Menebak Arah Langkah Jokowi Usai Tidak Jabat Presiden
Ternyata, isu Jokowi ingin gabung ke partai politik bukan hanya menuju ke Golkar saja
Ternyata, isu Jokowi ingin gabung ke partai politik bukan hanya menuju ke Golkar saja
Menebak Arah Langkah Jokowi Usai Tidak Jabat Presiden
Presiden Joko Widodo (Jokowi) diisukan bakal bergabung ke Partai Golongan Karya (Golkar) hingga menjadi Calon Ketua Umum (Caketum).
Namun, kabar tersebut ternyata membuat tidak langsung diaminkan oleh Jokowi dan bahkan anak sulungnya yang kini menjadi Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka.
Meski begitu, isu tersebut ternyata disambut baik oleh para politisi partai berlambang pohon beringin tersebut. Mulai dari Ketua Umum (Ketum) Airlangga Hartarto hingga sejumlah Wakil Ketum (Waketum) lainnya.
"Baik, bagus bagus saja," kata Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (26/2).
Apalagi, sejumlah petinggi partai berwarna kuning ini sangat terbuka untuk Jokowi jika memang betul-betul ingin bergabung ke partai politik tersebut.
Meski begitu, belum diketahui secara pasti posisi apa yang nantinya akan dijabat oleh eks Wali Kota Solo tersebut jika memang benar bergabung ke Golkar.
Akan tetapi, sejumlah kader Golkar pun tetap berharap agar semoga mantan Gubernur DKI Jakarta itu bergabung ke partai yang saat ini dipimpin oleh Airlangga.
"Kalau ormas MKGR tentu kita sangat senang. Saya rasa bukan hanya Golkar semua partai kalau Pak Jokowi gabung ke mana kader partainya pasti senang. Kalau saya sebagai kader Golkar dan Ketum MKGR saya pasti senang," kata Wakil Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Ketua Umum Ormas Pendiri Partai Golkar MKGR Adies Kadir, kepada wartawan, di Kawasan Jakarta Selatan, dikutip Rabu (28/2)
"Cuma kita lihat seperti apa. Kalau mau gabung ya seperti apa. Kita harus menunggu. Saya hanya bisa berdoa semoga bergabung beneran," ujar dia.
Ternyata, isu Jokowi ingin gabung ke partai politik bukan hanya menuju ke Golkar saja. Melainkan juga terhadap Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), yang memang terbuka terhadap siapa saja.
Bukan hanya terbuka bagi Jokowi, melainkan juga terhadap Gibran, Wali Kota Medan Bobby Nasution dan juga kepada masyarakat umum lainnya.
"Partai Gerindra adalah partai terbuka, siapa saja bisa masuk ke Gerindra," kata Habiburokhman usai Silaturahmi Partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) Jakarta di Jakarta, Minggu (5/11).
"Kami terbuka ya, tidak ada dikhususkan ke Gibran, ke Bobby, silakan saja kalau yang ingin masuk Partai Gerindra kami terbuka saja,"
kata Habiburokhman.
merdeka.com
Selain itu, kabar Jokowi yang kini masih menjadi bagian dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk bergabung ke partai politik lain bukan hanya ke Golkar dan juga Gerindra.
Melainkan juga ke partai lainnya, yang kini dipimpin oleh Kaesang Pangarep yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Hal ini pun diamini langsung oleh putranya yang menjadi ketua umum.
"Saya sebagai ketua umum berharapnya seperti itu (Jokowi bergabung ke PSI). Insyaallah, kalau mau, nanti bisa pakai jaket ini (jaket PSI dengan identitas ketua umum), tapi tanpa nama saya,"
kata Kaesang kepada wartawan usai menyantap makan malam bersama Presiden Jokowi dan sejumlah PSI di Sun Plaza, Kota Medan, Sumatera Utara, Rabu (7/2).
Ternyata, hal itu pun direspons langsung oleh Jokowi yang mengaku senang dengan partai yang kini dipimpin oleh anaknya tersebut.
"Sudah saya sampaikan, saya sejak dulu sudah senang sama yang namanya PSI," kata Jokowi.
Sementara itu, jika benar Jokowi akan keluar dari PDIP dan bergabung ke salah satu partai politik. Pengamat Politik Adi Prayitno menyebut, jika Jokowi lebih pantas bergabung ke Partai Golkar.
"Kalau dilihat dari jauh rasa-rasanya Jokowi tertarik gabung partai. Terutama ke Golkar. Tak mungkin ada isu Jokowi ke Golkar kalau tak ada gestur ke arah itu. Tak mungkin ada asap tanpa ada api," ujar Adi.
Cocoknya Jokowi ke Golkar karena memang partai itu disebutnya merupakan partai politik yang besar. Apalagi, Jokowi disebutnya bisa dapat mempertahankan pengaruh politiknya.
Namun, hal ini tinggal menunggu soal apakah Golkar dan Jokowi berjodoh atau tidak dan bisa berjalan bersama atau tidak. Apalagi, hingga kini belum diketahui arah politik Jokowi selanjutnya usai tidak menjabat sebagai Presiden RI.
"Kalau Jokowi ke Golkar cocok karena Golkar partai besar. Tinggal apakah Golkar dan Jokowi ada ‘jodoh’ bisa bersama. Dengan masuk Golkar Jokowi bisa mempertahakan pengaruh politik.
"Secara normatif begitu (pertahankan pengaruh politik), karena Golkar partai besar. Tapi tergantung juga posisinya apa, kalau bukan ketum posisi tawarnya tak terlalu berpengaruh. Problemnya, apakah kader Golkar mau menerima Jokowi jadi ketum?," ujar Adi Prayitno.
"Hanya posisi ketum yang sangat powerful dan sentral yang bisa mengarahkan keputasan politik strategis partai," sambungnya.
Dari banyaknya isu yang menyasar kepada dirinya soal gabung ke partai politik lain. Ternyata, Jokowi lebih memilih kembali ke kampung halamannya di Solo dan menjadi rakyat biasa usia tidak menjabat sebagai presiden.
Diketahui, Jokowi akan mengakhiri jabatan sebagai presiden pada Oktober 2024 mendatang. Karena, pada bulan tersebut akan dilantik seorang Capres-Cawapres terpilih pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
"Ya jadi rakyat biasa, kembali ke Solo jadi rakyat biasa," kata Jokowi di Pasar Tradisional Purworejo, Jawa Tengah, seperti dilihat dari YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (2/12).