Romo Benny sebut Setya Novanto mengubah wajah politik jadi buas
Setya dinilai telah melanggar etika sebagai ketua DPR dan harus segera mundur.
Budayawan Romo Benny Susetyo menegaskan bahwa etika jika dipikirkan secara mengakar, akan lebih tinggi posisinya dibandingkan hukum. Di mata Benny, Ketua DPR Setya Novanto telah melecehkan etika terkait permintaan 20 persen saham perseroan dan meminta jatah 49 persen saham proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Urumuka, Papua pada PT Freeport Indonesia (PTFI).
"Setya Novanto mengabaikan etika, itu matinya hati nurani. Kalau sudah tak punya nurani maka artinya, itulah matinya etika. Politik tanpa etika cenderung buas. Elit politiknya seperti harimau, yang menerkam segala-galanya, kehilangan dimensi etik," kataBenny dalam diskusi di Kedai Kopi Deli, Jalan Sunda, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (19/11).
Benny menjelaskan, bahwa etika itu perintah, dan posisinya lebih tinggi dari hukum. Maka etika politik itu dimensinya ketika seseorang punya kredibilitas yang tidak melanggar wewenang. Menurutnya Setya harus mengundurkan diri sebagai ketua DPR jika dia sadar sudah melanggar kewenangannya.
"Etika menyangkut dimensi etis seseorang karena martabat melekat pada seseorang. Sekarang dia sebagai ketua DPR harus melepaskan dirinya sebagai pengusaha. Publik melihat ada pelanggaran etika yang serius. Kalau tak punya martabat, maka orang itu harus mengundurkan diri dari jabatannya, karena menyangkut perkara etis," jelasnya.
Bagi Benny, jika etika tak ditegakkan, maka peradaban akan hancur. Sebab tokoh politik kita tidak akan lagi berpikir dan bertindak dengan dasar etika sebagai manusia yang memiliki rasionalitas. Dia mendesak agar anggota DPR yang lain berani tegas memperkuat mosi tidak percaya pada Setya.
"Martabat itu sesuai yang punya nilai tinggi. Makanya menjaga nama baik itu penting. Tapi sekarang kehormatan DPR dirusak dan ini dibenarkan, ini logikanya sesat. Anggota DPR harus menyatakan mosi tidak percaya karena peradaban parlemen sudah dirusak," tegasnya.
Susetyo menegaskan baha ketika peradaban parlemen dalam disorientasi ini maka peradaban kita akan mundur. menurutnya pelanggaran etika lebih besar daripada pelanggaran hukum.
"Elit politik kita sering berselingkuh dengan komparador asing dengan memperjualbelikan kekayaan kita untuk kepentingan bisnis pribadi. Itu sebenarnya dia menjadi alat kapitalis. Sejarah berulang kembali. Kita dijajah kekuatan ekonomi. Kebangkrutan ekonomi kita karena perselingkuhan antara elit politik dan kapitalisme," pungkasnya.