Respons Aktivis 98 Terkait Bergabungnya Budiman Sudjatmiko ke Kubu Prabowo
Aktivis 98 menilai ada upaya memanipulasi sejarah masa lalu bergabungnya Budiman Sudjatmiko hingga anggota Dewan Kehormatan Perwira Wiranto ke kubu Prabowo.
Aktivis 98 menilai ada upaya memanipulasi sejarah masa lalu dengan bergabungnya Budiman Sudjatmiko hingga anggota Dewan Kehormatan Perwira Wiranto ke kubu Prabowo.
- Mantan Aktivis '98 Bakal Masuk Kabinet Prabowo, Intip Rekam Jejaknya
- Pilpres Usai, Budiman Sudjatmiko Mengalihfungsikan Kelompok Relawan Pendukung Prabowo
- Budi Djiwandono Bakal Maju Pilgub Jakarta, NasDem: Tokoh Muda Sudah Melalui Pergulatan Politik
- Budiman Sudjatmiko Bela Gaya Prabowo saat Debat Capres, Singgung Penampilan Orang Sembunyi di Balik Senyuman
Respons Aktivis 98 Terkait Bergabungnya Budiman Sudjatmiko ke Kubu Prabowo
Korban penculikan '98, Petrus Hariyanto menyebut, pikiran generasi Z maupun milenial telah diracuni Prabowo Subianto dan pendukungnya yang seakan-akan tidak bersalah dalam penculikan aktivis '98. Menurut Pertus, Prabowo dan pendukungnya telah memanipulasi sejarah masa lalu.
Petrus menilai, cara memanipulasi sejarah itu dengan cara bergabungnya aktivis '98 Budiman Sudjatmiko, serta sejumlah anggota Dewan Kehormatan Perwira (DKP) seperti Wiranto, Agum Gumelar dan Susilo Bambang Yudhoyono yang kini mendukung pasangan Prabowo-Gibran.
Padahal anggota DKP yang saat itu berpangkat Letnan Jenderal Agum Gumelar dan Letnan Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono mengadili Prabowo terkait pelanggaran HAM.
"Dukungan para aktivis '98 kepada Prabowo dalam capres juga pernyataan Budiman Sudjatmiko yang mengatakan Prabowo dalam kerangka menjalankan tugas negara juga bergabungnya mantan panglima ABRI (wiranto) yang mengeluarkan surat instruksi untuk mendukung DKP," kata Petrus saat konferensi pers di Grand Cemara, Jakarta Pusat, Kamis (28/12).
Petrus menyatakan, generasi Z maupun pemula saat ini tidak merasakan aura sejarah pelanggaran HAM berat masa lalu. Maka dari itu, pendukung Prabowo ingin menghapus dosa-dosa sekaligus memanipulasi sejarah bahwa Prabowo tidak melakukan pelanggaran HAM berat.
"Semua itu dalam kerangka membangun citra Prabowo sebagai calon presiden yang tidak mempunyai jejak gelap, jejak hitam, jejak noda di masa lalu," ujar Petrus.
Menurut Pertus, semua hanyalah manuver politik yang sifatnya transaksional karena Prabowo menjadi magnet.
Atas dasar itu, Petrus menyebut bahwa pemikiran generasi Z saat ini telah diracuni bahwa seolah-olah penculikan aktivis '98 adalah hal yang normal-normal saja.
"Saya pikir ini seruan kepada generasi Z yang tidak mengalami peristiwa itu dan saat ini dicoba pemikirannya diracuni bahwa penculikan itu sesuatu yang normal-normal saja, sesuatu yang bukan merupakan kejahatan," ucap Pertus.
Petrus menegaskan bahwa masih ada rekomendasi DPR, Komnas HAM, dan keputusan DKP yang menyatakan secara nyata bahwa kasus penculikan itu ada. Dia menegaskan, penculikan adalah kejahatan HAM serius.
"Penculikan adalah kejahatan HAM, berat penculikan melawan kemanusiaan," pungkasnya.