Piala Menpora 2021: Kisah Para Serdadu Veteran yang Masih Berlari
Piala Menpora 2021: Kisah Para Serdadu Veteran yang Masih Berlari
Bola.com, Jakarta - Usia Tony Sucipto memasuki angka 35 tahun saat mengantar Persija untuk menantang Persib yang diperkuat Supardi yang berumur 38 tahun pada laga final Piala Menpora 2021. Selain mereka, masih ada Maman Abdurrahman (38) dan Ismed Sofyan (41) di Persija, serta I Made Wirawan (39) di kubu Persib.
Mereka akan bertemu pada laga final yang digelar dengan sistem dua leg pada Kamis (22/4/2021) di Stadion Maguwoharjo (Sleman) dan Sabtu (25/4/2021) di Stadion Manahan (Solo). Kehadiran para pemain veteran itu adalah fenomena menarik di tim yang berlaga di laga puncak.
-
Di mana pertandingan Jakarta Electric PLN vs Bandung BJB Tandamata dalam PLN Mobile Proliga 2024 dihelat? Jakarta Electric PLN berhasil menumbangkan juara bertahan Bandung BJB Tandamata dengan skor 3-2 pada lanjutan PLN Mobile Proliga 2024 di Palembang Sport & Convention Center, Minggu (12/5).
-
Di mana pertandingan Persis Solo vs Persebaya Surabaya berlangsung? Pertandingan itu diadakan di Stadion Manahan Solo pada Sabtu (24/6).
-
Mengapa pertandingan Persis Solo vs Persebaya Surabaya digelar? Menjelang dimulainya Kompetisi BRI Liga 1 2023/2024, para klub peserta bersiap diri. Mereka mengadakan agenda pertandingan uji coba untuk menguji kesiapan klub menyambut turnamen tersebut.
-
Bagaimana jalannya pertandingan Persebaya vs Persita? Permainan kedua tim cukup intens dan menarik, namun hingga peluit akhir dibunyikan skor imbang tidak berubah.
-
Siapa pelatih baru Persib Bandung? Klub sepak bola kebanggaan Jawa Barat, Persib Bandung resmi memperkenalkan pelatih barunya, Bojan Hodak, Rabu (26/7).
-
Apa yang terjadi dalam pertandingan antara Dewa United dan Persikabo 1973 di BRI Liga 1 2023/2024? Laga pekan ke-28 Liga 1 2023/2024 itu dimenangkan tim tuan rumah Dewa United dengan skor 2-1.
Tony, Supardi, dan Made sudah merasakan menit bermain di turnamen Piala Menpora 2021. Sedangkan Maman, meski ada dalam tim, belum pernah dimainkan sejak penyisihan hingga semifinal karena menderita cedera. Sementara Ismed memang tak dibawa ke turnamen karena baru melangsungkan pernikahan di Aceh.
Meski tak selalu mendapat jaminan tempat sebagai starter dalam tim, ada hal lain di luar lapangan yang membuat klub tetap mau mengontrak mereka. Para veteran itu punya peran yang tak dimiliki pemain lain.
“Mereka semua pernah bermain buat tim nasional Indonesia. Jam terbang dan reputasinya segudang. Kemampuan teknis mereka juga bagus. Memang pelatih tidak selalu memainkan mereka di tiap pertandingan. Tapi saat dipercaya buat main, entah itu sebagai starter atau pengganti, mereka selalu memberikan penampilan yang terbaik. Khusus Tony dan Maman, mereka adalah pemain multifungsi yang bisa bermain di lebih dari satu posisi,” kata Direktur Sport Persija, Ferry Paulus.
Pengaruh Non Teknis
Pada drama adu penalti lawan PSM di babak semifinal leg kedua, Tony bermain penuh. Ia menjadi penendang terakhir Persija dan berhasil menjalankan tugasnya dengan baik. Sementara Supardi, menjadi kapten Persib dan memimpin rekan-rekan setimnya, termasuk kiper Made Wirawan, menyingkirkan PSS.
Menurut Ferry, kehadiran para pemain senior itu tak hanya membawa dampak positif dalam hal teknis. Mereka dinilai juga bisa membawa pengaruh yang bagus buat pemain lain, terutama di aspek non teknis dan luar lapangan.
“Mereka punya gaya hidup, pola makan, disiplin yang bisa dicontoh pemain lain. Ada transfer pengetahuan juga yang bisa dilakukan pemain senior. Beberapa pemain junior yang kini sukses, dulunya punya mentor pemain senior,” lanjut Ferry.
Ferry memberi contoh bek sayap Rezaldi Hehanussa yang di awal kariernya dekat dengan Ismed Sofyan. Saat masih berstatus pemain junior, Rezaldi sengaja ditempatkan sebagai rekan satu kamar Ismed, baik di mess ataupun saat tim Persija melakoni laga tandang di luar kota. Kini langkah Rezaldi sudah menjejak ke level Tim Nasional Indonesia.
Tak hanya buat sesama pemain lokal, kehadiran pemain senior itu juga membawa manfaat buat pemain atau pelatih asing di Persija.
“Mereka sering kasih tahu pemain asing baru soal sepak bola Indonesia. Di ruang ganti, mereka banyak membantu pelatih secara non teknis, terutama ketika kondisi tim sedang down,” imbuh Ferry.
Tak Mudah
Baik Tony maupun Supardi mengakui tak mudah untuk tetap mendapatkan posisi starter dalam tim besar seperti Persija dan Persib. Saingan mereka adalah pemain yang lebih muda, pemain asing, maupun pemain naturalisasi.
“Memang tak mudah untuk bersaing dengan mereka. Tapi saya tak ada masalah. Tugas saya sebagai pemain adalah berlatih dan membuktikan ke pelatih kalau masih layak dipercaya main,” kata Supardi yang menempati posisi bek kanan.
Supardi tak ambil pusing jika akhirnya jadi pilihan kedua atau bahkan ketiga. Sejak ikut kursus kepelatihan ia mengaku makin paham bahwa tugas pelatih itu tak mudah.
“Pemain manapun pasti tak akan suka kalau tak jadi starter. Tapi setiap pelatih punya filosofi dan taktik berbeda. Saya harus menghargai setiap keputusan pelatih, termasuk ketika saya tak dimainkan,” kata pemain yang juga pernah memperkuat PSMS dan Sriwijaya FC ini.
Menurut Ferry Paulus, mengelola kehadiran pemain senior jelas berbeda dengan pemain yang lebih junior. Buat pemain senior, biasanya mereka disodori kontrak tak lebih dari semusim.
“Umumnya tak butuh waktu negosiasi yang lama untuk sepakat. Biasanya pembicaraannya sederhana dan mereka tak minta yang macam-macam. Mungkin karena sudah kenal lama dan dengan tim sudah seperti keluarga,” kata Ferry.
Dengan kondisi seperti sekarang, Ferry memprediksi pemain seperti Tony bisa bertahan hingga tiga musim ke depan. Ia juga membuka pintu jika mereka ingin meneruskan kiprah sebagai pelatih.
“Tony dan Maman punya minat dan passion dalam kepelatihan. Maman bahkan sudah punya SSB kecil-kecilan. Bisa saja kalau sudah pensiun mereka lanjut jadi pelatih di akademi Persija,” ujar Ferry lagi.
Bertahan di Tengah Pandemi
Saat pandemi Covid 19 juga berimbas pada kompetisi sepak bola di Indonesia, Tony dan Supardi menyikapi dengan jalan yang berbeda.
Tony punya pemasukan dari usaha membuka rumah makan di Bandung. Usaha tersebut dirintis Tony pada tahun 2015, kala ia masih memperkuat Persib beberapa musim yang lalu.
Sementara Supardi mengaku belum memiliki usaha di luar sepak bola. Ia hanya memanfaatkan tabungan kala kompetisi berhenti dan klub berhenti beraktivitas.
“Saya belum punya usaha seperti pemain lain. Saya hanya kasih pengertian pada anak-anak saya kalau keadaan sedang susah. Tidak semua yang mereka minta bisa didapat. Alhamdulillah mereka bisa mengerti,” kata Supardi yang memiliki empat anak yang tinggal bersama istrinya di Pekanbaru.
Belum Mau Pensiun
Meski sama-sama sudah memiliki sertifikat pelatih berlisensi B, baik Tony maupun Supardi mengaku masih belum terpikir buat pensiun. Setidaknya untuk saat ini mereka masih yakin bisa bersaing.
“Sederhana saja, saya masih kuat berlari dan main bola. Belum terpikir soal pensiun,” kata Tony yang bisa menempati semua posisi di lini belakang dan bermain sebagai gelandang tengah.
“Kalau untuk sekarang saya masih belum mikir buat melatih atau pensiun. Ternyata sulit jadi pelatih, modal ilmu saya belum cukup,” kata Supardi.
Persib masih menjadi opsi pertama buat Supardi. Namun ia juga siap jika suatu saat harus pergi.
“Saya tahu kondisi badan sendiri dan yakin masih mampu bersaing. Kalau Persib masih membutuhkan saya masih siap. Kalau Persib sudah tidak mau, mungkin saya pindah ke klub lain dengan catatan jaraknya tidak terlalu jauh dari Pekanbaru. Selain itu, saya juga harus lihat keseriusan manajemen tim,” tutur Supardi.
Panggung Piala Menpora 2021 menjadi ajang buat pemain seperti Tony Sucipto dan Supardi untuk unjuk kemampuan bersama Persija dan Persib. Siapapun yang bakal sukses meraih gelar juara, pemain seperti mereka layak dijadikan contoh, bagaimana menjaga dan mempertahankan kondisi di saat senjakala karier semakin dekat.
(mdk/bolacom)