Kesalahan Fatal OpenAI: Data Penting Terhapus dalam Kasus Hukum
OpenAI secara tidak sengaja menghapus data penting dalam kasus hukum dengan The New York Times.
Dalam sebuah kesalahan yang mengejutkan, insinyur OpenAI secara tidak sengaja menghapus bukti penting yang dikumpulkan oleh The New York Times dan beberapa surat kabar besar lainnya dalam gugatan mereka terkait data pelatihan AI. Hal ini diungkapkan dalam dokumen pengadilan yang diajukan pada hari Rabu.
Mengutip The Verge, Jumat (22/11), tim hukum surat kabar tersebut telah menghabiskan lebih dari 150 jam untuk meneliti data pelatihan AI OpenAI guna menemukan contoh di mana artikel berita mereka digunakan.
-
Di mana data dari Twitter digunakan untuk melatih AI? Data tersebut digunakan untuk melatih model bahasa secara besar demi mendukung chatbots seperti ChatGPT Open AI dan Google Bard.
-
Apa yang dibayangkan oleh AI? Hasilnya sungguh memesona. Coldplay memainkan musik mereka di tengah latar belakang Gunung Bromo yang diselimuti kabut, menambah pesona dan kemegahan dari acara tersebut. Ribuan penonton terlihat memadati area tersebut.
-
Kenapa Kominfo mengeluarkan surat edaran tentang etika AI? Implementasi kecerdasan artifisial telah merambah berbagai sektor dan industri, membawa dampak yang luas dalam efisiensi, inovasi, dan transformasi bisnis. “Ini sebagai bentuk respons cepatnya kecerdasan artificial atau yang populer dengan sebutan AI dalam sehari-hari. Berangkat dari itu, kami surat edaran ini kami tujukan kepada pelaku usaha, aktivitas pemrograman berbasis AI pada penyelenggara sistem elektronik lingkup publik dan privat. Kami harap, surat ini bisa sebagai pedoman etika dalam pengembangan dan pemanfaatan AI,”
-
Apa yang ditemukan para ahli dengan menggunakan AI? Para ahli dari Universitas Bradford, Nottingham, dan Stanford telah mengembangkan algoritma analisis khusus untuk membuat sebuah penemuan: salah satu objek dalam lukisan karya Raffaello Sanzio/Raphael ternyata tidak dilukis oleh sang maestro.
-
Apa yang diproyeksikan oleh Menkominfo terkait AI di Indonesia? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi, mengatakan Artificial Intelligence (AI) memiliki peran besar dalam mengubah lanskap industri telekomunikasi. Kata dia, pada 2030 mendatang, diproyeksikan kontribusi AI terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) global mencapai USD 3 triliun.
-
Siapa yang menjadi target dari surat edaran Kominfo tentang etika AI? Surat edaran ditujukan kepada pelaku usaha, aktivitas pemrograman berbasis AI pada penyelenggara sistem elektronik lingkup publik dan privat.
Namun, dokumen tersebut tidak menjelaskan bagaimana kesalahan ini bisa terjadi atau apa saja data yang terhapus. Meskipun OpenAI mengakui kesalahan ini dan berusaha memulihkan data yang hilang, hasil yang berhasil diambil ternyata tidak lengkap dan tidak dapat diandalkan.
Klaim Kerugian dan Pertarungan Hukum
The New York Times Company memulai pertarungan hukum ini pada bulan Desember lalu, dengan klaim bahwa OpenAI dan mitranya Microsoft telah membangun alat AI mereka dengan “menyalin dan menggunakan jutaan” artikel dari publikasi tersebut. Akibatnya, mereka kini “berkompetisi langsung” dengan konten yang mereka hasilkan sendiri.
Surat kabar tersebut meminta agar OpenAI bertanggung jawab atas “miliaran dolar dalam kerugian statuta dan aktual” karena diduga telah menyalin karya mereka. The Times sendiri telah menghabiskan lebih dari $1 juta untuk berjuang melawan OpenAI di pengadilan, biaya yang signifikan dan sulit ditandingi oleh sebagian besar penerbit.
OpenAI menolak untuk bergabung dengan The New York Times dalam mengajukan pembaruan ke pengadilan. Pernyataan ini diajukan oleh Jennifer Maisel, seorang pengacara yang mewakili organisasi berita tersebut, untuk secara resmi memberi tahu pengadilan tentang apa yang terjadi.
Dalam email kepada The Verge, juru bicara OpenAI, Jason Deutrom, menyatakan bahwa perusahaan tidak setuju dengan karakterisasi yang dibuat dan akan segera mengajukan tanggapan mereka sendiri. Sementara itu, The New York Times menolak permintaan komentar dari The Verge.
Kesimpulan dan Implikasi untuk Masa Depan
Kasus ini menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh penerbit berita di era digital, terutama dalam hal perlindungan hak cipta terhadap penggunaan teknologi AI. Meskipun beberapa penerbit, seperti Axel Springer dan Conde Nast, memilih untuk menjalin kemitraan dengan OpenAI, ketegangan antara perusahaan teknologi dan media tradisional tetap ada.
Ke depannya, penting bagi semua pihak untuk menemukan jalan tengah yang dapat melindungi hak cipta sambil tetap memungkinkan inovasi dalam teknologi AI. Dengan perkembangan ini, perhatian terhadap bagaimana data digunakan dalam pelatihan AI akan semakin meningkat.