Ini emoji yang kerap dipakai buat bully
Sebuah dokumen internal Facebook belum lama ini bocor ke publik. Dokumen yang didapatkan situs Motherboard tersebut membeberkan bagaimana pengguna Facebook memakai emoji untuk aksi negatif dan provokatif, seperti hate speech, bullying, konten eksplisit, serta pornografi.
Sebuah dokumen internal Facebook belum lama ini bocor ke publik. Dokumen yang didapatkan situs Motherboard tersebut membeberkan bagaimana pengguna Facebook memakai emoji untuk aksi negatif dan provokatif, seperti hate speech, bullying, konten eksplisit, serta pornografi.
Dari tabel yang diperlihatkan, untuk hate speech dan bullying, pengguna sering memakai emoji menangis, patah hati, emoji jempol terbalik ke bawah, emoji muntah, emoji menepok jidat, emoji tertawa terbahak-bahak, hingga emoji kotoran manusia.
-
Siapa yang menciptakan Facebook? Sejarah 4 Februari Hari Ulang tahun Facebook, yaitu dimulai Mark Zuckerberg ingin membuat platform chat. Bersama teman-temannya, Andrew McCollum, Eduardo Saverin, Chris Hughes, dan Dustin Moskovitz, Zuckerberg mengembangkan Facebook saat mereka masih kuliah di Universitas Harvard.
-
Kapan status Facebook menjadi tren? Merangkum dari beragam sumber, Kamis (6/7) berikut adalah kumpulan status FB kekinian dan menarik yang bisa dijadikan referensi.
-
Siapa saja yang membuat Facebook? Facebook adalah platform media sosial online asal Amerika dan layanan jejaring sosial yang merupakan bagian dari perusahaan Meta Platforms. Facebook didirikan pada tahun 2004 oleh Mark Zuckerberg, Eduardo Saverin, Dustin Moskovitz, dan Chris Hughes. Keempatnya adalah mahasiswa di Harvard University.
-
Kapan Facebook pertama kali diluncurkan? Facebook menjadi jejaring sosial terbesar di dunia. Facebook merupakan salah satu jenis media sosial yang sangat populer dan banyak digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Sejak diluncurkan pada tahun 2004, platform ini telah menjadi pusat interaksi online bagi jutaan orang.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Kenapa Facebook bisa jadi platform sosial media yang populer? Berikut ini adalah beberapa fitur yang membuat Facebook menjadi platform sosial media yang begitu populer: 1. Facebook memungkinkan Anda mengelola daftar teman dan memilih pengaturan privasi untuk menyesuaikan siapa yang dapat melihat konten di profil Anda. 2. Facebook memungkinkan Anda mengunggah foto dan menyimpan album foto yang dapat dibagikan dengan teman-teman Anda. 3. Facebook mendukung obrolan online interaktif dan kemampuan mengomentari halaman profil teman untuk tetap berhubungan, berbagi informasi, atau saling sapa. 4. Facebook mendukung halaman grup, halaman penggemar, dan halaman bisnis yang memungkinkan bisnis menggunakan Facebook sebagai sarana pemasaran media sosial. 5. Jaringan pengembang Facebook menghadirkan fungsionalitas tingkat lanjut dan opsi monetisasi. 6. Anda dapat melakukan streaming video langsung menggunakan Facebook Live. 7. Anda bisa mengobrol dengan teman dan anggota keluarga Facebook, atau menampilkan gambar Facebook secara otomatis dengan perangkat Portal Facebook.
Adapun untuk emoji pornografi, pengguna sering memakai emoji terong, buah persik, lidah, air, ular, hingga emoji telunjuk. Emoji ini diduga untuk melakukan sexting sesama pengguna.
Yang lebih mengejutkan, pengguna juga sering memakai emoji hewan untuk melakukan hate speech, beberapa di antaranya seperti emoji babi, anjing, ular, kelinci, kodok, sapi, monyet, gorila, dan masih banyak lagi.
Pada awal kemunculan aplikasi BBM, WhatsApp, dan aplikasi lainnya, menerima pesan terasa menyenangkan. Namun tak demikian saat ini. Peredaran pesan berbau spam, penipuan berkedok hadiah, serta upaya peretasan dari nomor tak dikenal membuat pengguna aplikasi ini resah.
Meski begitu, rupanya ada hal yang juga tak kalah marak terjadi di dunia internet. Berdasarkan studi terbaru dari Pew Reseach Center yakni selama beberapa tahun terakhir jumlah berbagai bentuk perundungan online meningkat.
Hasil survei menunjukkan, 41 persen dari responden berusia dewasa mengklaim pernah mengalami pelecehan secara online.
Dibandingkan tahun 2014, yakni saat studi serupa dilakukan, hanya sekitar 36 persen responden dewasa yang mengaku jadi korban pelecehan di internet. Dengan begitu, bisa dikatakan terdapat peningkatan pelecehan secara online setidaknya 6 persen selama 3 tahun terakhir.
Disebutkan, bentuk bullying secara online pun beragam. Misalnya saja, memanggil nama dengan panggilan mengejek, mempermalukan orang di hadapan umum, ancaman fisik, hingga pelecehan seksual secara online.
Menariknya, studi yang sama juga mengungkapkan bahwa tindakan online stalking alias perilaku menguntit seseorang secara online masih tetap berada di angka 7 persen selama tiga tahun terakhir.
Sebenarnya pencegahan terhadap tindakan perundungan atau pelecehan secara online sudah dilakukan melalui berbagai fitur yang diperkenalkan media sosial seperti Facebook dan Twitter.
Sebut saja opsi pemblokiran spam. Sayangnya, masih perlu dilihat lebih lanjut apakah fitur tersebut akan berdampak mengurangi tindak bullying secara online.
Sumber: Liputan6.com
Reporter: Jeko I. R
(mdk/faz)