Survei sebut reshuffle mendesak, menteri cuma senangkan hati Jokowi
Sebanyak 60,4 persen minta Jokowi segera melakukan perombakan kabinet kerja.
Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik (KedaiKOPI) melakukan survei terhadap perombakan kabinet pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Hasilnya, 60,4 persen responden memilih reshuffle kabinet sebagai sesuatu yang mendesak dan perlu segera dilakukan.
Sementara 38 persen responden menyatakan tidak perlu melakukan bongkar pasang kabinet dalam waktu dekat ini. Jubir KedaiKOPI Hendri Satrio menilai, para responden berharap reshuffle dilakukan agar adanya perbaikan kehidupan ekonomi dan politik yang kian mengkhawatirkan.
"Para menteri bekerja bukan untuk publik tetapi untuk menyenangkan hati Jokowi. Kerjanya tidak maksimal hanya berdasarkan persepsi presiden, sehingga nilai esensi kerjanya tidak ada," kata Hendri di Kedai Kopi Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (21/6).
Hendri mencontohkan, aksi para menteri minim terobosan baru untuk memperbaiki perekonomian dan politik di Indonesia. Selama ini, para pejabat di kabinet hanya sekadar meniru gaya berpakaian dan blusukan Jokowi saja.
Kekecewaan itu, jelas terungkap dalam tingkat kepuasaan masyarakat atas kinerja pemerintahan Jokowi-JK. KedaiKOPI juga melakukan survei terhadap kinerja pemerintahan Jokowi. Sebanyak 58,8 persen responden menyatakan kurang puas, sebesar 8 persen mengaku tidak puas sama sekali dan 1,6 persen menyatakan sangat puas dengan kerja pemerintahan saat ini.
Dalam kesempatan yang sama, Pengamat Kebijakan Publik Ibnu Purna mengatakan, ketidakpuasaan masyarakat muncul dari pemimpin negara yang lalai menjalankan kebijakan publik yang dijanjikan saat kampanye.
"Harapan pemerintah tinggi, tapi mereka belum dapat melaksanakan Nawacita dan Trisaksi saat kampanye Jokowi," kata Ibnu.
Namun, dalam kondisi tak menentu, presiden memilih jalan pintas memperbaiki kinerja pemerintahan melalui reshuffle kabinet. Padahal, cara ini justru memperlambat perbaikan di berbagai sektor.
"Kalau begini jadi mulai dari awal, ada kebijakan dan orang baru. Belum nanti, ada ketua parpol yang menolak menterinya dicopot," katanya menambahkan.
Survei dilakukan pada 26 Mei sampai 3 Juni 2015 dengan 250 responden di wilayah Sudirman, Thamrin dan Kuningan, Jakarta. Survei dilakukan dengan cara mewawancarai langsung atau face to face interview dengan metode purposive sampling.
Baca juga:
Survei: Ini 4 menteri Jokowi yang harus pertama direshuffle
Soal reshuffle, Wiranto berharap kadernya baik-baik saja
Romy: Jokowi butuh kekompakan, menteri parpol tak mungkin diganti
Menko Polhukam pasrah soal reshuffle kabinet
Fadli Zon sebut Jokowi tak perlu mengancam jika mau copot menteri
JK sebut kinerja menteri ada yang kurang, sangat mungkin reshuffle
-
Kapan reshuffle kabinet menteri dan wakil menteri dilakukan? Presiden Joko Widodo kembali melakukan reshuffle menteri dan wakil menteri Senin (17/7) hari ini.
-
Apa yang sedang dilakukan Prabowo terkait susunan kabinet? Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, membenarkan bahwa sampai saat ini Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin belum pernah diundang saat menbahas susunan kabinet. Sebab, Dasco menegaskan, untuk menyusun kabinet merupakan hak prerogatif Presiden terpilih Prabowo Subianto. "Jadi memang yang namanya susunan menteri itu sebagai hak prerogatif presiden terpilih yang melakukan simulasi-simulasi," kata Dasco, saat diwawancarai di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Sabtu, (14/9).
-
Apa tanggapan Jokowi soal rencana Prabowo menambah jumlah Kementerian? Jokowi mengaku tak memberi masukan kepada Prabowo soal penambahan kementerian.
-
Apa yang mungkin diberikan Jokowi untuk Kabinet Prabowo? Tak hanya memberikan pendapat, mantan Wali Kota Solo tersebut juga bisa memberikan usulan nama untuk kabinet mendatang.
-
Bagaimana Prabowo dinilai akan meneruskan pemerintahan Jokowi? Sebagai menteri Presiden Jokowi, Prabowo kerap ikut rapat. Sehingga, Prabowo dinilai tinggal meneruskan pemerintahan Presiden Jokowi-Ma'rufA Amin.
-
Apa yang terjadi di Bukber Kabinet Jokowi? Bukber Kabinet Jokowi Tak Dihadiri Semua Menteri 01 & 03, Sri Mulyani: Sangat Terbatas