik dan diambil sumpahnya menjadi Presiden di Gedung DPR MPR, Senin (23/7/2011) petang. Megawati diangkat sebagai presiden berdasarkan Ketetapan MPR No III/MPR/2001 menggantikan Gus Dur. Masa jabatan Mega terhitung sejak pengucapan sumpah dan janji hingga habis sisa masa jabatan yakni pada 2004.
Dalam pidato pertamanya di hadapan MPR, Mega mengajak semua komponen masyarakat untuk membangun bangsa dan negara bersama-sama. Keterpurukan ekonomi dan krisis multidimensional yang berlarut-larut menjadi perhatian Mega dalam pidato singkatnya.
Tak Ada Perayaan Khusus
Saat pelantikan Megawati Soekarnoputri tak ada perayaan dari para pendukungnya. Di kantor DPP PDIP saat itu tak ada kegiatan apapun. Begitu juga di posko-posko PDIP lainnya.
Pendukung hanya mengikuti Sidang Istimewa MPR dari siaran televisi atau radio. Diseling jeda magrib, di panggung yang mereka dirikan, sebuah grup band mengiringi para penyanyi dari utusan cabang PDIP Jakarta Pusat. Sekitar 100 orang menikmati hiburan yang disajikan.
"Kita tentu saja gembira dengan pengangkatan Mbak Mega. Hanya, seperti pesan Mbak Mega, kegembiraan ini tidak boleh ditunjukkan secara berlebihan," kata Henny Kumbariyam (37), Wakil Sekretaris DPD PDIP DKI Jakarta, Senin (23/7/2001).
(mdk/dan)