Rizal Ramli: Pilgub 2008 lalu Jatim jadi 'kelinci percobaan'
"Banyak KTP bodong dan banyak kecurangan kecurangan yang lain," kata Rizal.
Mantan Menteri Perekonomian di era Gus Dur (KH Abdurahman Wahid), Rizal Ramli jadi pembicara acara bedah buku berjudul "Melawan Pembajakan Demokrasi" di Surabaya, Jatim, Selasa (7/5). Buku ini sekadar mengingatkan masyarakat Jatim soal kecurangan Pilgub 2008 silam.
Acara itu juga dihadiri Calon Gubernur Jawa Timur (Pilgub Jatim) 2013, Khofifah Indar Parawansa. Selain itu, pakar hukum dan advokat senior Otto Hasibuan serta Rohaniawan Jimmy Oentoro juga hadir di sana. Bedah buku yang digelar The Venture-Lobby Plaza Town Square Suite Surabaya (Sutos).
Dalam kesempatan itu Rizal Ramli mengatakan, pada Pilgub 2008 silam, Jawa Timur dijadikan sebagai "kelinci percobaan." Sebab, ada banyak kecurangan terjadi saat itu. Namun kemudian kecurangan-kecurangan tersebut diikuti oleh daerah-daerah lain.
"Tahun 2008, Pilgub Jawa Timur menjadi kelinci percobaan. Banyak DPT (daftar pemilih tetap) yang bodong, banyak KTP bodong dan banyak kecurangan kecurangan yang lain. Dan kecurangan-kecurangan ini, kemudian diikuti oleh daerah-daerah lain," kata Rizal Ramli menyayangkan.
Untuk itu, lanjut dia, pada Pilgub Jatim kali ini, Jawa Timur harus bisa menjadi contoh demokrasi yang baik. "Meski ekonomi Jawa Timur menjadi nomor dua setelah Jakarta, masih ada masyarakat miskin. Maka Jawa Timur butuh sosok gubernur hebat, butuh gubernur perempuan hebat, dan itu ada pada diri Ibu Khofifah," kata Rizal berkampanye.
Di acara itu pula, Rizal juga mengingatkan pada calon incumbent, Soekarwo untuk segera bertobat. Segera meninggalkan "politik kartel."
"Mas Karwo (Soekarwo), tolong berhenti berpolitik kartel. Jangan digerogoti partai pendukung Khofifah, karena itu membunuh demokrasi di Jawa Timur. Di hulu, jangan disetop. Karena jika demikian, akan menghentikan proses demokrasi. Tujuan politik kartel itu agar khofifah tidak bisa maju, itu tidak sehat," kata Rizal mengingatkan Soekarwo.
Sebenarnya, masih menurut Rizal, di Jawa Timur butuh pemimpin nasionalis dan ulama. Karena jika koalisi itu terjadi, maka Jatim bisa sangat kuat. "Tapi sayang, PDIP sudah mengusung calonnya sendiri. Seandainya PDIP bergabung dengan Khofifah, tentu pasangan ini menjadi tak terkalahkan di Jawa Timur," sesal Rizal.
Seperti diketahui, sebagai pemilik 17 kursi di DPRD Jawa Timur, PDIP telah memutuskan mengusung Bambang Dwi Hartono-Said Abdullah di Pilgub Jawa Timur yang akan digelar 29 Agustus mendatang.
Sehingga, mimpi Khofifah untuk menggandeng Bambang DH tinggal kenangan. Ketua Umum PP Muslimat NU itu akan maju dengan gerbongnya sendiri. Meski sedikit mengkhawatirkan menjelang pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 13-19 Mei mendatang.
Sebab, PKB yang semula memberi rekomendasi ke Khofifah, bisa setiap saat menarik dukungannya. Karena hingga saat ini, DPW PKB Jawa Timur belum menyatakan sikap politiknya. Mendukung KarSa atau Khofifah.
Sementara kubu KarSa sendiri, sudah beberapa kali melakukan pendekatan ke PKB agara menarik dukungan ke Khofifah, sehingga pada saat pendaftaran ke KPU, Khofifah tidak memenuhi syarat dukungan, yaitu 15 persen suara.
Kini, Khofifah memiliki 16,92 persen suara yang didapat dari 13 persen suara milik PKB dan sisanya dari tujuh partai gurem (nonkursi). "Politik saat ini, cenderung menggunakan politik ular. Pelaku-pelaku politik seperti ini yang sangat berbahaya terhadap proses demokrasi di Indonesia," tandas Khofifah.