Suara PDIP terpecah, antara pujian dan tumbangkan Ahok
Sampai saat ini, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri belum menentukan arah politik partai di Pilgub DKI Jakarta.
Peta politik jelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta terbagi antara gerakan mendukung calon petahana Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan gerakan asal bukan Ahok. Tiga partai politik sudah menentukan sikap bakal mengusung Ahok yakni Partai Golkar, Hanura dan NasDem. Partai politik di luar itu memilih berseberangan dengan Ahok.
Namun yang masih jadi tanda tanya adalah sikap politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Sampai saat ini, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri belum menentukan arah politik partai di Pilgub DKI Jakarta. Apakah mendukung Ahok atau mengusung calon lain yakni Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang belakangan namanya santer didorong maju di Pilgub DKI.
Ketua DPP PDIP Andreas Pereira tidak menampik peluang partainya untuk mengusung Ahok-Djarot masih terbuka. peluangnya masih 50 persen. Megawati pernah mengumpulkan petinggi-petinggi PDIP di kediamannya, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Salah satu pokok bahasannya, Pilgub DKI. Dalam pertemuan itu, opsi pertama untuk Pilgub DKI adalah menduetkan kembali Ahok dan Djarot Saiful Hidayat. Ahok pun semakin percaya diri.
Berulang kali dia mengklaim mendapat dukungan dari Megawati. Contohnya kemarin, saat Ahok mengaku menghadiri pertemuan dengan Megawati dan Djarot Saiful Hidayat. Pertemuan digelar di kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat. "Bu Mega intinya, ya beliau tetap saya dengan Djarot, beliau setuju," ujar Ahok di Balai Kota, Rabu (17/8).
Mantan Bupati Belitung Timur itu mengatakan, jika diusung PDIP, dia tak perlu lagi ikut penjaringan dan pendaftaran. Selain itu, kata dia, Megawati lebih cenderung sama calon petahana.
"Tetapi kan PDIP butuh proses, yang pasti bagi Bu Mega aku tidak perlu fit and proper test dan tidak perlu mendaftar karena aku sudah pernah terdaftar di tahun 2012. Itu Bu Mega ngomong," ucapnya.
Tapi itu baru sebatas klaim Ahok sendiri mengingat Megawati Soekarnoputri belum mengeluarkan instruksi untuk seluruh kadernya. Bukan rahasia lagi, suara PDIP kini terbelah dua. Antara kelompok pendukung dan penentang Ahok.
Petinggi PDIP tak segan memuji kinerja Ahok selama memimpin Jakarta bersama Djarot. "Kalau kinerja Ahok-Djarot bagus, kinclong, dan dampaknya terhadap kesejahteraan rakyat dirasakan, signifikan," ujar Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno beberapa waktu lalu.
"Evaluasi kami sampai hari ini, kinerjanya cukup baik. Kalau Ahok konsentrasi pada penyelesaian tugas-tugasnya. Speed up, akselerasi anggaran-anggaran di DKI ini luar biasa. Bisa muncul jadi pusat kebudayaan baru di Asia Tenggara," klaim Hendrawan.
Politisi senior PDIP Maruarar Sirait juga menyakini partainya akan segera memberikan dukungan kepada Ahok. Pria akrab disapa Ara ini menyebut ada 3 sinyal diberikan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mendukung Ahok.
"Saat ultah Bu Mega, Ahok dapat tumpeng pertama, lalu dapat buku pertama di acara Museum Kota Tua dan saat haul Pak Taufik saya melihat bagaimana hubungan yang sangat baik antar keduanya," kata Ara.
Di sisi lain, ada kelompok-kelompok penentang Ahok. Bahkan belakangan ini semakin kencang menolak mendukung mantan politisi Gerindra itu. Dalam rapat konsolidasi di markas DPD PDIP DKI Jakarta, sejumlah kader dengan penuh semangat dan kompak menyanyikan lagu 'Ahok Pasti Tumbang'. Wakil ketua Badan Pemenangan Pemilu DPD PDIP DKI Jakarta, Gembong Warsono membenarkan video itu dinyanyikan kader PDIP. Video berdurasi 31 detik itu dibuat saat rapat konsolidasi internal partai di DPD PDIP DKI Jakarta.
"Iya itu dibuat saat rapat konsolidasi hari Jumat malam," kata Gembong saat dihubungi merdeka.com.
Gembong kaget video rapat yang dihadiri pengurus partai mulai dari DPD, DPC hingga anak cabang PDIP itu tersebar luas. Sebab, video itu seharusnya tidak menjadi konsumsi umum. "Harusnya itu hanya untuk konsumsi internal partai saja," ujar Gembong.
Tidak hanya DPD PDIP DKI Jakarta, kelompok penolak Ahok juga datang dari politisi DPP PDIP. Wasekjen PDIP Ahmad Basarah menyatakan partainya akan mengusung Calon Gubernur dan Wakil Gubernur 2017 dengan kriteria pemimpin yang sabar dan tidak menimbulkan kegaduhan-kegaduhan. Pernyataan ini seolah memutar kepada sikap calon petahana Basuki Tjahaja Purnama, yang kerap kali terlihat emosional dan gegabah.
"Saya kira tentunya bukan ke Pak Ahok ya (kriteria pimpinan), soal santun kemudian beretika ya kalau Pak Ahok suka maki-maki orang saya. Saya maksudnya bukan Pak Ahok gitu," kata Ahmad di Gedung DPR RI, Jumat (12/8).
Ahmad Basarah menegaskan partainya sudah tidak memiliki urusan dengan Ahok. Sebab mantan Bupati Belitung Timur ini tidak mengikuti mekanisme yang ada.
"Yang pasti Ahok tidak mendaftar, terakhir pernyataan dia tidak akan mendaftar lewat PDIP. Jadi saya kira selesai sudah urusan Ahok dengan PDIP, karena dia sendiri yang menyimpulkan itu," katanya.
Partainya tidak akan memaksa untuk ambil bagian mendukung Ahok. Sebab, suami Veronica Tan ini merasa cukup dengan dukungan tiga partai, Hanura, NasDem dan Golkar.
"Karena merasa cukup diusung tiga partai politik, dan tidak lagi membutuhkan dukungan PDIP. Jadi Ahok yang memutuskan tidak maju lewat PDIP," tutupnya.
Ketua DPP PDIP Arteria Dahlan juga menunjukkan penolakan terhadap Ahok karena sikap arogan yang ditunjukkan selama memimpin DKI Jakarta. Dia mengkritisi kebijakan Ahok yang kerap menggusur rakyat kecil. Penggusuran yang dilakukan di Kampung Luar Batang, pasar ikan dan Kalijodo dinilai sangat menyulitkan rakyat kecil. Terlebih, Pemprov DKI melibatkan Polri dan TNI dalam aksi tersebut.
Ahok sendiri mengaku mengetahui kondisi internal PDIP yang terbelah dua. Karena kondisi itulah dia tak kunjung mendapat restu Mega. Partai berlambang banteng moncong putih itu belum satu suara mendukung Ahok. Bahkan ada kader-kader PDIP yang berkomitmen mengalahkan Ahok.
"Mereka masih mau konsolidasi kayaknya, di bawahnya itu, di bawahnya agak pecah. Karena dia (kader PDIP) udah bikin nyanyi-nyanyi tumbangin Ahok segala macem tuh di bawahnya," kata Ahok.
-
Kapan Pilkada DKI 2017 dilaksanakan? Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
-
Apa saja isu yang muncul selama Pilkada DKI 2017? Apalagi pemilihan tersebut juga diwarnai dengan isu-isu seperti agama, etnis, dan kebijakan publik.
-
Kapan Pilkada DKI 2017 putaran kedua dilaksanakan? Pemungutan Suara Putaran Kedua (19 April 2017):Putaran kedua mempertemukan pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga.
-
Kapan PDIP menang di pemilu 2019? Partai pemenang pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase 19.33% dari total suara sah yang diperoleh.
-
Siapa saja yang diusulkan untuk diusung oleh PDIP di Pilgub DKI 2024? Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan partainya masih mencermati nama-nama tokoh yang diusulkan untuk diusung sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta pada Pilkada serentak 2024.
-
Siapa saja kandidat yang bertarung di Pilkada DKI 2017? Saat itu, pemilihan diisi oleh calon-calon kuat seperti Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
Baca juga:
Setnov mengaku bersyukur jika PDIP pasangkan lagi Ahok & Djarot
Peluang PDIP bakal usung Ahok-Djarot masih 50:50
PDIP: Ahok- Djarot dan calon lain punya peluang sama buat diusung
Djarot pasrah jika diduetkan lagi dengan Ahok oleh PDI Perjuangan
Temui Megawati di DPP PDIP, Ahok klaim disetujui duet dengan Djarot
Ahok sebut PDIP segera lakukan konsolidasi