Sederet Ketum Partai Koalisi Jokowi Bertemu JK, Manuver Jegal Anies?
Menurutnya, kunjungan ketiga ketum parpol itu dengan JK untuk melobi bagaimana dinamika koalisi kedepan sebelum masa pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Beberapa ketua umum partai politik berbondong-bondong mengunjungi Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla atau JK. Pertemuan tersebut, dikatakan sebagai silaturahmi atau halal bi halal.
Ketua umum parpol itu diantaranya, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.
-
Kenapa Prabowo Subianto dan Jenderal Dudung menggandeng tangan Jenderal Tri Sutrisno? Momen ini terjadi ketika ketiga jenderal tersebut sedang berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan atau tempat digelarnya gala dinner seusai mengikuti rangkaian parade senja atau penurunan upacara bendera merah putih.
-
Apa yang dilakukan Menhan Prabowo Subianto bersama Kasau Marsekal Fadjar Prasetyo? Prabowo duduk di kursi belakang pesawat F-16. Pilot membawanya terbang pada ketinggian 10.000 kaki.
-
Kapan pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden? Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029 pada 20 Oktober mendatang.
-
Apa yang diusung Prabowo Subianto dalam acara tersebut? Ketua Umum Pilar 08, Kanisius Karyadi, mengatakan bahwa kegiatan yang diikuti oleh 70 ribu lebih peserta ini merupakan bentuk dukungan terhadap Prabowo Subianto dalam menjaga dan merawat Persatuan Indonesia, sejalan dengan Sila ke-3 Pancasila.
-
Apa yang dilakukan Aira Yudhoyono bersama kakeknya, Susilo Bambang Yudhoyono? Mereka menikmati waktu bersama dengan penuh keasyikan, saling memperhatikan berbagai hal di sekitar mereka!
-
Siapa yang bertemu dengan Prabowo Subianto? Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep menemui Ketum Gerindra Prabowo Subianto.
Pengamat politik Ujang Komarudin menilai, wajar jika para ketum parpol bertemu dengan JK. Sebab, JK merupakan tokoh yang masih berpengaruh di Indonesia, meskipun dia bukanlah ketua umum parpol.
"Apalagi Pak JK, kita tahu mentornya Anies salah satu yang katakanlah yang menggerakan koalisi perubahan walaupun bukan ketum partai tapi punya andil punya peran juga dalam pembentukan koalisi perubahan," kata Ujang, saat dihubungi merdeka.com, Minggu (7/5).
Menurutnya, kunjungan ketiga ketum parpol itu dengan JK untuk melobi bagaimana dinamika koalisi ke depan sebelum masa pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Memang tidak salah kalau Prabowo bermanuver bersilatuhami dengan JK, saya rasa itu hal yang positif bagian dari lobi dan silaturahmi untuk menjaga segala kemungkinan yang akan terjadi di depan," ujarnya.
Selain itu, dia juga tak menampik jika tujuan kedatangan tiga ketum parpol untuk melakukan tarik menarik koalisi. Baik untuk membentuk koalisi baru atau menambah kekuatan di koalisi perubahan.
Dia menilai hingga saat ini, dinamika politik sangat cair. Segala sesuatunya masih sangat banyak terjadi kemungkinan.
"Bisa jadi Golkar mengajak Demokrat, PKB ngajak Demokrat, itu bagian dari menarik koalisi perubahan agar ada koalisi lain sehingga koalisi yang ada saat ini koalisi perubahan itu tidak sampai mencapreskan Anies," ungkap dia.
"Ataukah memang akan ada tambahan untuk koalisi perubahan kita tidak tahu, oleh karena itu selama jalur kuning belum melengkung, selama di KPU belum di daftarkan semua kemungkinan bisa terjadi, tarik-menarik itu," imbuh Ujang.
Cak Imin menjadi ketum partai koalisi Jokowi yang bertemu JK. Cak Imin mengaku meminta nasihat Wakil Presiden RI ke-10 dan 12, Jusuf Kalla soal koalisi besar. Hal itu disampaikan usai Cak Imin sowan ke kediaman JK di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan, Sabtu (6/5).
"Yang pertama kita tanya sekaligus beliau, nasihatnya soal koalisi besar bagaimana?" ujar Cak Imin usai pertemuan yang berlangsung kurang lebih 90 menit itu.
JK memaparkan pandangan terkait rencana koalisi besar. Menurut politikus senior Golkar ini, koalisi besar sulit terwujud secara politik. Karena akan sulit menyatukan kepentingan partai-partai yang berbeda dalam satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
"Bahwa itu suatu ide wacana yang baik, tapi secara pelaksanaan politiknya sulit karena tidak mudah untuk dalam jumlah semuanya akan bersatu dalam satu calon," kata JK.
Ikuti perkembangan terkini seputar berita Pemilu 2024 hanya di merdeka.com
(mdk/ray)