Wasekjen Demokrat Sebut SBY Lebih 'Wise' Dari Jokowi Dalam Hadapi Kritik
Ketangguhan SBY menghadapi kritikan dari publik terlihat jelas saat aksi unjuk rasa digelar di Bundaran HI, Jakarta Pusat, pada 2010 lalu. Saat itu, massa membawa spanduk SBY dan kerbau. SBY lantas diibaratkan seperti kerbau yang 'lebay'.
Wasekjen Demokrat, Didi Irawadi Syamsuddin mengkritik pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam menghadapi kontestasi Pemilu 2019. Dia menyebut, pemerintah mudah tersinggung dan 'baper' atas kritikan dari publik.
Salah satu contoh kasus yang diambil Didi adalah cuitan Wasekjen Partai Demokrat, Andi Arief soal 7 kontainer surat suara yang sudah dicoblos di akun Twitter. Menurutnya, pemerintah menanggapi pesan Andi Arief secara berlebihan.
-
Apa yang dilakukan Aira Yudhoyono bersama kakeknya, Susilo Bambang Yudhoyono? Mereka menikmati waktu bersama dengan penuh keasyikan, saling memperhatikan berbagai hal di sekitar mereka!
-
Apa yang dibicarakan Prabowo dan Jokowi? Saat itu, mereka berdua membahas tentang masa depan bangsa demi mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045.
-
Bagaimana Presiden Jokowi mengenalkan Prabowo Subianto sebagai Presiden Terpilih? Menlu Retno mengatakan bahwa Presiden Jokowi dalam setiap kesempatan dan acara selalu mengenalkan Prabowo Subianto selaku calon presiden terpilih.
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Bagaimana hubungan Budi Djiwandono dengan Prabowo Subianto? Budi adalah anak dari Joseph Sudrajad Djiwandono dan Biantiningsih Miderawati Djojohadikusumo. Sang ibu merupakan kakak dari Prabowo Subianto.
-
Bagaimana Prabowo Subianto mendapatkan dukungan dari Presiden Jokowi? Saat ini, Prabowo menjabat Menteri Pertahanan dalam Kabinet Indonesia Maju.
"Yang berkuasa di sini adalah negara, negara harus kuat menghadapi kritik. Kalau sedikit-sedikit baper, maaf nih ya," katanya dalam diskusi bertajuk Menuju Pemilu Bermutu di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (5/12).
Dia mengungkapkan, selama ini label baper dilekatkan pada sosok Presiden ke-enam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Menurutnya, tuduhan itu keliru. Justru Presiden Jokowi dianggap baper dalam menghadapi pelbagai persoalan bangsa.
"Seringkali mantan presiden dituduh demikian tapi justru pemerintah sekarang harus memiliki pertahanan terhadap isu dan cobaan," ujarnya.
Ketangguhan mantan Jenderal TNI itu menghadapi kritikan dari publik terlihat jelas saat aksi unjuk rasa digelar di Bundaran HI, Jakarta Pusat, pada 2010 lalu. Saat itu, massa membawa spanduk SBY dan kerbau. SBY lantas diibaratkan seperti kerbau yang 'lebay'.
Menurut Didi, SBY menanggapi aksi demonstrasi unik itu dengan bijaksana. SBY tidak merasa kesal, marah apalagi mempolisikan pengunjuk rasa.
"Mungkin sebagai manusia siapa pun pasti sakit hati tapi bagaimana wise Pak SBY dijaga menahan, menjaga persatuan dan kesatuan. Tapi sekarang sedikit-sedikit saya kira ya itu biasa ada kritikan-kritikan, namun jadi besar karena ada yang merasa sangat terganggu," jelasnya.
"Kalau itu dianggap biasa-biasa saja 7 kontainer (surat suara) kita percayakan saja pada proses hukum. Serahkan kepada penegak hukum untuk menyelidiki siapa yang melempar isu itu dari awal dan katakanlah memecah belah," imbuh Didi.
Didi melihat pemerintah Jokowi-Jusuf Kalla juga tidak bisa membedakan mana pesan yang bersifat mengingatkan dan memprovokasi. Siapa pun yang berseberangan dengan pemerintah maka dianggap menyebarkan pesan yang memecah belah bangsa.
"Katakanlah di sosmed ini kan banyak sekali orang ada yang mengingatkan, boleh-boleh saja. Kalau saling mengingatkan bagus malah. Semua agama saling mengingatkan. Saya katakan justru pemerintah yang harus paling tegas dan kuat hadapi ini. Penguasa jangan muda tersinggung,"
pungkasnya.