Mengherankan!Sudoku sebabkan pria ini alami kejang
Teka-teki sudoku diyakini mampu mengasah kemampuan otak. Tetapi pria ini justru mengalami kejang. Lihat di sini!
Teka-teki sudoku masih diyakini mampu mengasah kemampuan otak seseorang.Tetapi respon yang berbeda justru ditunjukkan oleh seorang pria. Dia mengalami kejang setelah mencoba memecahkan teka-teki sudoku.
Hal yang tak biasa ini dialami oleh seorang pria 25 tahun asal Jerman. Kondisi ini bermula ketika dia dan temannya yang berasal dari jurusan pendidikan jasmani melakukan permainan ski bersama pada bulan November 2008 silam. Sayangnya, badai salju melanda gunung tempat mereka bermain ski, dan membuatnya celaka.
-
Apa yang dimaksud dengan fakta kuantitatif dalam penelitian? Fakta kuantitatif dalam sebuah penelitian merujuk pada informasi atau data yang diukur dan dinyatakan dalam bentuk angka.
-
Apa yang dimaksud dengan fakta? Fakta adalah informasi objektif atau bukti yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Fakta adalah sesuatu yang dapat diamati, diukur, dibuktikan, dan diverifikasi oleh berbagai pihak yang dapat melihat fenomena yang sama.
-
Apa yang diuji oleh ketiga ilmuwan tersebut? Mereka adalah trio ilmuwan yang berhasil memenangkan penghargaan Nobel Prize 2022 dengan jumlah hadiah sebesar 10 juta krona Swedia (USD915.000) atau Rp 14 miliar. Penghargaan tersebut diraih atas keberhasilannya dalam melakukan eksperimen mekanika kuantum dan menjelaskan titik lemah dari Teori Kuantum temuan Einstein.
-
Apa yang dimaksud dengan kalimat fakta? Kalimat fakta adalah jenis kalimat yang menyajikan informasi yang benar, dapat diverifikasi, dan tidak terbantahkan.
-
Kapan sebuah kalimat fakta dianggap benar? Fakta adalah pernyataan yang kebenarannya dapat dibuktikan dan tidak tergantung pada keyakinan individu.
Dalam jurnal JAMA Neurology yang diterbitkan tanggal 19 Oktober 2015 lalu, Dr. Berend Feddersen yang seorang ahli saraf di University of Munich, Jerman menjelaskan bahwa pada saat itu, pria tersebut sempat terkubur di bawah longsoran dengan kondisi tidak sadarkan diri.
Tetapi dia masih beruntung, karena masih dapat diselamatkan oleh teman-teman dan paramedis. Kecelakaan tersebut menyebabkan limpanya pecah dan tulang pinggulnya juga patah. Selain itu, saat terkubur dalam salju, jaringan otak dan tubuhnya mendapatkan sedikit oksigen yang disebut dengan hipoksia.
Sebagai konsekuensinya, pria itu mengalami mioklonik yaitu kondisi otot yang berkedut secara mendadak. Kedutan tersebut terjadi pada otot mulut saat dia mencoba untuk berbicara, dan otot kaki saat dia berjalan.
Saat di rumah sakit, pria ini mengalami jenis kejang yang melibatkan otot-otot kaku dan kemudian menyentak cepat dan berirama. Feddersen menjelaskan bahwa para dokter telah memberikannya obat anti-epilepsi untuk mencegah agar dia tidak mengalami kejang yang tidak terkontrol.
Beberapa minggu kemudian, setelah pria ini dipindahkan dari rumah sakit ke fasilitas rehabilitasi untuk melanjutkan pemulihan, dia mengisi waktu luang untuk memecahkan teka-teki sudoku. Anehnya, saat dia mencoba memecahkan sudoku, dia justru mengalami kejang klonik, atau kedutan otot di lengan kirinya.
Dari hasil analisa, dokter menduga bahwa kejang yang dialami pria tersebut disebabkan oleh imajinasi tiga demensi yang intens dan aktif setiap kali memecahkan teka-teki sudoku. Kejang tersebut tidak terjadi ketika pria tersebut memecahkan soal matematika atau membaca.
Setelah menganalisis cukup lama, dokter menemukan alasannya. Kejang dimulai ketika longsor saat pria ini mengalami hipoksia. Akibatnya, serat penghambatan di otaknya lumpuh sehingga memperlambat sinyal otak (bagian dari otak kanan)ke tubuh.
Bagian otak ini biasanya di aktifkan saat imajinasi 3 dimensi manusia digunakan. Tetapi, jika serat penghambatan berjumlah sedikit di area ini, akan menyebabkan seseorang mengalami overactivation yang berujung pada kejang klonik di lengan kiri.
Para dokter bahkan menemukan bahwa ketika pria ini sangat fokus pada imajinasi 3 dimensi (yang dicoba melalui permainan Sudoku), kejang klonik di lengan kirinya semakin intensif. Ketika dia menghentikan imajinasi 3 dimensi dengan menghentikan permainan Sudoku,kejang juga berhenti.
Pada tahun 2014, Feddersen kembali menganalisa perkembangan pria ini. Saat itu dia masih dipengaruhi oleh mioklonik saat berbicara dan berjalan. Tetapi, gejala tersebut tetap diobati dengan terapi fisik. Sekarang, pria ini menunjukkan perkembangan yang baik dengan mengandalkan obat anti-epilepsi dan juga jauh dari permainan Sudoku, tentunya.
Baca juga:
Pengobatan tradisional Cina meraih Nobel Kedokteran 2015
Ini 5 kebiasaan makan yang bisa buat kamu panjang umur
Gaya hidup modern lebih dekat dengan insomnia, benarkah?
Mengenal coccydynia atau cedera tulang ekor