Survei LSI Denny JA: Elektabilitas Jokowi pasca Pilkada naik
Elektabilitas capres petahana Joko Widodo mengalami kenaikan pasca Pilkada Serentak 2018. Dalam survei LSI Denny JA bulan Juli, elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta itu naik menjadi 49,30 persen dari 46 persen pada bulan Mei.
Elektabilitas capres petahana Joko Widodo mengalami kenaikan pasca Pilkada Serentak 2018. Dalam survei LSI Denny JA bulan Juli, elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta itu naik menjadi 49,30 persen dari 46 persen pada bulan Mei.
"Ada tren kenaikan elektabilitas Jokowi sebagai petahana pasca pilkada, namun sebagai petahana masih di bawah 50 persen tidak terlalu baik," ujar peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby saat memaparkan hasil survei di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (10/7).
-
Kapan survei LSI Denny JA dilakukan? Sebagai informasi, survei LSI Denny JA ini dilakukan mulai 26 Januari hingga 6 Februari 2024.
-
Bagaimana cara LSI Denny JA melakukan survei tentang elektabilitas partai? Sebagai informasi, survei ini menggunakan metodologi sampling multi-stage random sampling pada 1.200 responden. Adapun survei ini memiliki margin of error kurang lebih 2,9 persen.
-
Berapa elektabilitas PSI menurut survei LSI Denny JA? Elektabilitas PSI hanya sebesar 1,5 persen. Direktur Citra Publik Indonesia (CPI) LSI Denny JA Hanggoro Doso Pamungkas menilai, kehadiran Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum PSI belum membuat elektabilitas partai tersebut naik.
-
Siapa yang melakukan survei LSI? Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis peta dukungan apabila Pilpres 2024 berlanjut ke putaran kedua. Dengan posisi pasangan nomor urut dua Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dipastikan melaju ke putaran kedua.
-
Kapan LSI melakukan survei? “Kalau melihat data-data ini, yang belum menentukan pilihan untuk pilihan kedua masih sangat besar. Itu berarti dinamika dukungan masih sangat tinggi,” Adapun survei ini dilakukan pada awal Desember 2023, memakai metode random digit dialing (RDD) dengan teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.
-
Apa yang terjadi pada Pilkada Jateng berdasarkan survei LSI? Survei LSI: Kaesang Unggul di Pilkada Jateng Berkat Pengaruh Presiden Jokowi Djayadi menegaskan, Pilkada Jawa Tengah masih sangat cair.
Survei nasional dilaksanakan setelah pergelaran Pilkada Serentak 27 Juni 2018, dari 28 Juni sampai 5 Juli. Metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan responden 1.200 orang. Survei memiliki margin of error kurang lebih 2,9 persen. Survei ini juga dilengkapi dengan focus group discussion, analisis media dan wawancara mendalam.
Adjie menuturkan kenaikan elektabilitas tersebut tidak begitu dipengaruhi hasil Pilkada. Meski, calon gubernur terpilih di wilayah Jawa terafiliasi dengan Jokowi. Menurutnya, kenaikan itu tak lain berkat persepsi terhadap kinerja semata.
"Memang ada sejumlah daerah yang istilahnya calon Jokowi menang dan itu daerah besar jabar jateng jatim namun kalau kita lihat terhadap elektoral Jokowi sebetulnya ada impact-nya tapi tidak terlalu signifikan," jelas Adjie.
Kenaikan elektabilitas tersebut pun belum aman bagi Jokowi lantaran baru mengantongi elektabilitas di bawah 50 persen. Adjie menjelaskan mengapa lonjakan tersebut tidak terlalu besar karena masyarakat masih memiliki persepsi kurang dalam isu ekonomi.
"Isu ekonomi publik tidak terlalu puas dalam bidang ekonomi, dalam infrastruktur memang oke, tapi tidak berdampak langsung. Yang diinginkan publik hal mendasar seperti sembako, masyarakat merasakan lebih sulit. Kedua lapangan kerja, persepsi publik kepada Jokowi rendah. Isu ini mengapa elektabilitas tidak signifikan naik," jelasnya.
Sementara, elektabilitas lawan Jokowi cenderung stagnan. LSI Denny JA menggabungkan elektabilitas calon lawan Jokowi. Pada bulan Mei elektabilitas gabungan itu 44,70 persen. Pada bulan Juli hanya naik menjadi 45,20 persen.
"Elektabilitas lawan jokowi cenderung stagnan. Ini gabungan calon penantang Jokowi yang kita kumpulkan ada Prabowo, Anies, AHY, Muhaimin dan nama lain kita uji dan hasil kita kumpulkan," kata Adjie.
Temuan lainnya, pemilih yang menentukan pilihannya cenderung menurun. Pada bulan Mei jumlah pemilih yang belum menentukan sebanyak 9,30 persen. Pada Juli turun menjadi 5,50 persen.
Baca juga:
Jokowi dinilai butuh cawapres dekat dengan Islam tapi non sektarian
Surya Paloh soal nama cawapres Jokowi: Bisa yang ramai sekarang atau jarang disebut
Tifatul ingatkan Gerindra: Tidak bisa ditawar, cawapres harus dari PKS
PAN nilai Prabowo-AHY tidak cocok karena sama-sama dari militer
Amien Rais sindir TGB keluar dari jalan Allah, Ngabalin sebut salah alamat
Wapres JK soal manuver TGB: Politik bisa berubah, kepentingan tidak